Skip to main content

Dibalik Viral dan Hashtag



Semakian muak melihat dengan mudahnya orang-orang pengguna social media khususnya, terpengaruh dengan trik murahan para pemain dibelakang layar. Dengan sedikit menciptakan “kegaduhan” palsu mereka telah merekayasa fakta social menjadi ajang media iklan dan pencitraan. Saya disini bicara tentang maraknya berita murahan tapi dibumbui seakan berita itu actual, tren, dan happening banget. Tentang mudahnya masyrakat ter-distraksi- dari permasalahan yang benar-benar penting kepada hal yang dilabeli “penting” dan “viral” tadi.

Mayoritas dari kita yang sudah tak  asing lagi dengan dunia social media pasti familiar dengan kata-kata yang menjadi judul dari artikel apa adanya ini. Ya kita sangat mudah mendapati kata-kata diatas setiap kali berselancar di dunia maya. Sebenarnya apa sih arti dan maksudnya.. disini saya tak akan menjelaskan secara terminologis atau epitimologis karna ini bukan bangku kuliahan, tapi saya ingin membuka tirai dibalik ada apa dibalik “tanda/kata” sacral itu sehingga banyak pengguna (user) yang tak sadar kalau mereka telah terperdaya dan masuk dalam kategori korban internet marketing strategic.

Setiap berita, kejadian, fenomena, atau apapun itu mulai dari yang memang penting, sangat penting sampai yang tidak penting sama sekali pun akan sama kategori nya kalau sudah disematkan di depannya kata-kata magic seperti judul diatas. Kita sebagai pengguna yang tak tahu apa-apa (anggap saja begitu), seolah ditunjukkan kalau ini lo ada berita hangat yang sedang ramai-ramai nya dibicarakan orang sedunia. Kalau kata-kata yang sering kita lihat dan baca itu seperti ini biasanya. “ada sebuah kejadian menakjubkan terjadi bla bla bla bla dan berita ini pun viral di dunia maya dan membuat heboh dalam beberapa hari belakangan dan seterusnya…. “saat ini twitter sedang geger dengan hashtag #...... dan telah menjadi trending topic world wide karna hampir sekian ribu pengguna twitter menggunakan hashtag #..... ini bla bla blab la”.

Mereka membuat seolah-olah kejadian itu sangat penting, dan kita yang tidak tahu apa-apa ini tiba-tiba seolah menjadi orang yang paling bodoh karna tidak mengetahui adanya berita semacam itu, ketinggalan berita itu, dan merasa menjadi orang paling kuper, udik, dan gak kekinian banget karna berita dengan kategori “viral” dan punya “hashtag” itu tau-tau sudah tenar saja dan nongol di hampir seluruh lini media massa dan akun-akun social media gadungan alias gak becus yang menyajikan berita hasil plagiat demi likes, comment, tambahan followers, pengen tenar, dan motif ekonomi. Kita seakan bertanya-tanya pada diri sendiri, “kemana aja gue selama ini, kok ketinggalan berita sepenting ini sih???” merasa bersalah akhirnya bunuh diri…

Kita terlalu mudah digiring opini gak jelas dari orang tak dikenal, akun abal-abal, dan sumber yang entah darimana. Yang perlu diingat dan saya tekankan disini adalah ada misi terselubung dari semua kegegeran social media diatas, yaitu strategi bisnis marketing orang-orang tertentu yang memanfaatkan berita, fenomena atau kejadian tertentu sebagai media mengiklankan produk mereka, bisa itu barang, jasa, bahkan nilai-nilai seperti budaya atau apapun itu.

Contohnya seperti film, music, gaya tren masa kini barang-barang produksi suatu perusahaan dll.

Kalau pernah merasa menjadi seperti orag diatas Itu cirinya kita bukan pengguna internet yang bijak, cerdas lagi berwawasan luas. Di jaman serba cepat dan instant ini sangat mudah bagi orang yang berniat jahat untuk melancarkan akal bulusnya.

Kita tidak sadar kalau sebenarnya dibalik viral, dan hashtag itu ada scenario konspirasi dari sekelompok orang yang mengambil keuntungan dari berita-berita yang sebenarnya tidak penting itu. Kita disuguhkan pada suatu fenomena yang biasa tetapi digembar-gemborkan seakan luarbiasa lewat kata-kata magic seperti viral, dan hashtag itu.

Ada transfer nilai disitu yang tak dirasakan orang-orang yang dikepalanya hanya ada materi dan penganut falsafah hidup “hidup gue terserah gue”. Sering kan kita melihat remaja kita menirukan sesuatu yang katanya “tren” baru di internet, masa bodoh tren itu berasal darimana, maknanya bagaimana, dipertontonkan oleh orang yang seperti apa, asal ada kata keren nya dan sedikit berbau “amrik” itu gue banget lah broooo.. mereka begitu saja menirukannya. Akhirnya banyak kejadian-kejadian bodoh yang justru merugikan mereka sendiri.

Tidak semua hal bisa kita ambil dari dunia digital, harus ada filter, penyaring dari yang buruk agar tidak melulu generasi kita menjadi korban pembodohan terorganisir dari sekelompok elit orang tak bertanggung jawab.

Yang paling kentara sebenarnya adalah film. Pihak Hollywood yang dalam hal ini adalah salah satu industry film terbesar sejagat sangat aware dengan perkembangan media massa sekarang, dalam setiap perilisan film baru mereka dunia internet seolah geger dengan trailer, OST film nya, graphic dll. Padahal itu adalah strategi pemasaran mereka, dibuat seolah-olah film itu wah padahal sebenarnya biasa saja, memang tak diragukan lagi hasil film produksi Hollywood adalah salah satu yang terbaik, tapi dengan memanfaatkan kenaifan user internet yang saya bilang sebagai “korban” itu adalah pemanfaatan atas keluguan masyarakat kita.

