Skip to main content

H E R O (karna kebaikan itu menular, percayalah...)


Sosok pahlawan tidak perlu dicari, karna sesungguhnya sifat kepahlawanan itu ada dalam diri setiap manusia bahkan seluruh makhluk hidup. Tuhan menciptakan naluri kepahlawanan sebagai sebuah sifat alami yang ada dalam setiap ciptaannya sebagai tanda kasih sayang yang universal.

Sifat kepahlawanan yang dibicarakan disini yaitu sifat dasar makhluk hidup untuk saling tolong menolong. Sifat atau perilaku kepahlawanan identik dengan berkorban demi orang lain tanpa mengharapkan tanda jasa atau pamrih, dan selama ini kita hanya menggolongkan orang semacam ini kebanyakan kepada mereka para pelaku sejarah saja, seperti pejuang kemerdekaan dalam hal ini adalah tentara, relawan, masyrakat sipil yang juga ikut mengangkat senjata, politisi, pejabat pemerintah yang berperan penting sesuai dengan tuntutan jabatannya pada masa tertentu dan lain-lain.

Padahal sosok seorang pahlawan ada dimana saja bahkan yang paling dekat ada dalam diri kita sendiri. Sudahkan kita menyadarinya? Saya harap ya. Sikap dan kemudian naik ke level perilaku kepahlawanan itu didasari oleh kasih sayang, tanpa pamrih, dan berdampak jangka panjang. Karna Allah menciptakan dalam diri setiap makhluk Nya perasaan, asal kata nya rasa. Rasa sedih, senang, kecewa, marah, dendam, peduli adalah sebagian bentuk luapan perasaan manusia bahkan makhluk hidup. Kita semua diciptakan dengan itu dan pastinya diberikan kemampuan untuk mengontrol dan menggunakannya, untuk kebaikan alam dan manusia sekitar kita hidup atau sebaliknya menggunakan rasa yang mengandung nafsu dan berorientasi kerusakan.

Masalahnya banyak manusia (saja) kini tidak menyadari, masa bodoh, terang-terangan menolak perasaan-perasaan itu sebagai bagian tak terpisahkan dari dirinya. Mereka hanya memakai satu “rasa” dari sekian banyak “rasa” sebagai anugerah Allah sang pmaha pencipta yang diberikan padanya, yaitu kerakusan, rakus. Berteman dekat dengan perasaan tanpa merasa bersalah dan cenderung mementingkan diri sendiri dan golongannya saja. Luapan rasa inilah yang paling banyak kita saksikan sekarang karna dipertontonkan dimana-mana dan manusia bangga karnanya.

Buktinya apa. Alam yang rusak, hutan gundul, dibakar, pohon ditebang, air dicemari, hewan-hewan diburu dengan satu alasan klasik, progres. Perang dimana-mana, jutaan korban tak berasalah berjatuhan karnanya. Dibalik alasan kemajuan peradaban manusia inilah rasa rakus mendominasi diri manusia yang lemah dan rapuh jiwanya terhadap kebajikan dan harmoni, mereka dirasuki dan dukuasai “rasa” nafsu yang mengontrol dirinya untuk berbuat semaunya tanpa menghiraukan apa yang bakalan terjadi nantinya. Tak peduli alam ia rusak, hewan-hewan kehilangan habitatnya, anak-anak korban perang bukan hanya kehilangan ayahnya, tapi juga masa depan, ibu yang seketika menjanda, hidup yang seketika itu juga berubah tanpa harapan. tanpa disadari pula mereka manusia serakah itu sebenarnya menggali kuburan bagi diri mereka sendiri, dan manusia-manusia lainnya yang sama sekali tidak bersalah dan tidak ada hubungannya dengan perbuatan biadab mereka.

