Lanjutan dari sofies verden (dunia sophie).....
(postingan sebelumnya.)
Ketika
suatu peradaban muncul dengan kebudayaan dan bahasa yunani memainkan peranan
utama. periode ini, yang berlangsung selama kira-kira 300 tahun, dikenal
sebagai Helenisme. istilah helenisme
mengacu pada periode maupun kebudayaan yang didominasi yunani yang berjaya di
tiga kerajaan yunani, yaitu mecedonia, syria, dan mesir.
sekalipun
demikian, sejak sekitar 50 SM, Roma lebih kuat dalam bidang militer dan
politik. adikuasa baru itu lambat laun menaklukkan kerajaan-kerajaan yunani,
dan sejak itu kebudayaan romawi dan bahasa latin mendominasi mulai dari spanyol
di barat hingga jauh menembus asia. inilah awal dari periode romawi, yang
sering kita sebut zaman yunani kuno akhir. tapi ingatlah satu hal--sebelum
orang-orang romawi berusaha untuk menaklukkan dunia yunani, roma itu sendiri
merupakan bagian dari kebudayaan yunani. maka, kebudayaan yunani dan filsafat
yunani tetap memainkan peranan penting jauh sesudah pengaruh politik bangsa
yunani berlalu.
Agama, Filsafat, dan Ilmu Pengetahuan
helenisme
ditandai dengan fakta bahwa perbatasan antara berbagai negara dan kebudayaan
menjadi terhapus. sebelumnya, bangsa yunani, romawi, mesir, babylonia, syria,
dan persia telah menyembah dewa mereka sendiri-sendiri di dalam apa yang secara
umum kita sebut "agama nasional". kini, kebudayaan yang berbeda-beda
melebur dalam satu cerek besar si tukang sihir yang menampung gagasan-gagasan
agama, politik, dan ilmu pengetahuan.
telah
dikemukakan bahwa pandangan hidup yunani kini jauh lebih tersebar daripada
sebelumnya di bekas daerah budaya yunani. tapi sejalan dengan berlalunya waktu,
dewa-dewa timur juga dipuja di semua negeri mediterania. rumusan-rumusan agama
yang baru bermunculan sehingga dapat mengambil alih dewa-dewa dan
keyakinan-keyakinan dari banyak negeri lama. ini dinamakan sinkretisme atau
perpaduan keyakinan.
ciri umum
pembentukan agama baru sepanjang periode helenistik adalah muatan ajaran
mengenai bagaimana umat manusia dapat terlepas dari kematian. ajaran ini
seringkali merupakan rahasia. dengan menerima ajaran dan menjalankan
ritual-ritual tertentu, orang yang percaya dapat mengharapkan keabadian jiwa
dan kehidupan yang kekal. suatu wawasan menyangkut hakikat sejati alam semesta
dapat menjadi sama pentingnya dengan upacara agama untuk mendapatkan
keselamatan.
dan filsafat juga bergerak semakin dekat
kearah "keselamatan" dan ketenangan. wawasan filsafat kini dianggap
tidak hanya memiliki nilai tersendiri, ia juga harus membebaskan manusia dari
pesimisme dan rasa takut akan kematian. dengan demikian batasan antara agama
dan filsafat lambat laun hilang.
secara
umum, filsafat helenisme tidak begitu orisinal. tidak ada plato baru atau
aristoteles baru yang muncul di panggung. sebaliknya, ketiga filosof besar
athena itu menjadi sumber ilham bagi sejumlah aliran filsafat.
ilmu pengetahuan helenistik pun
terpengaruh oleh campuran pengetahuan berbagai kebudayaan. kota alexandria
memainkan peran menentukan disini sebagai tempat pertemuan antara timur dan
barat. sementara athena tetap merupakan pusat filsafat yang masih menjalankan
ajaran-ajaran filsafat plato dan aristoteles, alexandria menjadi pusat ilmu
pengetahuan. dengan perpustakaannya yang sangat besar, kota itu menjadi pusat
matematika, astronomi, biologi, dan ilmu pengobatan.
jadi
pada intinya filsafat helenistik selalu berupaya mengatasi masalah yang
diangkat ke permukaan oleh socrates, plato, dan aristoteles. Ciri umum yang ada
pada semua filsafat tersebut adalah hasrat untuk mengetahui cara terbaik bagi
manusia dalam menjalani kehidupan dan kematian. Semuanya berbicara tentang
etika. Dalam peradaban baru, inilah proyek filsafat yang utama. Tekanan
terbesar diberikan pada upaya menemukan apakah kebahagiaan sejati itu dan
bagaimana mencapainya. Kita akan mengenal empat aliran filsafat berikut :
KAUM
SINIS
Konon,
suatu hari Socrates sedang beridiri menatap sebuah kedai yang menjual berbagai
macam barang. Akhirnya dia berkata, “betapa banyak benda yang tidak aku
perlukan!” pernyataan ini bisa jadi merupakan moto aliran filsafat sinis, yang didirikan oleh Anisthenes di
Athena sekitar 400 SM. Anisthenes pernah menjadi murid socrates, dan sangat
tertarik pada kesederhanaannya.
