Sosok pahlawan tidak perlu dicari, karna sesungguhnya sifat
kepahlawanan itu ada dalam diri setiap manusia bahkan seluruh makhluk hidup. Tuhan
menciptakan naluri kepahlawanan sebagai sebuah sifat alami yang ada dalam
setiap ciptaannya sebagai tanda kasih sayang yang universal.
Sifat kepahlawanan yang dibicarakan disini yaitu sifat dasar
makhluk hidup untuk saling tolong menolong. Sifat atau perilaku kepahlawanan
identik dengan berkorban demi orang lain tanpa mengharapkan tanda jasa atau
pamrih, dan selama ini kita hanya menggolongkan orang semacam ini kebanyakan
kepada mereka para pelaku sejarah saja, seperti pejuang kemerdekaan dalam hal
ini adalah tentara, relawan, masyrakat sipil yang juga ikut mengangkat senjata,
politisi, pejabat pemerintah yang berperan penting sesuai dengan tuntutan
jabatannya pada masa tertentu dan lain-lain.
Padahal sosok seorang pahlawan ada dimana saja bahkan yang
paling dekat ada dalam diri kita sendiri. Sudahkan kita menyadarinya? Saya harap
ya. Sikap dan kemudian naik ke level perilaku kepahlawanan itu didasari oleh
kasih sayang, tanpa pamrih, dan berdampak jangka panjang. Karna Allah
menciptakan dalam diri setiap makhluk Nya perasaan, asal kata nya rasa. Rasa sedih,
senang, kecewa, marah, dendam, peduli adalah sebagian bentuk luapan perasaan
manusia bahkan makhluk hidup. Kita semua diciptakan dengan itu dan pastinya
diberikan kemampuan untuk mengontrol dan menggunakannya, untuk kebaikan alam
dan manusia sekitar kita hidup atau sebaliknya menggunakan rasa yang mengandung
nafsu dan berorientasi kerusakan.
Masalahnya banyak manusia (saja) kini tidak menyadari, masa
bodoh, terang-terangan menolak perasaan-perasaan itu sebagai bagian tak
terpisahkan dari dirinya. Mereka hanya memakai satu “rasa” dari sekian banyak “rasa”
sebagai anugerah Allah sang pmaha pencipta yang diberikan padanya, yaitu
kerakusan, rakus. Berteman dekat dengan perasaan tanpa merasa bersalah dan
cenderung mementingkan diri sendiri dan golongannya saja. Luapan rasa inilah
yang paling banyak kita saksikan sekarang karna dipertontonkan dimana-mana dan
manusia bangga karnanya.
Buktinya apa. Alam yang rusak, hutan gundul, dibakar, pohon
ditebang, air dicemari, hewan-hewan diburu dengan satu alasan klasik, progres. Perang
dimana-mana, jutaan korban tak berasalah berjatuhan karnanya. Dibalik alasan
kemajuan peradaban manusia inilah rasa rakus mendominasi diri manusia yang
lemah dan rapuh jiwanya terhadap kebajikan dan harmoni, mereka dirasuki dan
dukuasai “rasa” nafsu yang mengontrol dirinya untuk berbuat semaunya tanpa
menghiraukan apa yang bakalan terjadi nantinya. Tak peduli alam ia rusak,
hewan-hewan kehilangan habitatnya, anak-anak korban perang bukan hanya
kehilangan ayahnya, tapi juga masa depan, ibu yang seketika menjanda, hidup
yang seketika itu juga berubah tanpa harapan. tanpa disadari pula mereka
manusia serakah itu sebenarnya menggali kuburan bagi diri mereka sendiri, dan
manusia-manusia lainnya yang sama sekali tidak bersalah dan tidak ada
hubungannya dengan perbuatan biadab mereka.
Sayangnya itulah kenyataan pahit yang kita rasakan dan
hadapi. Dimana sifat kepahlawanan yang ada dalam diri setiap manusia tadi?. Dia
masih ada disana tertidur menunggu untuk dibangunkan. Tapi tunggu, jangan
terlalu risau, tidak semua manusia begitu. Masih ada manusia lain yang
menggunakan “rasa” kasih sayang nya untuk kebaikan manusia lain dan alam, tapi
jumlah mereka terlau sedikit dan seakan terlupakan. But.. bukan berarti apa
yang mereka lakukan sia-sia, tidak sama sekali. Dampak yang mereka timbulkan
dari sifat kepahlawan itu adalah legacy
paling berharga, sebagai contoh dari dari perbuatan yang perubahannya terasa sangat
nyata bagi perubahan bumi dan manusia kearah yang lebih baik kedepannya.