Sayangnya itulah kenyataan pahit yang kita rasakan dan hadapi. Dimana sifat kepahlawanan yang ada dalam diri setiap manusia tadi?. Dia masih ada disana tertidur menunggu untuk dibangunkan. Tapi tunggu, jangan terlalu risau, tidak semua manusia begitu. Masih ada manusia lain yang menggunakan “rasa” kasih sayang nya untuk kebaikan manusia lain dan alam, tapi jumlah mereka terlau sedikit dan seakan terlupakan. But.. bukan berarti apa yang mereka lakukan sia-sia, tidak sama sekali. Dampak yang mereka timbulkan dari sifat kepahlawan itu adalah legacy paling berharga, sebagai contoh dari dari perbuatan yang perubahannya terasa sangat nyata bagi perubahan bumi dan manusia kearah yang lebih baik kedepannya.

Siapa mereka?. Mereka adalah aktivis lingkungan, sosial, HAM, prajurit, politisi, dan siapa pun bisa jadi anda. Semua bisa bisa masuk dalam barisan manusia-manusia yang mau berbuat kebaikan bagi bumi dan manusia sekitarnya, selama “rasa” dasar yang mereka jadikan pijakan untuk berperilaku membuat perubahan itu adalah kasih sayang, tanpa batas dan tanpa mengharapkan apa-apa apalagi pujian dari manusia lainnya.

Di Indonesia kita bisa melihat orang-orang semacam itu diacara Kick Andy Metro TV. Tupperawre SHE Can Trans 7 dan masih banyak lagi. thanks god... masih ada media yang menampilkan tontonan yang bukan hanya menghibur tapi sarat makna pendidikan.

Kembali kepada sifat kepahlawanan dalam diri kita manusia, kalau pembaca sekalian perhatikan beberapa kata manusia diatas setelahnya ada kata yang didalam kurungkan yaitu ‘saja’. Sebagai usaha penulis untuk menggolongkan manusia “saja” sebagai pelaku kejahatan yang paling sering memakai rasa marah dan rakusnya dalam pengrusakan alam ketimbang golongan makhluk hidup lain. Karna alam dan hewan dalam hal ini selalu masuk dalam kategori korban dan pesakitan dari ulah golongan manusia diatas.

Kalau pembaca sekalian perhatikan (yang mana saya harap begitu ;), hewan terkadang bisa lebih “manusiawi” dalam ukuran manusia dari manusia atau kita sendiri. Sering kita melihat bagaimana mereka melindungi anak-anaknya dari pemangsa, menggunakan tubuhnya sebagai tameng untuk keselamatan anaknya sendiri, hewan peliharaan yang melindungi majikannya, dan perilaku hewan lainnya yang lebih memperlihatkan kasih sayang ketimbang kebanyakan manusia. Memang hewan makhluk tak berakal dan kita masih sering mengganggap kalau itu hanyalah bagian dari insting hewani mereka untuk melakukan hal semacam itu, ya sebagai bagian dari perilaku bertahan hidup. Tapi penulis yakin hewan pun memiliki perasaan, sama seperti kita manusia, mereka bisa merasakan sakit, marah, dan kecewa kalau rumahnya dihancurkan, anaknya diambil bahkan dibunuh, dah hak-haknya untuk hidup bersama golongannya dirampas begitu saja. Kita pun manusia begitu kan, lalu kenapa kita tega berbuat setega itu kepada mereka??. Perbuatan merusak dan menghancurkan alam, berperang mengatasnamakan agama atau apapun, adalah seburuk-buruknya perilaku manusia, karna bukan hanya merusak habitat makhluk hidup seperti tumbuhan, dan hewan tapi juga merusak kehidupan manusia itu sendiri dimasa depan, perbuatan yang menimbulkan kerusakan pada diri manusia itu sendiri tanpa mereka sadari, putus asa, frustasi, dan hampa adalah berbagai konsekuensi logis dan psikologis sebagai hasil dari perbuatan keji mereka, karna sesungguhnya mereka menentang kata hati mereka sendiri yang selalu mengajarkan welas asih dan persaudaraan (pernah mendengar tentara yang depresi dan rusak kejiwaannya setelah pulang dari perang?). itulah, Dampaknya bukan hanya kini tapi juga jangka panjang.