Kaum
sinis menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak terdapat dalam kelebihan
lahiriah seperti kemewahan materi, kekuasaan politik, atau kesehatan yang baik.
Kebahagiaan sejati terletak pada ketidaktergantungan pada segala sesuatu yang
acak dan mengambang. Dan karena kebahagiaan tidak terletak pada
keuntungan-keuntungan semacam ini, semua orang dapat meraihnya. Lebih-lebih,
begitu berhasil diraih, ia tidak akan pernah lepas lagi.
Kaum
sins percaya bahwa orang tidak perlu memikirkan kesehatan diri mereka. Bahkan
penderitaan dan kematian tidak boleh mengganggu mereka. Pun mereka tidak boleh
membiarkan diri tersiksa karena memikirkan kesengsaraan orang lain.
Kini
istilah “sinis” dan “sinisme” berarti ketidakpercayaan yang mengandung cemooh
pada ketulusan manusia, dan kedua istilah itu menunjukkan ketidakpekaan
terhadap penderitaan orang lain.
KAUM
STOIK
Muncul
di Athena sekitar 300 SM, pendirinya adalah Zeno, yang aslinya berasal dari
syprus dan bergabung dengan kaum sinis di athena setelah kapalnya karam. Dia
sering mengumpulkan para pengikutnya dibawah serambi. Nama “stoik” berasal dari
kata yunani yang berarti serambi (stoa). Stoikisme di kemudian hari mempunyai
pengaruh besar pada kebudayaan romawi.
Seperti
heraclitus, kaum stoik percaya bahwa setiap orang adalah bagian dari satu
akal-atau “LOGOS”-yang sama. Mereka beranggapan bahwa setiap orang adalah
seperti sebuah dunia miniatur, atau “mikrokosmos”, yang merupakan cerminan
“makrokosmos”.
Kaum
stoik lebih lanjut menekankan bahwa semua proses alam, seperti penyakit dan
kematian, mengikuti hukum alam yang tak pernah lekang. Oleh karena itu, manusia
harus belajar untuk menerima takdirnya. Tidak ada sesuatu yang terjadi
secara kebetulan.Segala sesuatu
terjadi karena ada sebabnya. Maka, tidak ada gunanya mengeluh jika takdir sudah
datang mengetuk pintu. Mereka berpendapat bahwa orang juga harus menerima
peristiwa-peristiwa yang membahagiakan dalam hidup tanpa gelisah. Dalam hal
ini, kita melihat pertalian mereka dengan hukum kaum sinis, yang menyatakan
bahwa semua kejadian lahiriah itu tidak penting. Bahkan sekarang, kita
menggunakan istilah “ketenangan stoik” untuk seseorang yang tidak membiarkan
perasaan menguasai dirinya.
kaum
Epicurean
socrates
mempunyai seorang murid bernama Aristippus. dia percaya bahwa tujuan hidup
adalah meraih kenikmatan indriawi setinggi mungkin. "kebaikan tertinggi
adalah kenikmatan" katanya, "kejahatan tertinggi adalah
penderitaan." maka dian ingin mengembangkan suatu cara hidup yang
tujuannya adalah menghindari penderitaan dalam segala hal bentuknya.
sekitar
300 SM Epicrus (341-270) mendirikan suatu aliran filsafat di athena. para
pengikutnya dinamakan kaum epicurean. dian mengembangkan etika kenikmatan
aristippus dan menggabungkannnya dengan teori atom democritus.
konon,
kaum epicurean hidup di taman. oleh karena itu, mereka dikenal sebagai
"para filosof taman". diatas pintu masuk ke taman ini katanya
digantungkan sebuah pengumuman yang berbunyi, "orang asing, disini kalian
akan hidup senang, disini kenikmatan adalah kebaikan tertinggi."
namun,
epicurus menekankan bahwa "kenikmatan" tidak lantas berarti
kenikmatan indriawi-makan coklat, misalnya. nilai-nilai seperti persahabatan
dan penghargaan terhadap kesenian juga termasuk disini. lagipula, untuk
menikmati hidup menurut cita-cita yunani kuno diperlukan kontrol diri,
kesederhanaan, dan ketulusan. nafsu harus dikekang, dan ketentraman hati akan
membantu kita menahan penderitaan.
"kematian
tidak menakutkan kita," kata epicurus dengan enteng. "sebab, selama
kita ada, kematian tidak bersama kita. dan ketika ia datang, kita tidak ada
lagi." Epicurus meringkas filsafat pembebasannya dengan apa yang dinamakan
empat ramuan obat:
dewa-dewa bukan untuk
ditakuti. kematian tidak perlu dikhawatirkan. kebaikan itu mudah dicapai.
ketakutan itu mudah ditanggulangi.
BERSAMBUNG,...:)
Comments
Post a Comment