Prinsip Metodologi
Metodologi merupakan bagian epistemologi
yang mengkaji perihal urutan langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan
yang diperoleh memenuhi ciri-ciri Ilmiah. Metodologi juga dapat dipandang
sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah penalaran yang tepat. Jika kita
membicarakan metodologi maka hal yang tak kalah pentingnya adalah asumsi-asumsi
yang melatarbelakangi berbagai metode yang dipergunakan dalam aktivitas ilmiah.
Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah pendirian atau sikap yang akan dikembangkan
para ilmuwan maupun peneliti di dalam kegiatan ilmiah mereka.
Beberapa prinsip metodologi oleh
beberapa ahli, diantaranya:
A. Rene Descartes
Dalam karyanya Discourse On Methoda,
dikemukakan 6 (enam ) prinsip metodologi yaitu:
Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal
sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang. Akal sehat
menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya, namun
yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.
Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan
dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian. Descartes mengajukan 4 (empat)
langkah atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud yaitu: (1) Jangan
pernah menerima baik apa saja sebagai yang benar, jika anda tidak mempunyai
pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari
kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan memasukkan
apapun ke dalam pertimbangan anda lebih dari pada yang terpapar dengan begitu
jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi, (2) Pecahkanlah setiap kesulitan
anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan
untuk mempermudah penyelesaiannya secara
lebih baik.(3) Arahkan pemikiran anda secara jernih dan tertib, mulai dari
objek yang paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit
demi sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks, dan
dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan diantara objek yang sebelum itu tidak
mempunyai ketertiban baru. (4) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan
selengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda
dapat merasa pasti tidak suatu pun yang ketinggalan. (5)Langkah yang
digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap skeptis metodis dalam
memperoleh kebenaran yang pasti.
Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan
metode sebagai berikut: (1) Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri,
sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak. (2)
Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun
yang paling meragukan. (3) Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada
merombak tatanan dunia.
Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang
acap kali terkecoh oleh indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak
berubah namun kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak bereksistensi,
karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain. Oleh karena
itu, kita dapat saja meragukan segala sesuatu, namun kita tidak mungkin
meragukan kita sendiri yang sedang dalam keadaan ragu-ragu.
Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua
substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani yang
meluas). Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin yang tentunya karena
ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik. Atas ketergantungan antara dua kodrat
ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani. Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati
bersama dengan tubuh. Jiwa manusia itu abadi.
B. Alfred Julesayer
Dalam karyanya yang berjudul Language,
Truth and Logic yang terkait dengan prinsip metodologi adalah prinsip
verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:
Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana
kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara
meyakinkan.
Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan
untuk menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa
depan sebagai pernyataan yang mengandung makna.
Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena
pernyataan-pernyataan metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan
yang MEANING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi
apapun
C. Karl Raimund Popper
.R. Popper seorang filsuf kontemporer
yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran
(justification) terhadap teori yang telah ada. K.R. Popper mengajukan prinsip
verifikasi sebagai berikut:
Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat
dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu
bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran terakhir.
Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih
tepat.
Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan
(observasi) secara teliti gejala (simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan
yang berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri umum yang
dirumuskan menjadi hipotesa. Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan dengan cara
menemukan bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang berhasil
dibenarkan (justifikasi) akan berubah menjadi hukum.
K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas
verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan
bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris.
K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip FALSIFA
BILITAS, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Maksudnya
sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori kebenarannya bersifat sementara, sejauh
belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya, jika
ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih melalui prinsip falsifiabilitas
itu cukup ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning,
hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut. Namun apabila suatu
hipotesa dapat bertahan melawan segala usaha penyangkalan, maka hipotesa
tersebut semakin diperkokoh (CORROBORATION).
Akhirnya, semoga peristiwa mengarang
indah seperti yang saya lamunkan dapat dihindari dan sekelumit eceran informasi
ini bisa mengisi penelitian yang benar indah.
Metodologi berasal dari bahasa Yunani
“metodos”, kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti
melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti
suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.
Metodologi adalah ilmu-ilmu yang
digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara
tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang
dikaji.
Ilmu terdiri atas lima prinsip:
keteraturan (orde)
sebab-musabab (determinisme)
kesederhanaan (parsimoni)
pengalaman yang dapat diamati (empirisme)
Dengan prinsip-prinsip yang demikian
maka ada banyak jalan untuk menemukan kebenaran. Metodologi adalah tata cara
yang menentukan proses penelusuran apa yang akan digunakan.
Metodologi penelitian adalah tata cara
yang lebih terperinci mengenai tahap-tahap melakukan sebuah penelitian.
Metode ilmiah atau proses ilmiah
merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis
berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis
dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan
hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis
lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Unsur metode ilmiah
Unsur utama metode ilmiah adalah
pengulangan empat langkah berikut:
Karakterisasi (pengamatan dan
pengukuran)
Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil
pengamatan dan pengukuran)
Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)
DNA/contoh
Setiap langkah diilustrasikan
dengan contoh dari penemuan struktur DNA:
DNA/karakterisasi
DNA/hipotesis
DNA/prediksi
DNA/eksperimen
Contoh tersebut dilanjutkan pada tahap "Evaluasi dan
pengulangan", yaitu DNA/pengulangan.
Karakterisasi
Metode ilmiah bergantung pada
karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi,
ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh
subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses
penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali
memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat
dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan
terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau
populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus
seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu
biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran
secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk
grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti
korelasi dan regresi.
[sunting] DNA/karakterisasi
ejarah penemuan struktur DNA merupakan
contoh klasik dari empat tahap metode ilmiah: pada tahun 1950 telah diketahui
bahwa pewarisan genetik memiliki deskripsi matematis, diawali oleh penelitian
Gregor Mendel, namun mekanisme gen tersebut belumlah diketahui dengan jelas.
Para peneliti di laboratorium William Lawrence Bragg di Universitas Cambridge
membuat gambar-gambar difraksi sinar-X atas berbagai macam molekul. Berdasarkan
susunan kimianya, dirasakan mungkin untuk mengkarakterisasikan struktur fisis
DNA dengan gambar sinar-X. Lihat: DNA 2
[sunting] Karakterisasi
Metode ilmiah bergantung pada
karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi,
ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh
subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses
penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali
memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat
dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau
dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti
bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan
ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan
suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam
itu. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel,
digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan
perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya
ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran
tersebut. Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan
pengukuran berulang atas kuantitas yang diukur.
Metode ilmiah boleh dikatakan suatu
pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.
Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari
fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang
fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu,
penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak
dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam
mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa
begitu, apakah benar, dan sebagainya.
Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah
adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan
penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah
adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.”
Metode ilmiah dalam meneliti mempunyai
kriteria serta langkah-langkah tertentu dalam Metode ilmiah bekerja. seperti di
bawah ini.
Kriteria
1. Berdasarkan fakta
2. Bebas dari prasangka
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa
4. Menggunakan hipolesa
5. Menggunakan ukuran objektif
6. Menggunakan teknik kuantifikasi
Langkah-langkah
1. Memilih dan mendefinisikan masalah.
2. Survei terhadap data yang tersedia.
3. Memformulasikan hipotesa.
4. Membangun kerangka analisa serta
alat-alat dalam menguji hipotesa.
5. Mengumpulkan data primair.
6. Mengolah, menganalisa serla membuat
interpretasi.
7. Membual generalisasi dan kesimpulan.
Sumber:
http://supermahasiswa.multiply.com/journal/item/5/Sukses_Membuat_Proposal_Penelitian.
Comments
Post a Comment