Skip to main content

Posts

Showing posts from February 22, 2015

kita berbagi peran kawan (sajak bujang part I)

kalian ada disisi sebelah sana dan aku disini kita telah memilih, menentukan jalan kita masing-masing. Dunia mengalihkan perhatian sebagian besar generasi kita Kearah yang sama. Sana, kota, dunia, barat, glamour, hedon, keserakahan, individualis. Mana yang tersisa dari dirimu, tak ada. Kau aku sama sekali tak dianggap Di dunia yang mengharapkan mu bertopeng Sedangkan kau hanyalah… Tak beridentitas, Kau aku tersisih karna satu alasan sama Kita memilih untuk melawan arus Tak menurut kemana mau mereka Maka sejak itu kau aku tak ada, Kau aku berada diluar garis perputaran Diluar sistem yang mencuci otak dan hati manusia didalamnya. Bayangkan sebuah pusaran angin Tinggi, kencang, tak ada jalan keluar. Tapi yang ini lebih buruk Kau bahkan sama sekali tak sadar Kau telah berada didalamnya, menjadi bagian dari dirinya, Melekat, terikat, sekali lagi tanpa kau sadari Kau telah DIPERBUDAK. .......

NEGERI PARA MAFIA

Mafia pajak, mafia peradilan, mafia migas, mafia sepakbola, mafia perizinan laut, mafia pemilu, mafia hutan dan banyak mafia lainnya. Tanpa disadari kita semakin terbiasa dengan kata mafia, dan tanpa disadari pula negara kita menjadi negara para mafia. Kita sekarang berada diposisi dimana rakyat dipaksakan untuk menerima setiap keadaan atau kegentingan suatu permasalahan (penanganan suatu kasus) dengan mengaitkannya pada “mafia”. Mafia sendiri sampai saat ini masih bermakna anonim tanpa subjek apalagi objek penjelas status pelakunya, hanya sebuah kata yang berafiliasi dengan dunia kriminalitas dan genk penjahat super canggih dan high class teritory ( karna mereka bermain dengan pejabat kelas atas dan berpengaruh). Jadi bukan sembarang penegak hukum yang bisa menumpas kejahatan kalau sudah ada “mafia”nya. Haruslah penegak hukum yang berani dan anti suap pastinya. Tanpa disadari sekali lagi, secara sosial dan psikologis masyarakat dibiasakan dengan fenomena kejahatan serba terorga

Ketika jilbab hanya menjadi bahan komoditi dan trend fashion tanpa makna

Sedang nge-trendnya budaya berhijab di kalangan anak muda perempuan muslimah sekarang di dalam negeri menimbulkan dua fakta lapangan yang saling bertolak belakang, satu bersifat positif dan sebaliknya (berdasarkan pandangan penulis). Posisitifnya ini bukti bahwa kesadaran perempuan muslimah untuk berhijab di negeri ini yang notabene merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, mulai tumbuh dan itu menandakan kalau keinginan untuk menjalankan perintah agama sudah mulai diaplikasikan, salah satunya lewat berhijab. Kemudian fakta negatifnya. Budaya berhijab dikalangan perempuan muslimah baik abg, remaja, sampai yang dewasa ternyata tidak dibarengi dengan pemaknaan hijab itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka hanya ikut-ikutan tren fashion yang sedang banyak digandrungi  dikalangan pergaulan mereka dan banyak dilakukan para artis idolanya, tapi melupakan nilai-nilai yang terkandung dari hijab. Ada beberapa hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh perem