Skip to main content

Posts

Showing posts from February 16, 2014

Man of Steel: Antara Misi Kristen dan Darwinisme Sosial

 OLEH : EZA AHIM IKI Kurang lebih delapan bulan lalu reboot (versi daur ulang) Superman tayang di layar lebar Indonesia dengan judul “Man of Steel”. Sebagai versi reboot dari tokoh Superman yang biasa kita kenal, Superman dalam film “Man of Steel” menghadirkan banyak hal yang berbeda. Bagi umumnya masyarakat, tentu tampilan paling beda dari Superman yang satu ini adalah tampilan kostumnya, tapi rupanya ada yang lebih dari itu. Karakter superhero yang dibuat pada tahun 1933 ini memiliki sejarahnya sendiri. Selama kurang lebih 80 tahun sejak kemunculan awalnya, Superman selalu penuh dengan interpretasi. Walau bukan manusia (karena lahir di planet Kripton), Superman sepanjang sejarahnya menampilkan sosok manusia sempurna a la Barat. Clark Kent, wujud alter ego dari Superman ditampilkan dengan karakter khas gentleman yang klimis, dan ketika ia muncul sebagai Superman, tampaklah otot kekar dari pakaian ketatnya. Perpaduan idealisme manusia sempurna Barat klasik (era Helenisme

Pesan dari Kaka Slank: Tolak tambang di pulau kecil. Selamatkan Pulau Ba...

Neoplatonisme.

LANJUTAN DARI TULISAN SEBELUMNYA, “HELENISME” tokoh paling penting dalam neoplatonisme adalah plotinus (kira-kira 205-270), yang mempelajari filsafat di alexandria tapi kemudian menetap di roma.tidak seperti Sinisme, Stoikisme, dan Epicureanisme semuanya berakar pada ajaran Socrates, juga ajaran tokoh sebelum Socrates seperti Heraclitus dan Democritus. Namun Neoplatonisme diilhami oleh filsafat Plato, maka itu dinamakan Neoplatonisme. Plotinus berasal dari Alexandria, kota yang menjadi titik temu filsafat Yunani dan Mistisme Timur selama berabad-abad. Plotinus membawa ke Roma suatu doktrin keselamatan yang bersaing ketat dengan dengan ajaran Kristen. Namun, Neoplatonisme juga memberi pengaruh kuat dalam aliran utama teologi kristen. Plotinus percaya bahwa dunia terentang antara dua kutub. Di ujung yang satu adalah cahaya ilahi yang dinamakannya Yang Esa. Kadang-kadang, dia menyebutnya Tuhan. Ujung yang satunya lagi adalah kegelapan mutlak, yang tidak menerima cahaya dari Yan