Sudah cukup menggambarkan perbuatan yang didasari nafsu yang selalu berimplikasi kerusakan. Sudah cukup berperang dengan sesama manusia dan siapapun itu dengan dasar agama, politik, ekonomi dan apapun jua. Sudah cukup menghancurkan hutan dan alam lainnya atas nama kemajuan investasi mada depan, projek pembangunan dan shit-shit lainnya. Karna alam tak pernah menunggu untuk dipulihkan, dan alam dapat membalas dengan lebih keras dari apa yang telah diperbuat manusia kepadanya.

Mulai saat ini perbanyak menggunakan “rasa’’ kasih sayang dalam diri kita sebagai “rasa” yang paling dominan kita pakai dam perilaku sehari-hari, karna perubahan besar selalu diawali dari perubahan dari diri sendiri yang awalnya kecil, tidak adak kata terlambat untuk berbuat kebajikan, karna kebaikan akan berlaku kapan saja. Bangkitkan semangat kepahlawanan dalam diri kita masing-masing niscaya akan banyak bermuculan pahlawan-pahlawan baru yang mampu membuat perubahan bagi Indonesia dan bumi yang lebih indah dan harmonis.

pilihan ada dirimu ingin di pihak yang mana.

Karna kebaikan itu menular, percayalah...


Comments

Popular posts from this blog

pemahaman etika menurut Aristoteles dan Immanuel Kant

MENURUT ARISTOTELES Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Istilah lain yang iden¬tik dengan etika, yaitu: • Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). • Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelas¬kan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut: • Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. • Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:

Pendidikan Tidak Membuat Seseorang Menjadi Kaya

Pendidikan yang tinggi tidak membuat seseorang menjadi kaya, kerja keras dan usaha iya. Pendidikan hanya membuka perspektif baru yang lebih luas terhadap seseorang, memberi nya lensa baru, kacamata yang lebih beragam, berbeda dan lebih berwarna dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kehidupan setelah menempuh pendidikan, adalah fase dimana seseorang sadar kalau dirinya tak disiapkan untuk menghasilkan uang, karna memang bukan itu tujuan dari sebuah pendidikan. Kita semua menyadari kalau pendidikan dinegeri ini mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi materi pembelajaran utamanya masih hanya berupa teori minim eksekusi atau praktek. Alhasil siswa yang dihasilkan hanya pintar bicara tapi minim aksi nyata. Konsep pemikiran buah dari pendidikan yang tinggi kalau hanya untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya harus segera diubah, karna materi sebagai sebuah tujuan sangat kecil nilainya dan tidak bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang didapat. Ilmu tidak bisa dibandi

Self Reflection

Setelah sekian lama bergulat dengan perasaan gak jelas, entah bersalah, tidak peduli, apatis atau apa namanya saya sendiri kesulitan menemukan kata yang tepat menggambarkan perasaan ini. yang pasti, gak ada yang salah dengan pemikiran saya selama ini, tentang tulisan-tulisan yang telah saya post di blog sederhana ini, semuanya (hampir 98%) hasil pemikiran saya sendiri. Plus yang membuat saya terhenti untuk sementara adalah pergulatan batin yang bagi saya adalah medan peperangan yang seakan tak akan pernah bisa saya menangi. Berkomunikasi pada alam bawah sadar sendiri adalah salah satu pertanda kecerdasan seseorang (katanya hehe), tapi bagaimana kalau pemikiran itu menjadi sebuah perangkap, atau bahkan penjara yang mengungkung kebebasan berpikir mu dan kau menjadi kerdil sejak dalam pikiran sendiri. Pada intinya saya menjadi semakin realistis (klise memang), dikarenakan hidup (realitas) meng-KO- saya keras sekali sampai menghujam ke bumi, menyadarkan saya kalau hidup tidak seperti y