Skip to main content

Tanah mu Yang Tercabik Luka


Prolog tulisan ini saya mulai dengan ucapan selamat penuh bangga pada bangsa dan negeri ku tercinta Indonesia, perjalanan selama 69 tahun sejak dideklarasikan nya sebuah negara yang terbentuk dari ribuan gugusan kepulauan ini lepas dari penjajahan negara asing manapun, sungguh menakjubkan. yang patut dibanggakan  dan harus terpatri dalam-dalam disetiap jiwa anak yang lahir dari tanah Indonesia dan siapapun itu adalah,  ingat KAMI BANGSA INDONESIA mendeklarasikan kemerdekaan kami sendiri. Kami merebutnya dengan darah, air mata, bahkan nyawa-nyawa para pejuang terbaik yang pernah dimiliki oleh bangsa manapun.
Perjalanan menyempurnkakan tujuan kemerdekaan selama 69 tahun tidaklah mudah. Berbagai halangan dan rintangan dari dalam maupun dari luar datang silih berganti, mulai dari adu domba, isu pemecah-belah, sampai konfrontasi terang-terangan di zona merah.

BENTUK-BENTUK ANCAMAN.
Kita mulai yang dari dalam. Sejak bangsa ini merdeka selalu ada saja pihak-pihak yang ingin merongrong kemerdekaan Indonesia dengan maksud dan tujuan yang bervariasi pula. Variasi dalam arti ada yang sekedar ingin membuat keributan atau malah lebih parah menciptakan perang saudara. Bentuk-bentuknya bisa seperti menciptakan situasi chaos, ketidakkondusifan stabilitas negara, biasanya dilakukan oleh mereka yang disebut sebagai kelompok “teroris” dan berbagai pihak lain. Ada pula yang bermaksud memisahkan diri dari pangkuan bumi ibu pertiwi seperti GAM (Gerakan Aceh Merdeka), OPM (Organisasi Papua Merdeka), dengan alasan yang bermacam-macam pula, sampai ada yang ingin membentuk sebuah negara baru terlepas dari NKRI yang berasaskan pancasila, biasanya mereka kelompok orang yang mempunyai ideologi berseberangan dengan apa yang dipakai oleh republik ini, ideologi kenegaraan yang dijadikan dasar menjalankan suatu roda kepemerintahan dan semua yang berhubungan dengan urusan negara. Kelompok garis keras, begitu biasa kelompok ini mendapat sebutan. alasannya UUD 45 dan Pancasila tidak sejalan dengan ideologi menurut versi mereka.
Kemudian ancaman yang datang dari luar. Sengketa dengan tetangga sebelah mengenai perbatasan, pengklaiman pulau, kebudayaan, dan masih banyak hal lainnya walau belakangan sudah tak sesering dahulu tetaplah bagai duri dalam daging, bagai api dalam sekam yang dapat memantik api konflik kapanpun juga. Berpotensi menimbulkan perang saudara yang sangat berbau adu domba pihak barat yang pasti senang dengan perpecahan negara-negara muslim dan serumpun pula.
Yang terbaru ada ISIS (Islamic  State of Iraq and Syiria). Lahir di Irak Timur Tengah  organisasi garis keras ini ternyata mendapat sambutan hangat di Indonesia yang notabene penduduknya adalah mayoritas beragama islam. Dukungan dapat kita saksikan seperti diberitakan media walau kelompok ini masih malu-malu dan rahasia. Kini sedang menjadi primadona dalam dunia pemberitaan baik dalam maupun luar negeri, sepak terjang ISIS (kalau memang benar seperti apa yang diberitakan media-media) sangatlah mengerikan dan sangat bertentangan dengan rasa kemanusiaan siapapun yang masih memiliki jiwa manusia dalam dirinya. Membunuh orang tidak bersalah, membuat mereka kehilangan keluarga, orang-orang yang dicintainya, memaksa mereka untuk meninggalkan rumah dan kampung halaman untuk berhari-hari berjalan kaki mendaki gunung dengan minim harapan untuk mendapat pertolongan apalagi untuk melanjutkan hidup. Saya yakin tak ada satupun agama yang menganjurkan umatnya untuk melakukan aksi kejam nan keji seperti itu. Kalaupun ada sungguh agama itu palsu dan telah dipalsukan oleh umatnya sendiri. Hanya agar mendapatkan pengakuan dan mempunyai alasan demi mendasari perbuatan tercelanya.
