Skip to main content

Ketika jilbab hanya menjadi bahan komoditi dan trend fashion tanpa makna


Sedang nge-trendnya budaya berhijab di kalangan anak muda perempuan muslimah sekarang di dalam negeri menimbulkan dua fakta lapangan yang saling bertolak belakang, satu bersifat positif dan sebaliknya (berdasarkan pandangan penulis). Posisitifnya ini bukti bahwa kesadaran perempuan muslimah untuk berhijab di negeri ini yang notabene merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, mulai tumbuh dan itu menandakan kalau keinginan untuk menjalankan perintah agama sudah mulai diaplikasikan, salah satunya lewat berhijab.

Kemudian fakta negatifnya. Budaya berhijab dikalangan perempuan muslimah baik abg, remaja, sampai yang dewasa ternyata tidak dibarengi dengan pemaknaan hijab itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka hanya ikut-ikutan tren fashion yang sedang banyak digandrungi  dikalangan pergaulan mereka dan banyak dilakukan para artis idolanya, tapi melupakan nilai-nilai yang terkandung dari hijab. Ada beberapa hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh perempuan berhijab tapi masih mereka lakukan, seperti yang paling banyak kita jumpai berikut ini diantaranya. Berhijab tapi memakai pakaian dan celana ketat yang masih menampilkan lekuk tubuh (lebih kita kenal dengan fenomena jilboobs) otomatis tidak menutup aurat, nongkrong di kafe/mall ketika waktu sholat (padahal tidak sedang berhalangan/sengaja meninggalkann shalat), dan masih banyak contoh lainnya yang kalau saya minta pembaca sekalian untuk menambahkannya pun pasti list nya semakin panjang.

sangat disayangkan memang, tapi itulah kenyataannya  tidak semuanya mengerti apa itu makna hijab. Memang bagi orang yang baru memutuskan untuk berhijab, ada masa bagi mereka menyesuaikan diri, belajar memaknai atribut baru yang akan melekat dalam waktu yang tidak sebentar pada dirinya, ini baik dan pertanda yang sangat positif apabila diniati dengan sunguh-sungguh. Alangkah lebih bijak kalau pemakaian hijab itu dibarengi dengan keinginan belajar mengenai makna dan kegunaan hijab dalam kehidupan sehari-hari mereka para perempuan muslimah, berdasarkan aturan islam tentu saja sebagai satu-satunya pedoman dan satu-satunya agama yang memerintahkan umat perempuannya menutup aurat. Jadi hijab itu nantinya tidak hanya berakhir sebagai busana luarnya saja, tapi mampu merubah sikap dan perilaku si pemakai pula, karna hijab berfungsi dua arah, melindungi dari luar (pandangan dll) dan yang di dalam (hati). Dan tak kalah penting mengapa islam menganjurkan perempuan menutup aurat mereka karna hijab merepresentasikan wanita muslimah yang menjaga kehormatan nya, kehormatan keluarga, orang tua, dan dirinya sendiri.

Fenomena lainnya yaitu berkaitan dengan aspek ekonomi dan bisnis. Budaya berhijab ternyata mempunyai prospek bisnis yang menjanjikan, terbukti lewat banyaknya selebritis dan masyarakat dari kalangan biasa yang mendapat banyak keuntungan dari berbisnis hijab (pakaian muslimah), tidak terpaku hanya pada hijab yang menutupi kepala saja tapi sampai ke busana muslimah secara keseluruhan, dari kepala sampai kaki.

Fenomena ini menjadi negatif kenapa? Karna hilangnya atau dilupakannya makna hijab itu tadi, hijab bukan lagi dilambangkan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan bukti untuk menjalankan perintah agama, dan yang paling penting menjaga kesucian si pemakai. Nilai-nilai seperti itu tak diindahkan lagi, bentuk-bentuk busana hijab dan pakaian muslimah sudah tidak mengacu pada kaidah-kaidah yang telah digariskan agama, tapi sudah melenceng jauh menjadi semata komoditas bisnis yang mengutamakan tampilan bentuk nya saja tanpa memikirkan nilai-nilai yang seharusnya ada dalam hijab itu.

Sekali lagi para pelaku bisnis ini berlindung di balik kebebasan berekspresi, alasan menyesuaikan dengan perkembangan jaman, mengembangkan kreatifitas wanita modern dll. Mereka lupa kalau agama tidak lah bisa diperjual belikan begitupun dengan anjuran-anjurannya. Perintah dan aturan dalam islam adalah harga mati yang tak bisa ditolak, diakal-akali apalagi dimanipulasi hanya untuk kepentingan materi semata.

