Lanjutan....
Jadi tunggu apalagi wahai pemuda,
gunakanlah kesempatan masa muda yang kita punya untuk berpikir besar, berpikir
dan berperilaku berbeda, dan berpikir jauh kedepan.
1. Berpikir besar: tak ada hal yang
mustahil dicapai kalau ada usaha=kerja keras. Jangan pernah mau terjebak dalam
persepsi “hidup nyaman ala pegawai”. Gaji bulanan, tunjangan, pensiunan,
selesai. Hidup ini terlalu indah dan singkat untuk dihabiskan di kantor mencoba
memuaskan bos yang tak pernah kita lihat apalagi memperdulikan karyawan atau
pegawai nya tapi gajinya jauh lebih
besar.
Hanya menjadi budak nafsu dan ambisi
sebagian orang yang tanpa sadar telah menyeret kita kedalam sebuah sistem
pencucian otak dengan iming-iming kehidupan nyaman ala perkotaan namun miskin
kreasi dan itu-itu saja, seperti jalan ditempat. Tragisnya kita hanya akan
berakhir sebagai korban dari sebuah sistem ciptaan manusia yang terlalu
mengagungkan otak dan pikirannya, adalah kapitalisme contohnya, menciptakan
tuhan-tuhan baru didunia, dengan perwujudan mereka para tuan tanah,
bos-bos/juragan, pemilik perusahaan dan masih banyak lagi, yang menyembah pada kemapanan produksi barat
dan kroninya.
Berpikir besar disini dapat berarti
pula menolak untuk menempuh jalur aman dan nyaman namun penuh tipu muslihat dan
miskin kreativitas. Kalau bahasa anak muda jaman sekarang “think out of the
box”, ketika banyak pemuda seumuran
selesai menempuh pendidikannya ingin bekerja sebagai pegawai di kota yang katanya
menawarkan sejuta harapan dan mimpi tapi ujung-ujungnya berakhir dijalanan,
pemuda yang berpikiran besar akan menolak jalan dan pemikiran semacam itu, karna itu
terlalu mainstream dan mudah ketebak ujungnya, ya gitu-gitu aja. Ambillah jalan
yang memberi tantangan pada diri ini, yang menuntut otak hati dan pikiran untuk
bekerja keras bagaimana caranya sampai ke tujuan dengan selamat akan tetapi
tanpa harus kehilangan jati diri dan idealisme bahkan dapat menciptakan jalan
baru yang akan memudahkan orang lain (membuka usaha=membuka lapangan kerja
dapan menjadi salah satu solusinya).
2. Berbeda: artinya tidak berpikiran seperti
kebanyakan orang, berani menjadi diri sendiri juga adalah salah satu bukti
kalau kita sudah berbeda. Mengapa begitu, karna sebagian besar orang sekarang
menjalani hidupnya sebagai orang lain, mengikuti cara berpikir, berbicara, dan
berkelakuan seperti orang lain, entah orang yang menjadi panutannya itu nyata
atau tidak. Ini merupakan salah satu efek negatif media.
Melalui media yang memberikan
tontonan apa saja tanpa disaring terlebih dahulu akhirnya muncullah
figur-figur semu khayalan manusia semata
yang menjadi idola para anak muda jaman sekarang, sosok pahlawan dan pribadi
yang digambarkan melalui film dan semacamnya itu seolah sempurna dan seorang
manusia ideal yang harus menjadi standar bagi manusia nyata di dunia nyata.
Media menyilaukan manusia dari yang benar nyata kepada impian semu hasil rekaan
melalui produk-produk media yang merupakan kepanjangan tangan dari pelaku
industri besar, penguasa, dan pengusaha-pengusaha. Dimana mereka mempunyai
kepentingan untuk menciptakan suatu tren tertentu yang tujuannya hanya satu, yaitu
uang.
Produk-produk itu dapat berupa iklan,
film, dan berbagai macam tontonan yang menjadi konsumsi umum orang-orang
melalui media massa. Tak jauh-jauh orientasi mereka orang-orang dibelakang
media-media besar itu selalu tentang uang, kekuasaan, dan jabatan.
Pemuda cerdas dan berdedikasi tinggi
pada hidupnya akan menyadari ketidakbenaran ini, dan menjalani hidupnya dengan
jalan yang berbeda bahkan tergolong ekstrim (dimata orang kebanyakan) karna
pemuda seperti itu tidak termasuk dalam golongan orang yang telah dicuci otak
melalui doktrin-doktrin media yang menggambarkan dunia glamour ala orang barat
dan perkotaan, yang katanya mencerminkan kemodernan dan kemajuan peradaban dan
pola pikir tapi semu dan cenderung menjerumuskan orang pada identitas palsu
bukan hakekat dirinya sebagai manusia sosial dan berketuhanan.
Pemuda yang lepas dari pengaruh itu
semua akan menjalani hidup sesuai tuntunan, tuntunan yang diyakininya benar dan
baik bagi dirinya sendiri dan tentu saja orang lain disekitarnya.
3. Berpikir
jauh kedepan: Kenapa ketiga poin yang dibahas
disini selalu diawali dengan berpikir, karna tanpa disadari pikiran berperan
berperan besar dalam menentukan setiap orang dalam menilai dirinya dan megambil
langkah-langkah penting dalam pilihan penting di kehidupannya. Perspsi kita
terhadap benda dan situasi disekitar kita mempengaruhi bagaimana cara kita
berperilaku dan bersikap, sederhananya bagaimana cara kita berpikir begitu
pulalah kita akan bersikap dan perilaku kita. Ketika kita berpikir kita kecil,
maka kepribadian dan sikap kita akan merefleksikan seorang yang kecil jiwanya,
pemikirannya, dan keseluruhan penilaian orang tentang diri kita itu bukanlah
siapa-siapa, hanya orang dengan kecil dengan tindakan kecil tanpa berpengaruh
apa-apa, dan yang paling menyakitkan orang semacam itu bertaburan dan bagaikan
pasir dipantai, ada dimana-mana.
Pemuda yang berpikiran jauh kedepan
tidak akan hidup dihari ini saja. Setiap tindak tanduk yang diambil adalah
hasil dari pikiran matang dan hasil dari pertimbangan-pertimbangan dulu
sebelumnya, bukan hanya karna keinginan sesaat apalagi menuruti hawa nafsu
belaka.
Menentukan masa depan yang lebih baik
adalah tujuannya dan dan agar tidak menyesal nantinya. Pada intinya menggunakan
masa muda sebaik-baiknya dan memberikan manfaat sebanyak-banyaknya adalah
tujuan yang ingin dicapai dalam usaha seseorang menjadi pribadi baik dan
bermanfaat, karna masa ketika Allah menganugerahi kita kesempatan untuk berbuat
sebanyak mungkin kebaikan dengan tubuh yang masih sehat dan tenaga yang seakan
tiada habisnya adalah masa yang tidak akan pernah terulang. Jadi mengganti
prinsip YOLO (you only live once)
yang biasanya digunakan seseorang untuk berbuat apa saja semaunya menjadi hidup
yang penuh tanggung jawab, jelas mau dibawa kemana, dan jelas tujuannya apa. Karna
pemuda seperti itulah yang akan menjadi harapan Indonesia untuk membawa bangsa
ini menuju pada jaman keemasannya kembali sebagai negara besar dan terhormat
dimata dunia.
Sumber:
Pribadi, Agung. 2014. gara-gara indONEsia (dari sejarah kita belajar untuk masa depan). Depok: Asma Nadia Publishing House
Comments
Post a Comment