Siapa mereka?. Mereka adalah aktivis lingkungan, sosial, HAM,
prajurit, politisi, dan siapa pun bisa jadi anda. Semua bisa bisa masuk dalam
barisan manusia-manusia yang mau berbuat kebaikan bagi bumi dan manusia
sekitarnya, selama “rasa” dasar yang mereka jadikan pijakan untuk berperilaku
membuat perubahan itu adalah kasih sayang, tanpa batas dan tanpa mengharapkan
apa-apa apalagi pujian dari manusia lainnya.
Di Indonesia kita bisa melihat orang-orang semacam itu
diacara Kick Andy Metro TV. Tupperawre SHE Can Trans 7 dan masih banyak lagi. thanks god... masih ada media yang
menampilkan tontonan yang bukan hanya menghibur tapi sarat makna pendidikan.
Kembali kepada sifat kepahlawanan dalam diri kita manusia,
kalau pembaca sekalian perhatikan beberapa kata manusia diatas setelahnya ada
kata yang didalam kurungkan yaitu ‘saja’. Sebagai usaha penulis untuk
menggolongkan manusia “saja” sebagai pelaku kejahatan yang paling sering
memakai rasa marah dan rakusnya dalam pengrusakan alam ketimbang golongan
makhluk hidup lain. Karna alam dan hewan dalam hal ini selalu masuk dalam
kategori korban dan pesakitan dari ulah golongan manusia diatas.
Kalau pembaca sekalian perhatikan (yang mana saya harap
begitu ;), hewan terkadang bisa lebih “manusiawi” dalam ukuran manusia dari
manusia atau kita sendiri. Sering kita melihat bagaimana mereka melindungi
anak-anaknya dari pemangsa, menggunakan tubuhnya sebagai tameng untuk
keselamatan anaknya sendiri, hewan peliharaan yang melindungi majikannya, dan
perilaku hewan lainnya yang lebih memperlihatkan kasih sayang ketimbang
kebanyakan manusia. Memang hewan makhluk tak berakal dan kita masih sering
mengganggap kalau itu hanyalah bagian dari insting hewani mereka untuk
melakukan hal semacam itu, ya sebagai bagian dari perilaku bertahan hidup. Tapi
penulis yakin hewan pun memiliki perasaan, sama seperti kita manusia, mereka
bisa merasakan sakit, marah, dan kecewa kalau rumahnya dihancurkan, anaknya
diambil bahkan dibunuh, dah hak-haknya untuk hidup bersama golongannya dirampas
begitu saja. Kita pun manusia begitu kan, lalu kenapa kita tega berbuat setega
itu kepada mereka??. Perbuatan merusak dan menghancurkan alam, berperang
mengatasnamakan agama atau apapun, adalah seburuk-buruknya perilaku manusia,
karna bukan hanya merusak habitat makhluk hidup seperti tumbuhan, dan hewan
tapi juga merusak kehidupan manusia itu sendiri dimasa depan, perbuatan yang
menimbulkan kerusakan pada diri manusia itu sendiri tanpa mereka sadari, putus
asa, frustasi, dan hampa adalah berbagai konsekuensi logis dan psikologis
sebagai hasil dari perbuatan keji mereka, karna sesungguhnya mereka menentang
kata hati mereka sendiri yang selalu mengajarkan welas asih dan persaudaraan
(pernah mendengar tentara yang depresi dan rusak kejiwaannya setelah pulang
dari perang?). itulah, Dampaknya bukan hanya kini tapi juga jangka panjang.
Sudah cukup menggambarkan perbuatan yang didasari nafsu yang
selalu berimplikasi kerusakan. Sudah cukup berperang dengan sesama manusia dan
siapapun itu dengan dasar agama, politik, ekonomi dan apapun jua. Sudah cukup
menghancurkan hutan dan alam lainnya atas nama kemajuan investasi mada depan,
projek pembangunan dan shit-shit
lainnya. Karna alam tak pernah menunggu untuk dipulihkan, dan alam dapat
membalas dengan lebih keras dari apa yang telah diperbuat manusia kepadanya.
Mulai saat ini perbanyak menggunakan “rasa’’ kasih sayang
dalam diri kita sebagai “rasa” yang paling dominan kita pakai dam perilaku
sehari-hari, karna perubahan besar selalu diawali dari perubahan dari diri
sendiri yang awalnya kecil, tidak adak kata terlambat untuk berbuat kebajikan,
karna kebaikan akan berlaku kapan saja. Bangkitkan semangat kepahlawanan dalam
diri kita masing-masing niscaya akan banyak bermuculan pahlawan-pahlawan baru
yang mampu membuat perubahan bagi Indonesia dan bumi yang lebih indah dan
harmonis.
pilihan ada dirimu ingin di pihak yang mana.
Karna kebaikan itu menular, percayalah...
Comments
Post a Comment