Skip to main content

Sedikit kesimpulan dari buku “antara MAO dan LIU SHAOQI” karya Priyanto Wibowo.

Bulan Mei 1962, Liu Shaoqi mengeluarkan kebijakan baru yang pada dasarnya mengembalikan kebebasan rakyat untuk mengatur dan mengembangkan kehidupan perekonomiannya. Ada beberapa langkah penting yang diambil. Pertama : memberi kebebasan atas usaha-usaha pribadi. Kedua : memberi instruksi kepada pengelola perusahaan negara untuk mengawasi perusahaan secara ketat dan efisien. Ketiga : mengutamakan keahlian daripada ideologi. Keempat : memberi wewenang lebih besar kepada pengelola perusahaan dalam menentukan kebijakan perusahaannya. Kelima : menuntut para kader tingkat bawah untuk berdisiplin dan memberikan data statistik secara tetap. Keenam : mengambil langkah reorganisasi partai dengan menekankan pada disiplin partai dengan menekankan pada disiplin partai dan mekanisme kontrol pada lembaga-lembaga partai.
Namun menurut Mao kebebasan-kebebasan yang disertai dengan perdagangan dan pasar bebas sebagai suatu kemerosotan ideologi yang tidak boleh dibiarkan. Menurutnya, dengan adanya pasar bebas, kemerosotan kearah kapitalisme “sudah diambang pintu”. Melihat hal itu maka timbul keinginan Mao mengadakan gerakan untuk mendidik rakyat agar kesadaran ideologinya meningkat didasarkan gagasan bahwa telah terjadi kemerosotan ideologi di kalangan rakyat. Mao melihat kebijakan yang dilakukan Liu dengan dengan pasar bebasnya membuat rakyat mengabaikan prinsip-prinsip sosialis yang semestinya dijaga. Orientasi materi demi keuntungan pribadi menyebabkan kesadaran idelogi massa mulai menurun. Kemerosotan ideologi dan bahaya kembali ke kapitalisme seringkali didengungkannya, seperti yang kembali diingatkannya pada sidang Pleno Kesepuluh Komite Sentral Partai Kedelapan tahun 1962 :

Masyarakat sosialis merupakan sebuah tahap yang sangat panjang, dimana dalam tahap tersebut masih terdapat kelas, kontradiksi kelas, dan perjuangan kelas, dan juga masih terdapat perjuangan antara sosialisme dan kapitalisme dan bahaya kembalinya kapitalisme (Baum, 1968:60).
MAO ZEDONG

(bagaimana, apakah teman-teman menemukan sebuah kesamaan dengan yang terjadi dengan negara kita tercinta saat ini. ini merupakan hanya sebagai perbandingan dan pelajaran saja.)

Comments

Popular posts from this blog

pemahaman etika menurut Aristoteles dan Immanuel Kant

MENURUT ARISTOTELES Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Istilah lain yang iden¬tik dengan etika, yaitu: • Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). • Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelas¬kan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut: • Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. • Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:

Pendidikan Tidak Membuat Seseorang Menjadi Kaya

Pendidikan yang tinggi tidak membuat seseorang menjadi kaya, kerja keras dan usaha iya. Pendidikan hanya membuka perspektif baru yang lebih luas terhadap seseorang, memberi nya lensa baru, kacamata yang lebih beragam, berbeda dan lebih berwarna dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kehidupan setelah menempuh pendidikan, adalah fase dimana seseorang sadar kalau dirinya tak disiapkan untuk menghasilkan uang, karna memang bukan itu tujuan dari sebuah pendidikan. Kita semua menyadari kalau pendidikan dinegeri ini mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi materi pembelajaran utamanya masih hanya berupa teori minim eksekusi atau praktek. Alhasil siswa yang dihasilkan hanya pintar bicara tapi minim aksi nyata. Konsep pemikiran buah dari pendidikan yang tinggi kalau hanya untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya harus segera diubah, karna materi sebagai sebuah tujuan sangat kecil nilainya dan tidak bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang didapat. Ilmu tidak bisa dibandi

Self Reflection

Setelah sekian lama bergulat dengan perasaan gak jelas, entah bersalah, tidak peduli, apatis atau apa namanya saya sendiri kesulitan menemukan kata yang tepat menggambarkan perasaan ini. yang pasti, gak ada yang salah dengan pemikiran saya selama ini, tentang tulisan-tulisan yang telah saya post di blog sederhana ini, semuanya (hampir 98%) hasil pemikiran saya sendiri. Plus yang membuat saya terhenti untuk sementara adalah pergulatan batin yang bagi saya adalah medan peperangan yang seakan tak akan pernah bisa saya menangi. Berkomunikasi pada alam bawah sadar sendiri adalah salah satu pertanda kecerdasan seseorang (katanya hehe), tapi bagaimana kalau pemikiran itu menjadi sebuah perangkap, atau bahkan penjara yang mengungkung kebebasan berpikir mu dan kau menjadi kerdil sejak dalam pikiran sendiri. Pada intinya saya menjadi semakin realistis (klise memang), dikarenakan hidup (realitas) meng-KO- saya keras sekali sampai menghujam ke bumi, menyadarkan saya kalau hidup tidak seperti y