Skip to main content

Dengan Asuransi, menuju jalan tawakkal


Ketika mendengar kata asuransi ada satu kisah menggeleitik yang seketika teringat kembali dalam benak saya, yaitu cerita di jaman Rasulullah Muhammad SAW tentang penerapan sifat tawakkal bagi para sahabat dan pengikutnya. Sungguh Rasulullah telah menyinggung masalah ini sejak lama.
Suatu ketika ada seorang sahabat baru datang dan masuk ke masjid dimana Rasulullah SAW sudah berada didalamnya bersama para sahabat, beliau pun bertanya pada sahabat yang baru saja datang itu.
“naik apa kau datang kesini wahai sahabat?”
“aku menaiki kudaku wahai rasulullah”
“sudah kau tambatkan kudamu??”
“tidak ya rasulullah, aku bertawakkal pada Allah SWT atas keadaan kudaku”
“tambatkan dulu, baru kau tawakkal” jawab Rasulullah.

Dari cerita diatas kita langsung dapat menggali pelajaran, kalau kita manusia berencana. Allah lah yang menentukan segalanya. Bekerja dulu baru serahkan urusan hasil nya pada Allah yang telah mengatur rizki setiap hambanya.

Kita manusia diciptakan dengan keadaan yang lebih baik dari makhluk ciptaan Allah yang lain. Manusia diciptakan sempurna apalagi dengan akal yang dimilikinya, kita unggul segalanya. Dengan keadaan itu, hanya dua kemungkinan yang terjadi, bersyukur atas apa yang dimiliki atau menjadi sombong dan tinggi hati.

Kita sebagai manusia yang tak pernah luput dari yang namanya lupa sangat rentan melakukan kesalahan baik disenagaja atau tidak dan diharapkan atau tidak. Kita tidak dapat menjamin apapun itu akan sesuai dengan keinginan kita, segala yang ada diluar diri kita sepenuhnya “uncontrol/tak terkendali”. Alam, manusia lain, bahkan terkadang diri kita sendiripun tak kita pahami. Ini menandakan kalau manusia adalah makhluk yang lemah, rentan terhadap segala bentuk ketidakpastian disekitarnya, entah bahaya, bencana, bahkan sampai kematian bisa datang kapan saja, dimana saja, dan dengan cara apa saja. Maka dari itu Allah menciptakan untuk kita hambanya akal, akal kalau digunakan dengan baik akan menuntun kita pada pengetahuan-pengetahuan penting tentang bagaimana mampu bertahan dari segala ketidakpastian di sekitar kita.

Maka manusia pun mulai berinovasi menghadapi ketidakabadiannya itu.

Asuransi adalah salah satu jalannya, satu contoh inovasi temuan manusia mengantisipasi ketidakpastian disekitar mereka. Dijaman yang serba cepat dan bermobilitas tinggi dewasa ini, kita manusia yang dianugerahi akal dituntut untuk mampu menyelaraskan diri dengan perkembangan jaman, terutama bidang teknologi informasi dan komunikasi kalau tidak mau tertinggal dibelakang. Fakta ini membuat persaingan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik diluar sana semakin ketat,  keras dan panas, otomatis resiko kecelakaan bahkan sampai kematian pun semakin tinggi dan besar kemungkinannya. Bahkan sebagian besar orang yang bekerja dikota-kota besar menghabiskan sebagian besar waktunya dijalan, kantor, bahkan ditempat-tempat yang jauh sebagai tuntutan atas pekerjaannya. Ini memperbesar resiko terancamnya keamanan mereka baik secara materi maupun sebaliknya.

Dari keadaan seperti inilah kita membutuhkan asuransi. Asuransi hadir sebagai sebuah bentuk inovasi tawakkal ciptaan manusia menyesuaikan dengan apa yang disebut “hal tak terduga” yang bisa menghampiri siapa saja. Di indonesia sendiri asuransi belumlah sepopuler seperti dinegara Eropa dan Amerika yang termasuk dalam negara maju. Sebagian masyarakat kita masih menganggap asuransi hanyalah kegiatan yang membuang-buang uang demi sesuatu yang belum tentu terjadi dan sebagian besar masyarakat menganggap kalau asuransi hanya akal-akalan sebagian besar orang saja yang ingin memakai uang hasil kerja keras mereka demi keuntungan pribadi.

