BISNIS
MEDIA VS IDEALISME PERS (Independen, Jujur, serta Netral)
“Industri media akan tetap tumbuh seiring dengan pertumbuhan
ekonomi nasional,”
Chairul Tanjung
Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa Chairul Tanjung
sebagai salah satu aktor besar dibelakang mengguritanya bisnis media massa di
indonesia saat ini. Aktor disini adalah sebagai pelaku, pelaksana dan bisa
dikatakan juga pelopor untuk bisnis ini. Dengan berlatar belakangkan berbagai macam
kepentingan seperti politik, ekonomi dan juga pencitraan maka bisnis media
dewasa ini dipandang sebagai lahan subur pendulang suara dan pembentuk opini di
mata masyarakat indonesia sebagai pengkonsumsi media televisi khususnya yang
masih tertinggi kadar pengkonsumsiannya.
Dewasa ini, perkembangan Media Massa Elektronik di
Indonesia sangat pesat seiring dengan kemajuan teknologi informasi itu sendiri.
Televisi misalnya, pada tahun 1994 kita hanya mengenal 6 stasiun televisi
swasta dimana yang terakhir lahir adalah Indosiar. Hari ini puluhan stasiun
televisi telah lahir termasuk televisi lokal. Tingginya minat masyarakat
terhadap informasi atau berita terbaru membuat media massa menjadi salah satu
lahan bisnis yang sangat menjanjikan. Karena penting dan mudahnya menyampaikan
informasi melalui Media Massa Elektronik, banyak politisi yang beralih berkampanye melalui media ini.
Khususnya televisi, media massa ini paling banyak digemari karena indra manusia
lebih mudah menangkap informasi yang berasal dari visual dan audio visual.
Ada empat tokoh besar, Chairul Tanjung (CT), Harry
Tanoesoedibjo (HT), Aburizal Bakrie (AB), serta Surya Paloh (SP). Dari 4 nama
tersebut, hanya SP yang belum memiliki media on line secara spesifik. Lalu,
hanya Chairul Tanjung dan Bang Ical yang belum memiliki media cetak. Sementara
itu, keempat pengusaha ini sama-sama pemilik stasiun televisi. Khusus untuk
Hary Tanoe, dialah bos media dengan koleksi bisnis paling lengkap. Mulai dari
koran, majalah, radio, media on line, televisi, hingga televisi berlangganan
ada di genggaman kelompok bisnisnya. Hary Tanoe dengan MNC Grup-nya boleh
dibilang paling digdaya di jagad media elektronik Indonesia. Sementara itu Bang
Ical, dengan aset yang dimilikinya saat ini merupakan sosok pemilik bisnis 3 layar.
Istilah bisnis 3 layar ini saya peroleh dari
berita-berita yang saya baca di situs portal berita online. Layar yang dimaksud
adalah layar televisi, layar komputer, serta layar handphone. AB dengan
kekuatan bisnisnya, seperti kita tahu sudah memiliki TV One, Anteve, Vivanews,
serta Esia. Ketiga layar itu, kini menjejali benak publik. Di media on line, AB
berkibar dengan vivanews-nya. Vivanews kini menjadi salah satu situs berita on
line yang cukup diperhitungkan. Ranking jumlah pembacanya untuk sementara ini
harus berkejaran ketat dengan kompas.com untuk menduduki posisi ke-2 dan ke-3.
Bila ditilik lebih jauh, dari keempat bos media yang
tersebut di atas, 3 orang di antaranya menjadi tokoh publik. Baik sebagai
pengurus parpol, ormas, hingga organisasi yang membidangi isu spesifik dan
strategis. Hanya Hary Tanoe yang tidak terlihat menonjolkan diri sebagai tokoh
publik. Alhasil, nama Hary Tanoe cukup dikenal sebagai bos atau pemilik Grup
MNC. Sesekali wajah dan senyumnya muncul di layar kaca menjelang event tertentu
atau sekadar menyapa pemirsa untuk mengucapkan selamat. Hary Tanoe memang tidak
sepopuler CT, AB, serta SP. Namun belakangan ini HT pun seperti mengikuti 3
kompetitornya itu, telah kita ketahui baru saja HT bergabung dengan salah satu
parpol yang ketum nya merupakan mantan seorang jenderal yaitu Hanura.
CT seperti sering dikutip media massa, kini menjabat
sebagai Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN). Namanya beberapa kali muncul di
media massa sebagai tokoh yang dimintai komentar seputar perekonomian nasional
saat ini. Sebagai pengusaha bertangan dingin, CT bisa merepresentasikan dirinya
sebagai sosok yang memahami betul ekonomi dan bisnis. Pendapat serta
komentarnya tidak lagi terjebak pada gaya normativisme yang kerap ditampilkan
pejabat pemerintahan.
