Betapa kulit luar sangat menipu, dan terkadang tidak
mencerminkan kulit asli dibaliknya. Inilah kenyataan yang harus kita terima
bila ingin menilai seorang anak manusia, terlalu sulit untuk menentukan dia
pintar, bodoh, cantik, jelek dengan segala kompleksitas yang dimiliki dalam
satu diri manusia. Belum lagi kalau bicara mengenai relativitas dan
perspective. Setiap orang mempunyai pandangan sendiri-sendiri terhadap sesuatu
yang dilihatnya berdasarkan pada pengalaman yang dimiliki orang tersebut, dan
cara dia menerimanya. Begitu rumitnya manusia, kalau saja kita sadar..
Kembali sekali lagi terjadi kasus di media sosial yang
sepertinya akan menjadi fenomena yang berkelanjutan kedepan, dimana sosmed harusnya
menjadi media untuk kita dapat bertemu secara digital dengan orang-orang baik
yang kita sudah kenal, ingin kenal, maupun yang sudah lama tidak bertemu dapat
bertemu lagi di media yang katanya tempat ber-sosial-ini. Sebuah fenomena yang
hanya dapat terjadi di era digitalisasi dewasa ini, dimana seseorang dapat
dengan mudah jatuh dan berubah 180% hidupnya hanya karna postingan di media
sosial yang menyinggung orang atau kelompok masyarakat lain.
Seperti tidak belajar dari kasus-kasus serupa yang pernah
terjadi sebelumnya dalam media yang sama dan juga mendapat sorotan luar biasa
dari media-media yang lain. Sampai menjadi berita nasional. Dan kali ini
sungguh tak disangka pelakunya adalah seorang mahasiswa, S2, di salah satu perguruan
tinggi terbaik negeri ini bahkan asia. Ada apa dengan mereka..
Betapa gelar, status, tingkat pendidikan, tidak menjamin
orang untuk mampu #cerdasbermedia. Media sosial tempat dimana kita memposting
apapun mengenai kehidupan pribadi kita ataupun bukan, disitu apa yang sudah
kita share dapat dilihat secara langsung oleh orang lain, terutama
teman/follower kita, kini masih merupakan tempat favorit untuk menumpahkan
emosi sesaat, yang sayangnya akibat jangka panjangnya tak pernah kita pikirkan
(mungkin karna emosi tadi). Padahal kalau mau lebih bijak, tak sepantasnya hal
yang berasal dari kemarahan dan rasa benci itu kita pamerkan ke tempat umum,
media sosial kini sudah seperti tempat umum apapun ada disitu (walau katanya
privat).
Ini menandakan tak semua orang mengerti tentang fungsi dari
media sosial yang sebenarnya, atau mereka telah mengerti tapi masih terlalu
bodoh untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari hanya agar terlihat eksis
karna selalu memposting apapun mengenai kehidupan pribadinya di sosmed. Inilah
yang menjadi salah satu akibat buruk sosial media dimana seseorang bertindak
bukan lagi karna kebutuhan dirinya melainkan ada pengharapan disitu secara
tidak sadar untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain, bahwa dia gaul dan
eksis dengan cara memposting segala kegiatan sehari-harinya disosial media.
Dari bangun tidur sampai tidur lagi.
Semoga apa yang terjadi pada teman kita kemarin dapat
menjadi pelajaran bagi para pengguna aktif dan tidak di sosial media. Tidak
semua hal harus kita posting dan diberitahukan kepada seluruh dunia, terutama
mengenai hal-hal sensitif, pribadi dan terutama yang lahir dari kondisi diri
yang sedang emosi. Karna tidak ada yang tau akan diapakan status, kiriman,
komen kita itu oleh orang-orang yang ada disosmed itu, sebab setiap orang yang
berteman mempunyai akses ke biografi pribadi sang pemilik akun sendiri.
Gerakan #cerdasbermedia hanya akan berjalan apabila setiap
orang mampu dan mau melihat sejenak kedalam dirinya masing-masing, mendengarkan
kata hatinya, belajar dari situ dan kemudian mengenalinya. Siapa saya, dimana
saya, apa yang saya sudah dan akan lakukan di dunia maya terutama. Karna aturan dunia nyata dan dunia
maya/digital berbeda, bahkan memiliki undang-undangnya sendiri, dengan kita
mengenal diri dan lingkungan maka setiap kali kita kan mengambil tindakan kita
akan lebih dulu memikirkan akibatnya, bagi diri sendiri dan bagi orang lain
yang melihatnya. Sudah baikkah, karna baik bagi diri sendiri belum tentu
menurut orang lain itu baik.
Bahkan sosmed bisa dijadikan lebih baik dan lebih bermanfaat
lagi. Bagi kalian yang ingin memulai gerakan #cerdasbermedia gunakan sosial
media lebih banyak porsinya untuk share hal-hal yang bermanfaat. Apa saja,
banyak sekali. Karna walau dunia sedang penuh dengan kekacauan, bukan berarti
orang-orang baik akan diam. Perang dimana-mana, alam yang setiap hari dirusak,
kemanusiaan yang sudah lagi tak dianggap, pemerintahan korup yang
dipertontonkan. Semuanya bisa kita lawan dengan menggunakan sosmed yang kita
miliki sebagai senjatanya. Dengan mengirimkan satu kiriman bermanfaat disosmed
kita telah ikut dengan jutaan orang diselurh dunia yang juga melakukan hal yang
sama sampai kiriman itu sampai kekita, dan kita mengirimnya kembali agar lebih
banyak orang lagi yang mengetahuinya dan ikut membagikannya kembali, itulah
seharusnya sosmed digunakan. Lebih baik, indah dan bermanfaat.
Salam gerakan #cerdasbermedia
Comments
Post a Comment