Bahkan lebih parahnya banyak orang yang berkecimpung dalam bisnis hijab ini berdalih ini itu untuk melindungi diri dan bisnisnya dari kesalahan pemaknaan hijab dalam produk jualannya itu. Tanpa mengindahkan kaidah-kaidah yang diatur, mereka seolah mendobrak semua nilai yang terkandung dalam hijab dan pakaian muslimah sebagai produk jualannya kemudian membuatnya sesuai keinginan mereka dan selera pasar saja,  lupa tujuan utama dari hijab itu sendiri. Hijab dan pakaian muslimah apapun itu bentuknya yang masih menampakkan aurat perempuan yang memakainya seperti ketat, tidak menutupi buah dada dan sebagainya bukanlah hijab seperti yang dianjurkan dalam islam. Karna memakai hijab ada aturannya, kalau tidak sesuai ya bukan hijab. Hanya aksesoris pemanis belaka.

Keputusan untuk berhijab bagi perempuan muslimah adalah baik dan sangat dianjurkan. Tapi alangkah baiknya kalau pemakaian hijab dibarengi niat dari dalam diri untuk mau berubah dengan simbolisasinya lewat hijab. Hijab adalah suatu bentuk perlindungan diri bagi seorang perempuan muslimah dari pandangan laki-laki yang bukan muhrimnya, dan makna jilbab/hijab itu sendiri secara harfiah adalah “penutup/menutupi kehormatan perempuan”, fungsinya menutupi aurat perempuan sebagai tanda kehormatannya. Inilah bukti kalau islam sangat menjaga dan menjunjung tinggi kehormatan dan kesucian perempuan. Tapi kenyataannya banyak yang mengartikan sebaliknya, orang yang tidak mengerti akan mengartikan hijab sebagai tanda kalau islam suka menomorduakan perempuan, sebuah bentuk kungkungan pada kemerdekaan seorang perempuan, dibatasi geraknya, menggapnya lebih lemah ketimbang lelaki, diskriminasi dll.

Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin (penyebar kasih sayang bagi seluruh alam) tidak akan memberikan suatu perintah yang memberatkan dan berdampak tidak baik bagi hambanya, apa yang dianjurkan dalam islam pastilah demi kebaikan umatnya. Dan islam pun tidak akan rugi dan berkurang sedikitpun ke-islamannya- (nilai-nilai islamnya) kalau ada umatnya yang tidak menjalani perintah-perintah dari Allah SWT yang telah disampaikan lewat Rasulullah dan Al quran. Islam tegas menjelaskan
 “bagimu agamamu, bagiku agamaku”,
Al kafirun ayat 6

 “sesungguhnya satu-satunya agama yang diridhoi Allah ialah agama islam”.
Ali ‘Imrân/3:19

Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebathilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya. 
[al-Baqarah/2:42]


QS. Al-A’raf: 26, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”

QS. Al-Ahzab: 59, “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.”

*tulisan ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangannya, saran dan perbaikan sangat diharapkan.



Comments

Popular posts from this blog

pemahaman etika menurut Aristoteles dan Immanuel Kant

MENURUT ARISTOTELES Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Istilah lain yang iden¬tik dengan etika, yaitu: • Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). • Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelas¬kan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut: • Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. • Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:

Pendidikan Tidak Membuat Seseorang Menjadi Kaya

Pendidikan yang tinggi tidak membuat seseorang menjadi kaya, kerja keras dan usaha iya. Pendidikan hanya membuka perspektif baru yang lebih luas terhadap seseorang, memberi nya lensa baru, kacamata yang lebih beragam, berbeda dan lebih berwarna dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kehidupan setelah menempuh pendidikan, adalah fase dimana seseorang sadar kalau dirinya tak disiapkan untuk menghasilkan uang, karna memang bukan itu tujuan dari sebuah pendidikan. Kita semua menyadari kalau pendidikan dinegeri ini mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi materi pembelajaran utamanya masih hanya berupa teori minim eksekusi atau praktek. Alhasil siswa yang dihasilkan hanya pintar bicara tapi minim aksi nyata. Konsep pemikiran buah dari pendidikan yang tinggi kalau hanya untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya harus segera diubah, karna materi sebagai sebuah tujuan sangat kecil nilainya dan tidak bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang didapat. Ilmu tidak bisa dibandi

Self Reflection

Setelah sekian lama bergulat dengan perasaan gak jelas, entah bersalah, tidak peduli, apatis atau apa namanya saya sendiri kesulitan menemukan kata yang tepat menggambarkan perasaan ini. yang pasti, gak ada yang salah dengan pemikiran saya selama ini, tentang tulisan-tulisan yang telah saya post di blog sederhana ini, semuanya (hampir 98%) hasil pemikiran saya sendiri. Plus yang membuat saya terhenti untuk sementara adalah pergulatan batin yang bagi saya adalah medan peperangan yang seakan tak akan pernah bisa saya menangi. Berkomunikasi pada alam bawah sadar sendiri adalah salah satu pertanda kecerdasan seseorang (katanya hehe), tapi bagaimana kalau pemikiran itu menjadi sebuah perangkap, atau bahkan penjara yang mengungkung kebebasan berpikir mu dan kau menjadi kerdil sejak dalam pikiran sendiri. Pada intinya saya menjadi semakin realistis (klise memang), dikarenakan hidup (realitas) meng-KO- saya keras sekali sampai menghujam ke bumi, menyadarkan saya kalau hidup tidak seperti y