Skip to main content

Mosi Tidak Percaya


Kalau rakyat sudah tidak percaya pada lembaga yang seharusnya terhormat dan mewakili mereka, maka itu sudah salah satu pertanda rusaknya system kepemerintahan yang jelas-jelas tidak mewakili aspirasi rakyat yang dipimpinnya. Slogan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat hanya tinggal slogan tanpa ada makna dan implikasi nyata. Kalau system sudah rusak maka manusia yang ada dalam system itu pun otomatis ikut rusak, bisa sebagai pelaku perusakan atau memang sejak awal tahu kalau itu rusak tapi dibiarkan karna bisa ditambal sana-sini kemudian colong sana colong sini.

Segala sesuatu kalau tidak dilandasi oleh hati nurani dan etika dan hanya mendasarinya pada aturan-aturan baku yang jelas-jelas buatan manusia tempatnya  salah dan lupa. Maka jangan heran kalau logika dan perasaan hanya dinomor kesekiankan. Mereka hanya berpedoman pada aturan-aturan baku itu dalam memutuskan suatu perkara, tidak peduli lagi pada hukum etika dan budi pekerti, patut  tidak patut, pantas dan tidak pantas. Ini sudah merupakan alamat kalau system itu mengarah pada tujuan yang bukan merupakan sebuah manifestasi “keinginan” rakyat melainkan system yang berkata demikian. Kalau kita selalu mengenyampingkan logika dan etika maka akan selalu ada jalan untuk memperdebatkan hukum-hukum yang dibuat manusia itu, dan hukum bukan lagi memihak tapi memberi batasan-batasan pada keadilan yang seharusnya diperjuangkan sejak awal.

Ini kelemahan kita. Aturan-aturan atau perundang-undangan itu membatasi daya rasa, daya cipta dan daya pikir kita sebagai sosok seorang manusia yang berperasaan, simpati, empati dan bersosialisasi. Tidak semua hal dapat diukur dengan perundang-undangan ala akal bulus manusia licik yang selalu mencari celah kelemahan, ada hal yang lebih besar dan komplek dari sekedar tulisan peraturan diatas kertas sebagai pedoman beretika seorang anggota dewan. Kita ini Negara berperadaban kita berada di timur saja sudah merupakan pertanda kalau kita lahir dan tumbuh ditengah warisan budaya nan harmonis dan penuh akan nilai-nilai luhur kesopanan dan kepatutan dalam bersosialisasi yang seharusnya kita anut dan junjung tinggi sebagai identitas, jadi jangan salahkan orang tua kalau kepala kita dijitak ketika berpapasan dan tidak membungkukkan badan atau menyapa seraya mencium tangan mereka. Hal-hal seperti itu tidak bisa dijelaskan dengan undang-undang yang dibuat manusia, karna rasa seperti itu adalah anugerah bawaan setiap orang, kita semua memilikinya, tinggal bagaimana akhirnya kita memilih untuk menggunakannya atau meninggalkannya tak terpakai dirumah.

Pejabat yang menyalahi fungsi dan perannya sebagai anggota dewan yang katanya terhormat itu, sudah jelas-jelas bersalah tidak usah lagi ditanyakan motif dan mempermasalahkan legal standing segala, tidak usah melebar-lebar kesana-sini kalau dia sebagai sosok pejabat, perwakilan rakyat, apalagi ketua lembaga terhormat, mbok ya sadar sepenuhnya kalau ia telah melakukan tindakan tidak terpuji maka seyogianya bersikap ksatria mundur secara terhormat. Mari bercermin pada Negara maju dalam masalah ini, Jepang, Korea, Jerman dan masih banyak lagi.

Ketika ada pejabatnya yang menduduki posisi penting dalam pemerintahan terkena skandal dan menjadi sorotan di media kemudian menyedot perhatian public di negara itu, mereka dengan jantan mundur, bahkan bunuh diri (contoh di Jepang “hara-kiri” dan Korea di kasus tenggelamnya kapal yang membawa ratusan siswa dan menyebabkan banyak korban meninggal).

Tapi kita negara mundur, ketika ada pejabat kita yang tersangkut skandal dan menjadi pemberitaan di media-media nasional eh malah maju, mencari pembenaran, menggunakan segala cara meminjam kekuatan orang-orang dalam yang ironisnya adalah konco-konconya pula. Malangnya negeriku. Terbukti korupsi, cengangas-cengenges di depan kamera seolah merasa tidak bersalah dan berasa aktor dadakan.



MEDIA SOSIAL: Cerminan gaya berpolitik rakyat di jaman serba teknologi canggih dan modern sebagai refleksi kepuasan rakyat terhadat pemerintah.

Mereka yang bilang kalau Twitter dan media social lain tidak bisa dijadikan tolak ukur sejauh mana pengaruh yang bisa dibuat medsos itu terhadap respon rakyat mengenai kinerja pemerintah (anggotanya) yang sedang terlibat dalam kasus besar dan menjadi sorotan media itu bukan lah sesuatu yang dapat dijadikan pegangan, maka orang itu tidak hidup di jaman sekarang. Jelas dia adalah orang tua keras kepala dengan pemahaman jaman dahulu kala yang telah usang. Karna orang yang cerdas akan mampu beradaptasi pada perkembangan teknologi-teknologi terbarukan masa kini, menggunakan nya untuk kebaikan dan bijaksana.

