Skip to main content

fix, tidak pro rakyat!

Penulis merasa perlu mengawali tulisan sederhana ini dengan pemberitahuan kalau tulisan ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan kenaikan BBM yang baru saja diumumkan pemerintah kemarin, penulis memilih sikap diam dan mengawasi saja, hanya ingin berpositive thinking kalau dibalik keputusan yang unpopular ini ada niat baik dari pemerintah untuk mengalokasikan dana yang katanya tiliunan itu ke sektor yang lebih baik dan menjanjikan kedepan atau jangka panjang. Dan penulis tak mau masuk dalam golongan orang yang menhujat sampai mengeluarkan sumpah serapah karna itu tidak ada gunanya dan jatuh pada perbuatan dosa.

Please enjoy,..

Beberapa puluh hari setelah pelantikan mereka pertikaian itu masih saja terjadi, semakin menunjukkan saja kepada kita rakyat yang katanya mereka pimpin dan wakili suaranya berharap didengar penguasa. Itu merupakan bukti jelas ada di depan mata rakyat kalau rakyat bukanlah prioritas. Tetap saja kepentingan utama mereka adalah kekusaan partai dan antar golongan yang saling berkepentingan. Harusnya ketika mereka sudah duduk diatas sana dengan segala fasilitas kemewahannya, yang notabene adalah hasil dari pilihan langsung oleh rakyat, sebagai bentuk pengharapan baru, dimana kepada mereka harap dan mimpi untuk hidup yang lebih baik itu dititipkan, agar diperjuangkan untuk didengar lalu segera diwujudkan.

Ironis memang, seakan tanpa malu mereka berkelahi bak orang tak berpendidikan, tanpa sungkan meja kehormatan itu mereka gulingkan, gelas mahal hasil uang rakyat mereka pecahkan, demi memuaskan nafsu yang tak sampai semata.

Logikanya, kalau kepentingan rakyat menjadi orientasi utama mereka para wakil rakyat itu, maka tak akan ada cerita mempermasalahkan kubu mana yang mendominasi kursi atau pimpinan di lembaga tinggi negara tersebut, seharusnya itu tak perlu dipersoalkan kalau mereka saling percaya. Bukannya selama ini terang-terangan mereka berbicara siapapun yang menang nantinya rakyat akan selalu dinomor satukan, kenyataannya tidak begitu dan cenderung melukai hati rakyat.

Setelah berpuluh-puluh hari mereka belum bekerja, masih saja menunjukkan arogansi masing-masing, meluncurkan jurus lobi dengan segala cara hanya untuk mendapatkan kursi mayoritas dan entah apalagi agenda dibelakang itu semua. Wallahua’lam...

Belumkah cukup penghianatan ini mereka pertunjukkan, setelah sebelumnya berjanji, mengiming-imingi, katanya ingin memberi bukti, setelah duduk tetap saja lupa berdiri dan melihat kebawah lagi.

Pilihan telah dijatuhkan, sumpah telah diucapkan, palu sidang telah diketuk, keputusan telah dibuat, jangan lagi mengatasnamakan rakyat diatas kepentingan sekelompok kalian saja, ingat rakyat sudah pintar kalau hanya sekedar untuk mengetahui kalau mereka diabaikan, juga jangan pernah kalian lupa wahai politisi, pemerintah, pejabat dan apapun sebutan kalian, kami rakyat melihat dan mengawasi dan siap kapan saja turun kejalan untuk menumbangkan rezim tiran dan tak berperikemanusiaan (People Power).


Salam dari Rakyat, yang bosan menunggu dan diacuhkan hak-haknya.  

Comments

Popular posts from this blog

pemahaman etika menurut Aristoteles dan Immanuel Kant

MENURUT ARISTOTELES Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Istilah lain yang iden¬tik dengan etika, yaitu: • Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). • Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelas¬kan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut: • Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. • Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:

Pendidikan Tidak Membuat Seseorang Menjadi Kaya

Pendidikan yang tinggi tidak membuat seseorang menjadi kaya, kerja keras dan usaha iya. Pendidikan hanya membuka perspektif baru yang lebih luas terhadap seseorang, memberi nya lensa baru, kacamata yang lebih beragam, berbeda dan lebih berwarna dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kehidupan setelah menempuh pendidikan, adalah fase dimana seseorang sadar kalau dirinya tak disiapkan untuk menghasilkan uang, karna memang bukan itu tujuan dari sebuah pendidikan. Kita semua menyadari kalau pendidikan dinegeri ini mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi materi pembelajaran utamanya masih hanya berupa teori minim eksekusi atau praktek. Alhasil siswa yang dihasilkan hanya pintar bicara tapi minim aksi nyata. Konsep pemikiran buah dari pendidikan yang tinggi kalau hanya untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya harus segera diubah, karna materi sebagai sebuah tujuan sangat kecil nilainya dan tidak bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang didapat. Ilmu tidak bisa dibandi

Self Reflection

Setelah sekian lama bergulat dengan perasaan gak jelas, entah bersalah, tidak peduli, apatis atau apa namanya saya sendiri kesulitan menemukan kata yang tepat menggambarkan perasaan ini. yang pasti, gak ada yang salah dengan pemikiran saya selama ini, tentang tulisan-tulisan yang telah saya post di blog sederhana ini, semuanya (hampir 98%) hasil pemikiran saya sendiri. Plus yang membuat saya terhenti untuk sementara adalah pergulatan batin yang bagi saya adalah medan peperangan yang seakan tak akan pernah bisa saya menangi. Berkomunikasi pada alam bawah sadar sendiri adalah salah satu pertanda kecerdasan seseorang (katanya hehe), tapi bagaimana kalau pemikiran itu menjadi sebuah perangkap, atau bahkan penjara yang mengungkung kebebasan berpikir mu dan kau menjadi kerdil sejak dalam pikiran sendiri. Pada intinya saya menjadi semakin realistis (klise memang), dikarenakan hidup (realitas) meng-KO- saya keras sekali sampai menghujam ke bumi, menyadarkan saya kalau hidup tidak seperti y