Dunia internasional saat ini tengah digemparkan
dengan terbukanya skandal spionase/penyadapan sejumlah kepala negara baik di
eropa, amerika latin maupun asia oleh AS . namun apa yng dialami negara kita
berbeda subjek pelakunya yang itu oleh tetangga belakang rumah kita sendiri
Australia. Bukan hanya pemimpin negaranya saja yang disadap ada juga yang warga
negaranya ikut disadap pulA saluran komunikasinya seperti telepon yang terjadi pada warga prancis yang memicu gelombang
protes dan anti AS dimana-mana.
Dengan diketahuinya perbuatan busuk
dan memalukan ini yang justru sangat melanggar sebuah paham yang sangat
diagung-agungkan oleh AS sendiri yaitu demokrasi dapat menandai beberapa hal
yang semakin memperkuat opini dan persepsi dunia internasional akan posisi dan
prospek as dalam percaturan dunia ketiga kedepannnya.
Peristiwa penyadapan ini seakan
semakin memperkuat saja betapa takutnya AS atau lebih tepatnya paranoid pada
apa yang sedang terjadi, sedang dipersiapkan, sedang direncanakan suatu negara
yang menurut mereka itu dapat mengancam stabilitas keamanan “dunia
internasional” yang justru penulis rasa itu hanya semcam alibi saja dengan
mengatasnamakan polisi internasional atau perpanjangan tangan DK PBB. Padahal
tidak berhubungan sama sekali dengan mereka.
AS yang pranoia merasa seakan setiap
negara memusuhi mereka, mempersiapkan sebuah serangan balasan dibalik punggung
mereka. Ini tak tak lain tak bukan sebab dari apa yang telah mereka perbuat
sendiri sebenarnya dengan menginvasi negara-negara timur tengah yang sangat
jelas menimbulkan banyak kebencian dan pertentangan hampir seluruh penduduk
bumi yang cinta damai. Kebiasaan AS yang suka mencampuri urusan dapur negara
lain tidak hanya timur tengah tapi juga banyak negara dibelahan dunia lainnya,
tertentu negara yang memiliki ideologi bertantangan dengan Amerika (komunis). Tidak
mungkin tanpa sebabnya, karna mereka
berkorban sangat banyak dengan melakukan pertaruhan itu. Jangan lupa kalau
anggaran belanja mereka dibidang militer sangat besar dibanding anggaran
lainnya, dan juga tidak sedikit jumlah prajurit nya yang telah gugur demi
memperjuangkan apa yang mereka sebut “american dreams”.
Ketakutan AS pada sedikit saja sebuah
isu (masih isu) akan kepemilikian
uranium, nuklir, dan segala bentuk senjata-senjata yang lain, apalagi
konspirasi, penghianatan dan sejenisnya tak lain karna karna perbuatan mereka
sendiri, mereka sendiri yang mengundang ketakutan untuk hinggap dalam hatinya,
AS selalu saja menjadi objek nomor satu pemboman dan juga aksi terorisme, kita
sudah membahasnya diatas. Untuk menghadapi ini tentu saja AS tak tinggal diam,
mereka akan melakukan apa saja serangan balasan, apapun bentuknya untuk
membentuk citra mereka kembali sebagai negara adidaya dan pejuang hak asasi
manusia paling depan (katanya) kembali mereka dapatkan.
is this what u call freedom??? |
Serangan balasan yang dimaksud diatas
dapat kita lihat melalui film-film Hollywood yang berkaitan dengan posisi AS
dimata dunia juga melalui siaran-siaran berita dari kantor-kantor berita
internasional (media massa) yang berafiliasi kepadanya, seperti terorisme, mafia narkoba, jual beli senjata dan super hero nya. Sangat kentara
dalam film-film itu betapa amerika ingin membentuk citra dan opini publik bahwa
mereka seakan ditakdirkan sebagai juru selamat, pahlawan bertopeng dengan
perisainya yang memperjuangkan dunia dari kehancuran dan ancaman dari
orang-orang berjanggut dan invasi ekonomi yang tak sehat oleh orang-orang
berkulit kuning.
Sekali lagi AS menunjukkan
keparanoidan nya dengan cara yang sungguh-sungguh cerdas, halus, dan sangat
tidak terasa tapi juga busuk sebusuk-busuknya. Oleh orang-orang yang tidak
mempunyai pengetahuan banyak mengenai dunia konspirasi dan literacy media
internasional maka akan menjadi korban empuk dari sebuah realitas bentukan oleh
sebuah negara boneka yang dieprbudak oleh ideologinya sendiri.
Ideologi akan kebebasan seutuhnya merupakan
kenihilan semata. Tidak mungkin dan tidak akan pernah bisa manusia yang hidup
di bumi ini bebas-sebebas-bebasnya. Sudah naluri kita untuk tidak pernah puas,
selalu merasa kekurangan, dan melakukan apa saja untuk medapatkan apa yang
diinginkan. Naluri menghancurkan itu seakan sudah ada dalam diri setiap manusia
dalam mempertahankan eksistensi dirinya sebagai seorang makhluk hidup yang
menginginkan keberlanjutan dalam hidupnya. Yang menjadi persoalan adalah
bagaimana cara kita, respon kita dalam menghadapi tuntutan dunia ini yang menuntut
kita berubah, menyatu dengan jaman, tanpa harus menghilangkan identitas asli
kita sebagai seorang manusia, makhluk hidup yang dikaruniai akal pikiran dan
hati.
Dengan itu kita merasakan, tidak
semua hal yang kita inginkan akan kita dapat. Kemampuan kita terbatas, tapi
juga bukan porsinya kita untuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa
yang kita inginkan itu. Kita dibatasi oleh apa yang kita sebut sebagai tenggang
rasa, empati, respect terhadap makhluk yang lain, baik itu sesama manusia yang
lain, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam tempat dimana kita menghirup udaranya
dengan bebas.
Kita ditakdirkan hidup di bumi ini
dengan bebas, yaitu bebas hati kita dari segala amarah, dengki, dan
pengkhianatan,..
Comments
Post a Comment