oleh : Eza Ahim Iki Yahudi sebagai agama dengan otoritas ke”Rabbi”an yang memiliki hak penuh atas kodifikasi dan penafsir Torah (perjanjian lama) telah banyak memunculkan interpretasi mengenai makna dan kandungan Torah, alih-alih mendapatkan kebenaran dalam makna, hal yang terjadi adalah justru terseretnya Judaisme kedalam desakralisasi teks. Tidak ada pembatas yang jelas diantara perintah ilahiah dengan pendapat pribadi para Rabbi sebagai penafsir profane. Contoh sederhana adalah munculnya teks-teks diluar Torah yang diangkat statusnya sebagai canon. Desakralisasi teks yang sedemikian memungkinkan masuknya pemahaman-pemahaman serta konsep-konsep asing yang disintesakan dengan teks asli, yang berakibat pada degradasi makna dan nilai dalam teks asli. Sehingga, tidaklah mengherankan jika kita mendapati agama yang demikian dapat memberikan justifikasi kepada konsep yang bertentangan dengan prinsip dasar agama tersebut. Dan dalam kasus terburuk, agama tidak lagi mampu menjadi pewarn