Lain halnya dengan AB serta SP. Publik tahu,
keduanya adalah sosok yang kontroversial. Yang pertama pemimpin parpol
berlambang beringin dan yang kedua pemimpin ormas yang belakangan bernafsu
membangun parpol. Sangat jelas sudah, kedua bos media ini punya agenda politik
yang secara telanjang diketahui publik. Keduanya juga kerap menghiasi media
miliknya dengan berita yang dirancang untuk menguntungkan dan makin
mempopulerkan citra mereka. Tidak ada yang salah dengan langkah itu, toh
keduanya ngetop dengan media yang mereka miliki. Namun, sajian semacam itu
terasa jauh dari nilai-nilai idealisme pers yang dituntut yakni: independen,
jujur, serta netral.
Konglomerasi media memang menciptakan silang
sengkarut kepentingan. Kepemilikan berbagai jenis media yang tersentral pada
satu nama tertentu, secara implisit menampilkan kesan makin kuatnya persaingan.
Muncul kesan: siapa punya apa saja. Dilihat dari portfolio perusahaannya, jelas
sudah, HT paling banyak memiliki koleksi perusahaan media. Disusul CT, AB,
serta SP. Dilihat dari postur bisnisnya, SP tergolong paling kecil geliat
bisnisnya. SP hanya punya koran Media Indonesia serta Metro TV. Itulah mesin
uang dan media yang bisa mempopulerkan SP. Adapun CT dan AB bisa dibilang
memiliki kekuatan yang berimbang. Kedua bos ini memiliki 2 stasiun televisi dan
masing-masing juga memiliki 1 media on line. Hanya saja, jika diteropong lebih
jauh, raupan perolehan iklan untuk media milik CT sepertinya masih lebih besar.
Terlebih setelah CT berhasil membeli detikcom, pundi-pundi keuntungan Grup Para
bakal makin melimpah di masa mendatang.
Dinegara negara maju seperti Amerika Serikat dan
Eropa perkembangan business Multimedia berkembang menjadi quadreple play
bundled pada satu paket jasa meliputi voice, broadband,entertaiment dan mobile
service dengan diiringi transisi perubahan perkembangan bisnis menjadi platform
baru bisnis informasi yang berpadu dengan perengkat teknologi informasi yang
berkembang , meliputi perubahan ;
Business Model dari bisnis Televisi berubah menjadi
TV network , Jam tayang serta trend Tv Program tidak lagi dikemas dalam satu
paket seperti umumnya peruhaan Tv dan saat ini berkembang sebagai provider.
Media Industry termasuk Tv News, entertainment
broadcaster and news publisher dalam bisnisnya dominasi penghasilan adalah dari
periklanan baik pada acara Tv atau program-program berita, Demikian juga dengan
media surat kabar yang semula bisnis intinya editorial juga mendapat nilai
tambah dari periklanan. Perkembangan dari platform teknologi baru menjadikan
perilklanan berembang menjadi bisnis konten seperti Video on demand
distribution.
Service Provider Industry seperti Tv Operator
Satelit dan kabel, Operator Jaringan Cellular dan ISP sudah berkembang dengan
menerapkan Multimedia Service Operation.
Jasa Internet (Internet Service) banyak
mengembangkan konten-konten Tv Internet, konten video banyak berperan dalam
memperbesar kapasitas konten dalam standart vedeo player pada website yang
dimiliki perusahaan internet, Perusahan internet tekemuka di Amerika Serikat
sepert google, yahoo dan AOL telah menerapkan aplikasi pencarian Video (Search
Video) untuk penyesuain teknik pencarian prioritas program yang dipilih oleh
user.
End user Terminal Product, Personal Komputer (PC),
Consumer Electronic atau industri perangkat televise pada akhirnya
berkolaborasi dengan tahap menuju konvergensi, Produsen Personal Komputer PC
set up teknologi baru yang mampu akses internet kedalam TV set sebaliknya
Siaran televisi bisa terakses dalam PC dan Perangkat Consumer Electronic.
Dengan perkembangan tersebut tentunya Badan Asosiasi perlu mendapat indikator dalam
mengantisipasi perkembangan teknologi melalui program kegiatannya yang
lebih efektif seperti usulan regulasi
konfergensi dan penyiaran, promosi IPR dengan memperhatikan kegiatan usaha yang
dilaksanakan oleh anggotanya seperti Industri TV Berlangganan, pengembangan
indusri konten untuk dapat masuk pada era digiltalisasi dan broadband pada
sektor telekomunikasi. Di harapkan embrio industri yang dirintis
kegiatannya oleh badan Asosiasi dapat dimanfaatkan lebih luas baik
bagi anggotanya dan masyarakat pada
umumnya untuk menjadi lebih bermanfaat bagi kepentingan bangsa.
Sumber :
Kompas.com
(Kompasiana)
Koran nusantara online
APMI (Asosiasi Penyelenggara Multimedia Indonesia)
Comments
Post a Comment