Ditengah masyarakat yang haus akan popularitas barang dan jasa yang sedang “trend” di social media karna lewat “viral” dan “hashtag” tadi, dalam sekejap menjadi komoditi paling dicari, barang siapa tidak menonton film itu di bioskop, memfoto tiketnya, terus di share dengan tagar tertentu, maka dia termasuk golongan orang-orang tak mengikuti perkembangan jaman alias udik a.k.a gak keren lu bray….

Sekali lagi itu adalah strategi pemasaran, sesuatu yang biasa dibuat seolah-olah menjadi sangat luar biasa. Dan lagi-lagi kita mengikutinya.. ya macam bebek saja..

Apa sebenernya yang ada dibalik kata-kata magic itu. Jawabannya Cuma satu Iklan. Yes ketika suatu berita, peristiwa, fenomena atau apapun lah itu sebutannya sudah menyandang gelar “viral”, kemudian dibuat tanda pagar nya “tagar” itu seakan menjadi bukti kalau seluruh dunia yang manusia nya jumlahnya miliaran ini melihat berita atau konten-konten yang di “tagari” itu. Dan itu adalah lahan basah bagi korporasi maupun perorangan yang mempunyai produk atau apapun agar produk dipasarkan “gratis” dengan mendompleng atau memanfaatkan kata-kata tagar tadi.

Dan kita sebagi konsumen, user/pemakai yang tidak tahu apa-apa sekali lagi menjadi korban dari malpraktik kepentingan jual beli produk dan jasa di dunia maya. Saya tidak bilang ini SALAH, karna mau tidak mau inilah aturan main di dunia digital, yang saya sayangkan mereka memanfaatkan ketidak tahuan, keluguan masyarakat untuk kepentingan profit semata. Memang banyak juga yang menggunakan nya untuk kepentingan-kepentingan yang baik seperti kemanusiaan dan kampanye tentang perbaikan alam misalnya, tapi mari focus pada pokok bahasan tulisan ini dahulu..

Masyarakat harus cerdas. Jangan terlalu mudah percaya berita apapun itu di social media, jadilah orang kritis yang mempertanyakan segala sesuatu kalau itu meragukan kebenarannya. Jangan mudah ikut tren macam-macam yang tidak jelas darimana asalnya dan apa manfaatnya, jangan atas dasar kebebasan berekspresi kita jadi bebas menirukan apa saja yang menurut kita sedang tren, gaul dan kekinian banget.

Ingat kita hidup di suatu tempat, ditengah lingkungan social masyrakat yang berbeda, kultur, bahasa, keyakinan dan banyak latar belakang lainnya, yang pasti melahirkan system yang berbeda pula dengan tempat lain di belahan dunia ini dengan kompleksitas masyarakat masing-masing tempat. Jadi boleh disana belum tentu boleh disini  dan begitu pula sebaiknya, menjadi generasi yang kritis terhadap perubahan dan perkembangan jaman menjadi keharusan kalau tidak mau terjebak dan hanyut bersama arus bernama modernitas yang kebablasan.


Kita Indonesia, cintai dan berperilakulah selayaknya Indonesia..  

Comments

Popular posts from this blog

pemahaman etika menurut Aristoteles dan Immanuel Kant

MENURUT ARISTOTELES Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Istilah lain yang iden¬tik dengan etika, yaitu: • Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). • Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelas¬kan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut: • Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. • Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:

Pendidikan Tidak Membuat Seseorang Menjadi Kaya

Pendidikan yang tinggi tidak membuat seseorang menjadi kaya, kerja keras dan usaha iya. Pendidikan hanya membuka perspektif baru yang lebih luas terhadap seseorang, memberi nya lensa baru, kacamata yang lebih beragam, berbeda dan lebih berwarna dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kehidupan setelah menempuh pendidikan, adalah fase dimana seseorang sadar kalau dirinya tak disiapkan untuk menghasilkan uang, karna memang bukan itu tujuan dari sebuah pendidikan. Kita semua menyadari kalau pendidikan dinegeri ini mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi materi pembelajaran utamanya masih hanya berupa teori minim eksekusi atau praktek. Alhasil siswa yang dihasilkan hanya pintar bicara tapi minim aksi nyata. Konsep pemikiran buah dari pendidikan yang tinggi kalau hanya untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya harus segera diubah, karna materi sebagai sebuah tujuan sangat kecil nilainya dan tidak bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang didapat. Ilmu tidak bisa dibandi

HIDUP DIATAS STIGMA (puisi essay)

Tak pantaskah aku hidup selayaknya mereka? Tak bisakah aku bermain selayaknya anak biasa? Tak ada lagikah bagiku kesempatan untuk menuliskan cita-cita tanpa embel-embel pembangkangan dibelakangnya? Tak adakah harapan bagiku menjalani sisa hidup tanpa stigma atas dosa masa lalu ayah ibuku yang tak sepenuhnya mereka kerjakan? Inikah garis hidup yang engkau gariskan Tuhan, pada seorang gadis kecil tak tahu apa-apa dan tak tau arah mengadu kemana? PROLOG Gadis kecil itu tak tahu apa-apa Ditinggal ayah dan bundanya entah kemana Orang bilang diasingkan atau dilenyapkan Sungguh dua kata asing baginya dan semakin membingungkan saja Berjalan sendiri mengarungi hidup Tanpa punya tempat mengadu dan menyandarkan bahu kecil dan tubuh kurusnya Si gadis kecil dengan mimpi besar Seolah berjalan sendiri tanpa harapan Diana namanya. Ya, hanya diana saja Tanpa embel-embel nama belakang Apalagi bin dan binti yang menandakan kalau dia punya orang tua Setiap k