Dengan keadaan seperti itu penerapan sadar ber-asuransi di Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang terjun dalam dunia ini, utamanya dengan memberikan pengetahuan pada masyarakat yang masih anti pada asuransi mengenai pentingya asuransi bagi kelangsungan hidup mereka dan keluarganya. Maka dari situ Allianz sebagai salah satu produk asuransi terkemuka di Indonesia bahkan dunia hadir sebagai salah satu solusi terpercaya mempersiapkan diri anda dan keluarga menghadapi “hal yang tak terduga” itu. 

Sekali lagi perlu ditekankan, kita manusia hanyalah mampu untuk berencana, meminimalisir segala kemungkinan terburuk yang akan menimpa kita dimasa depan tau besok mungkin, who knows?. Jadi Asuransi hanyalah salah satu bentuk tawakkal kita pada Tuhan, menyerahkan sepenuhnya ketentuan pada Nya, yang paling penting kita telah berusaha sebaik-baiknya. Cermatlah dalam memilih asuransi demi keamanan dan kenyamanan anda dimasa mendatang.

Manusia berencana dan berusaha Allah yang menentukan hasilnya.



Comments

Popular posts from this blog

pemahaman etika menurut Aristoteles dan Immanuel Kant

MENURUT ARISTOTELES Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Istilah lain yang iden¬tik dengan etika, yaitu: • Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). • Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelas¬kan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut: • Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. • Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:

Pendidikan Tidak Membuat Seseorang Menjadi Kaya

Pendidikan yang tinggi tidak membuat seseorang menjadi kaya, kerja keras dan usaha iya. Pendidikan hanya membuka perspektif baru yang lebih luas terhadap seseorang, memberi nya lensa baru, kacamata yang lebih beragam, berbeda dan lebih berwarna dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kehidupan setelah menempuh pendidikan, adalah fase dimana seseorang sadar kalau dirinya tak disiapkan untuk menghasilkan uang, karna memang bukan itu tujuan dari sebuah pendidikan. Kita semua menyadari kalau pendidikan dinegeri ini mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi materi pembelajaran utamanya masih hanya berupa teori minim eksekusi atau praktek. Alhasil siswa yang dihasilkan hanya pintar bicara tapi minim aksi nyata. Konsep pemikiran buah dari pendidikan yang tinggi kalau hanya untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya harus segera diubah, karna materi sebagai sebuah tujuan sangat kecil nilainya dan tidak bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang didapat. Ilmu tidak bisa dibandi

Self Reflection

Setelah sekian lama bergulat dengan perasaan gak jelas, entah bersalah, tidak peduli, apatis atau apa namanya saya sendiri kesulitan menemukan kata yang tepat menggambarkan perasaan ini. yang pasti, gak ada yang salah dengan pemikiran saya selama ini, tentang tulisan-tulisan yang telah saya post di blog sederhana ini, semuanya (hampir 98%) hasil pemikiran saya sendiri. Plus yang membuat saya terhenti untuk sementara adalah pergulatan batin yang bagi saya adalah medan peperangan yang seakan tak akan pernah bisa saya menangi. Berkomunikasi pada alam bawah sadar sendiri adalah salah satu pertanda kecerdasan seseorang (katanya hehe), tapi bagaimana kalau pemikiran itu menjadi sebuah perangkap, atau bahkan penjara yang mengungkung kebebasan berpikir mu dan kau menjadi kerdil sejak dalam pikiran sendiri. Pada intinya saya menjadi semakin realistis (klise memang), dikarenakan hidup (realitas) meng-KO- saya keras sekali sampai menghujam ke bumi, menyadarkan saya kalau hidup tidak seperti y