Skip to main content

DILEMA EKONOMI KERAKYATAN DAN EKONOMI KREATIF


Baru saja kita keluar dari situasi tidak menentu dan menegangkan di republik ini (bagi sebagian orang) terkait situasi politik beberapa hari yang lalu. Ketok palu hakim menjadi jalan penanda usainya pertaruhan salah satu kubu calon presiden memperjuangkan apa yang mereka anggap kebenaran menyangkut hasil pemilu. Yang mau penulis soroti dari hajatan demokrasi rakyat Indonesia yang sangat menyita perhatian tahun ini adalah saat masa kampanye kemarin, kampanye caleg maupun pilpres tak pelak mengumbar banyak janji-janji, visi dan misi yang disulap menjadi bahan jualan yang ditawarkan para bakal calon wakil rakyat itu untuk memuluskan jalan mereka mendapatkan kursi dewan ataupun presiden, baik daerah sampai tingkat nasional. Dan diantara janji yang paling banyak diucapkan dan dianggap sebagai senjata ampuh untuk mendapatkan perhatian terlebih lagi suara rakyat adalah isu mengenai hal yang berdampak langsung pada kesejahteraan mereka dan dapat dirasakan efek perubahannya yaitu mengenai ekonomi kerakyatan. Jargon mengenai ekonomi kerakyatan adalah janji kampanye yag paling laris digunakan dalam pemilu kemarin.
Kenapa ekonomi kerakyatan? Karena terdengar sangat berpihak pada rakyat. Penulis yakin kalian semua setuju. Tapi apa sih sebenarnya ekonomi kerakyatan itu, belum banyak orang yang tau dan mengerti mengenai konsep ekonomi kerakyatan, kalau ditanya pun pasti jawabannya akan selalu sama dan mendekati “ya ekonomi kerakyatan adalah ekonomi yang berpihak pada rakyat, mengutamakan sebesar-besarnya keuntungan pada rakyat”. Itu semua betul karna memang itulah tujuannya, tapi bagaimana penerapannya, apa saja hal yang harus dicapai agar dapat memenuhi standar ekonomi kerakyatan? Kita belum menguasainya sejauh itu. Melihat ekonomi yang telah umum diketahui banyak orang adalah sistem ekonomi liberal, campuran, sosialis dan pancasila. Permasalahannya adalah masih banyak calon pemimpin rakyat saat ini yang menjadikan ekonomi kerakyatan sebagai senjata andalan mereka untuk meraih simpati rakyat, tanpa tau betul defiinisi dan kegunaannya, alasannya seperti yang telah dijelaskan diatas. Hanya karna terlihaat merakyat dan meyakinkan.
Seolah ekonomi kerakyatan adalah satu-satunya konsep ekonomi penyelamat dan paling menjanjikan kesejahteraan, padahal ada konsep ekonomi lain yang juga baik untuk diterapkan apalagi disituasi sekarang.
mengapa sedikit sekali para calon pejabat itu yang menyinggung mengenai ekonomi kreatif?
Padahal Ekonomi kreatif adalah konsep ekonomi paling berkembang dan menguntungkan secara finansial beberapa tahun terakhir. Faktanya menurut Howkins (2001) dalam bukunya The Creative Economy menemukan kehadiran gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari pertama kali pada tahun 1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan sebesar US$ 60,18 miliar yang jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif, pertanian, dan pesawat. Menurut Howkins ekonomi baru telah muncul seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum kekayaan intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalti dan desain. Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan aset kreatif yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. (Dos Santos, 2007).


Jelas saja sedikit dari para calon pejabat itu yang menjadikan sektor ekonomi kreatif sebagai salah satu janji semu mereka karena ekonomi kreatif adalah sebuah sistem dan konsep ekonomi kekinian, baru ditemukan beberapa tahun yang lalu dan segmentasi subjek atau pelaku dalam dunia ekonomi kreatif biasanya dan mayoritas adalah anak muda atau orang yang berjiwa muda, dan mereka para calon wakil rakyat itu adalah kebanyakan para orang tua (kolot, yang masih berpikir dan bertindak masih dengan cara lama, cara mereka dulu para orang tua). Anak muda yang tumbuh dan besar bersama jaman yang mengusung jargon “whoever controls the media controls the world”. Akan menjadi aktor utama dalam industri ini selanjutnya dan harus. Sesuai dengan arti hadirnya ekonomi kreatif itu sendiri yaitu konsep ekonomi yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Kita manusia tak lagi bergantung pada sumber daya alam (SDA) yang terbatas jumlahnya (bukan pula mengecilkan arti penting sumber daya alam). Setidaknya kita akhirnya mengetahui bahwasannya jauh didalam diri kita mempunyai sumber yang dapat menghasilkan dan tak akan pernah habis, dan sumber ini dimiliki semua orang yaitu ide dan kreatifitas.
Yang harus dipikirkan sekarang, sudahkah masyarakat terutama para pemuda sadar, kalau mereka memiliki sumber daya ide dan kreatifitas tak terbatas dalam dirinya yang bukan hanya dapat mengubah dirinya tapi juga dunia! Inilah yang penulis rasa menjadi hal yang patut untuk diperjuangkan sosialisasinya oleh pemerintah dan lembaga terkait sebagai bentuk kampanye massif dan kreatif dengan tujuan utama anak muda. Mengapa anak muda? Karna selain sebagai generasi penerus bangsa anak muda adalah agen perubahan yang sesungguhnya. Dan tak dipungkiri lagi anak muda lah aktor utama pertumbuhan ekonomi kreatif yang bersumber dari meningkatnya konsumsi teknologi informasi dewasa ini. Bukan hanya sebagai objek komoditas industri nya, pemuda diseluruh dunia merupakan subjek dan juga aset bagi perkembangan informasi masa depan.
Pemerintah sebagai pihak yang memegang otoritas seharusnya aware dengan adanya peluang dalam dunia industri kreatif semacam ini. Dengan menyiapkan lapangan kerja seluas-luasnya bagi perkembangan ekonomi kreatif ini kedepan. Memberikan pelatihan dan bantuan secara moril dan materill pada peluang usaha yang menjanjikan akan sangat membantu membangun kembali macan asia yang sudah tertidur terlalu lama. Tanda-tanda kebangkitan itu sesungguhnya telah tampak. Siapa pengkonsumsi internet, media sosial, dan produk-produk teknologi canggih keluaran terbaru dari luar negeri yang selalu masuk urutan paling banyak? Indonesia adalah jawabannya, dan sebagian besar adalah anak muda. Sampai detik ini kita masih menjadi pasar yang sangat menguntungkan bagi bagi industri-industri kreatif luar negeri, seperti fashion, film, musik, dll. Apakah selamanya kita mau menjadi konsumen? Tentu tidak!
Pemerintah dan lembaga terkait harus mulai merencanakan sebuah kampanye yang terstruktur, sistematis, dan massif (TSM. Tidak mau kalah dari tetangga sebelah hehe ;)) keseluruh penjuru negeri dengan sasaran utamanya anak muda.