Indonesia adalah salah satu negara pemakai media social terbesar jadi tidak heran kalau media social juga menjadi media favorit untuk menyampaikan pendapat dan kritikan. Ini berarti kicauan di twitter, postingan di Facebook, photo di Instagram adalah juga suara rakyat, dengan medianya yang lebih modern dan cepat. Seperti yang kita ketahui sekarang mayoritas pejabat atau perwakilan rakyat kita sekarang adalah para orang tua, dan mereka para wakil rakyat itu adalah kebanyakan para orang tua (kolot, yang masih berpikir dan bertindak  dengan cara lama, cara mereka dulu para orang tua). Anak muda yang tumbuh dan besar bersama jaman yang mengusung jargon “whoever controls the media controls the world”. Akan menjadi aktor utama dalam industri ini selanjutnya dan harus. Mengapa harus? Karna ini adalah Rules of The Game yang di usung jaman sekarang, kalau tidak mau tertinggal (seperti kita biasanya, dan masih sampai saat ini juga). Mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi menjadi sebuah keharusan. Bukan hanya sebagai indicator kemajuan sebuah bangsa tapi juga menjadikannya media penyampai pesan yang efektif menjangkau massa yang banyak diluar sana melihat letak geografis negara kita yang kepualauan. Jadi rakyat yang bersuara lewat media social tidak bisa lagi dipandang sebelah mata atau bahkan tidak dianggap, karna itulah “bahasa” anak jaman sekarang. Barang siapa yang masih tidak mau mengakuinya, sana hidup di dalam gua batu saja.

Petisi, survey, trending topic, hastag dan masih banyak lagi produk dari kecanggihan internet jaman sekarang adalah istilah-istilah yang mulai familiar kita dengar, biasanya dengan media utamanya adalah media social seperti twitter, facebook, email dan lain sebagainya kini mulai menjadi media baru penyampai pesan yang efektif dan mudah untuk menyalurkan aspirasi rakyat, bahkan ajakan bersuara bagi mereka yang tidak puas pada kinerja pemerintah yang seharusnya sudah tidak asing bagi kita semua. Karna lewat media inilah (internet) nanti komunikasi akan banyak dilakukan. Kita harus siap menyongsong hari dimana semua kegiatan pertukaran informasi akan terjadi dengan sangat cepat hanya melalui ujung-ujung jari pemakai atau sebutannya dalam hal ini adalah user (pengguna) internet.

Kita tidak bisa mengelak kalau dunia telah melaju dengan sangat cepat diatas rodanya bernama teknologi informasi dunia maya (internet), internet sudah menjadi segalanya, hal yang tak bisa dilepaskan dari setiap sendi kehidupan manusia modern bahkan semakin ketergantungan. Mengadopsinya bagi kemajuan individu dan masyarakat kita merupakan keharusan yang tak terelakkan urgensinya. Jadi jangan aneh lagi kalau berpolitik pun sudah bisa melalui social media. Rakyat cerdas adalah rakyat yang arif menggunakan social media untuk kemaslahatan bersama, bukan media penyamai kebencian tapi menjadi penyambung lidah rakyat versi modern.

“Didiklah rakyat dengan organisasi, dan didiklah penguasa dengan perlawanan”
_R.M. Minke_


Comments

Popular posts from this blog

pemahaman etika menurut Aristoteles dan Immanuel Kant

MENURUT ARISTOTELES Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Istilah lain yang iden¬tik dengan etika, yaitu: • Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). • Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelas¬kan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut: • Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. • Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:

Pendidikan Tidak Membuat Seseorang Menjadi Kaya

Pendidikan yang tinggi tidak membuat seseorang menjadi kaya, kerja keras dan usaha iya. Pendidikan hanya membuka perspektif baru yang lebih luas terhadap seseorang, memberi nya lensa baru, kacamata yang lebih beragam, berbeda dan lebih berwarna dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kehidupan setelah menempuh pendidikan, adalah fase dimana seseorang sadar kalau dirinya tak disiapkan untuk menghasilkan uang, karna memang bukan itu tujuan dari sebuah pendidikan. Kita semua menyadari kalau pendidikan dinegeri ini mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi materi pembelajaran utamanya masih hanya berupa teori minim eksekusi atau praktek. Alhasil siswa yang dihasilkan hanya pintar bicara tapi minim aksi nyata. Konsep pemikiran buah dari pendidikan yang tinggi kalau hanya untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya harus segera diubah, karna materi sebagai sebuah tujuan sangat kecil nilainya dan tidak bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang didapat. Ilmu tidak bisa dibandi

Self Reflection

Setelah sekian lama bergulat dengan perasaan gak jelas, entah bersalah, tidak peduli, apatis atau apa namanya saya sendiri kesulitan menemukan kata yang tepat menggambarkan perasaan ini. yang pasti, gak ada yang salah dengan pemikiran saya selama ini, tentang tulisan-tulisan yang telah saya post di blog sederhana ini, semuanya (hampir 98%) hasil pemikiran saya sendiri. Plus yang membuat saya terhenti untuk sementara adalah pergulatan batin yang bagi saya adalah medan peperangan yang seakan tak akan pernah bisa saya menangi. Berkomunikasi pada alam bawah sadar sendiri adalah salah satu pertanda kecerdasan seseorang (katanya hehe), tapi bagaimana kalau pemikiran itu menjadi sebuah perangkap, atau bahkan penjara yang mengungkung kebebasan berpikir mu dan kau menjadi kerdil sejak dalam pikiran sendiri. Pada intinya saya menjadi semakin realistis (klise memang), dikarenakan hidup (realitas) meng-KO- saya keras sekali sampai menghujam ke bumi, menyadarkan saya kalau hidup tidak seperti y