Pertama: memeberikan pengetahuan. Dengan pengetahuan yang benar dan terkini tentang perkembangan ekonomi dunia dan terutama tentu saja tentang ekonomi kreatif, diharapkan dapat memacu anak muda yang memiliki banyak ide dan imajinasi kreatif memiliki wahana dan media yang benar bagi mereka menyalurkan ide-idenya. Pemberian pengetahuan bisa dalam bentuk seminar-seminar, ajakan bergabung dalam komunitas khusus pelaku dalam dunia industri kreatif, sampai postingan bebas lewat sosial media.
Kedua: Buat iklan, spanduk, pamflet dan aneka bentuk kampanye lainnya secara besar-besaran. Bahwasannya pemerintah dengan menggandeng pengusaha besar yang berkecimpung dalam dunia industri kreatif mengajak masyarakat dan khususnya anak muda berani mewujudkan mimpi mereka dengan terjun kedalam dunia yang mereka sukai, sesuatu yang menjadi passion mereka, ide-ide yang berkaitan dengan teknologi dan informasi saat ini. Lewat iklan itu buat masyarakat tahu kalau pemerintah sangat mendukung dan apresiasi terhadap segala bentuk ide-ide kreatif yang dapat menaikkan taraf ekonomi apalagi membula lapangan pekerjaan.

Melihat pada perkembangan industri kreatif di Indonesia saat ini kita patut berbangga, dan ini merupakan peluang besar yang harus segera dimanfaatkan. Pemanfaatan peluang ini akan terlaksana apabila pemerintah dan pengusaha atau pelaku dalam industri kreatif ini dapat berjalan seiring dalam memajukan dunia industri kreatif indonesia lewat konsep ekonomi kreatif 2014 dan seterusnya. 

Comments

Popular posts from this blog

pemahaman etika menurut Aristoteles dan Immanuel Kant

MENURUT ARISTOTELES Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Istilah lain yang iden¬tik dengan etika, yaitu: • Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). • Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelas¬kan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut: • Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. • Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:

Pendidikan Tidak Membuat Seseorang Menjadi Kaya

Pendidikan yang tinggi tidak membuat seseorang menjadi kaya, kerja keras dan usaha iya. Pendidikan hanya membuka perspektif baru yang lebih luas terhadap seseorang, memberi nya lensa baru, kacamata yang lebih beragam, berbeda dan lebih berwarna dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kehidupan setelah menempuh pendidikan, adalah fase dimana seseorang sadar kalau dirinya tak disiapkan untuk menghasilkan uang, karna memang bukan itu tujuan dari sebuah pendidikan. Kita semua menyadari kalau pendidikan dinegeri ini mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi materi pembelajaran utamanya masih hanya berupa teori minim eksekusi atau praktek. Alhasil siswa yang dihasilkan hanya pintar bicara tapi minim aksi nyata. Konsep pemikiran buah dari pendidikan yang tinggi kalau hanya untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya harus segera diubah, karna materi sebagai sebuah tujuan sangat kecil nilainya dan tidak bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang didapat. Ilmu tidak bisa dibandi

HIDUP DIATAS STIGMA (puisi essay)

Tak pantaskah aku hidup selayaknya mereka? Tak bisakah aku bermain selayaknya anak biasa? Tak ada lagikah bagiku kesempatan untuk menuliskan cita-cita tanpa embel-embel pembangkangan dibelakangnya? Tak adakah harapan bagiku menjalani sisa hidup tanpa stigma atas dosa masa lalu ayah ibuku yang tak sepenuhnya mereka kerjakan? Inikah garis hidup yang engkau gariskan Tuhan, pada seorang gadis kecil tak tahu apa-apa dan tak tau arah mengadu kemana? PROLOG Gadis kecil itu tak tahu apa-apa Ditinggal ayah dan bundanya entah kemana Orang bilang diasingkan atau dilenyapkan Sungguh dua kata asing baginya dan semakin membingungkan saja Berjalan sendiri mengarungi hidup Tanpa punya tempat mengadu dan menyandarkan bahu kecil dan tubuh kurusnya Si gadis kecil dengan mimpi besar Seolah berjalan sendiri tanpa harapan Diana namanya. Ya, hanya diana saja Tanpa embel-embel nama belakang Apalagi bin dan binti yang menandakan kalau dia punya orang tua Setiap k