Apa yang ditulis diatas hanyalah sebagian saja gerakan-gerakan radikal yang secara terang-terangan mengancam kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara merdeka. Masih banyak sebenarnya namun mereka bergerak secara rahasia dan bawah tanah.  Usaha-usaha untuk memecah belah apapun itu bentuknya yang datang dari dalam selalu dilatar belakangkan ketidakpuasan dan ketaksejalanan ide, visi dan misi kabangsaan antara sekelompok orang dengan apa yang telah digariskan oleh para pendiri bangsa ini dahulu kala ketika awal-awal kemerdekaan. Bisa juga karna merasakan ketidakadilan, ketimpangan sosial dan ekonomi, sampai dendam masa lalu yang tak kunjung padam.
Ini jelas-jelas ancaman, lihat saja yang terbaru terjadi LAGI penembakan terhadap aparat kepolisian baik tentara maupun polisi oleh pelaku yang diduga anggota OPM. Kejadian ini selalu saja terjadi dan selalu menelan korban jiwa, walau tidak dalam jumlah besar namun kejadian teror semacam ini terus terjadi secara simultan dan diam-diam. Tiap tahun pasti ada saja jiwa-jiwa prajurit yang terkorbankan di tanah nan kaya papua. OPM diketahui bergerilya di hutan-hutan dan gunung sehingga sangat sulit dilacak keberadaannya, yang paling banyak menjadi korban dari pihak penjaga kawasan sekitar pegunungan entah itu polisi maupun tentara karna mereka tiba-tiba diserang dengan tembakan dari hutan dan gunung yang tak tampak orang, seakan mereka sudah sangat hafal dengan medan disana. Apa langkah konkrit pemerintah Indonesia??? Sejujurnya saya tidak tahu, yang pasti nyawa para prajurit satu-satu hilang tak berbekas, dicabut secara paksa dari tubuhnya oleh orang-orang yang tak pernah diketahui siapa dan apa motifnya, para prajurit baik TNI maupun Polisi yang ditugaskan di Papua sana harus siap-siaga setiap saat karna mereka tidak tahu kapan musuh akan menyerang atau kapan harus menyerang. Tak ada yang pasti kalau soal nyawa di Papua sana khususnya daerah yang menjadi titik rawan konflik dan persinggungan dengan OPM, dan dimana pemerintah ketika prajurit yang ditugaskan di Papua siap kapan saja mengorbankan nyawa mereka???
Sebenarnya kami hanya perlu diyakinkan bahwasannya institusi polri dan TNI bukanlah satuan yang dengan mudah ditumbangkan dan selalu kecolongan start, mereka (polri dan TNI) harus menunjukkan kepada rakyat Indonesia langkah tegas untuk membasmi setiap anasir yang mengganggu kedaulatan negara, apapun bentuknya. Jangan menunggu diserang dulu baru melawan, buat apa kita punya BIN.
Ancaman yang sesungguhnya nyata tapi kasat mata adalah adanya sebuah perang, tumbuh subur tapi sedikit orang yang menyadarinya, perang pemikiran (ghozwul fikri). Pengadopsian nilai-nilai melalui media massa darimanapun itu asalnya, tak semuanya jelek memang tapi jelas-jelas mengancam eksistensi Indonesia sebagai negara yang berkembang dan tumbuh mencapai kedewasaan berdemokrasi. Jati diri bangsa jangan luntur apalagi hilang dikarnakan tingginya tingkat konsumsi budaya asing terutama barat kepada penduduk Indonesia. Fashion (busana), food, dan attitude adalah sebagian komoditi yang paling laris diserbu dan secara terang-terangan diadaptasi kepada perilaku sehari-hari bangsa ini. Kenalilah dirimu sendiri maka kau akan mengenal tuhanmu. Dengan mengenal Tuhan mu yang sebenarnya niscaya kalian akan menemukan jalan, jalan yang telah digariskan oleh Nya untuk kalian amalkan dan menuntun kalian pada kebahagiaan yang sebenarnya.
Jangan sampai seiring berjalannya waktu malah semakin mengikis jati diri kita sebagai bangsa Indonesia yang sebenarnya. Secara perlahan tapi pasti kita bertransformasi menjadi orang lain, menjadi bangsa peniru dan bangga dengan mencerminkan perilaku yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa dan apa yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini dahulu kala. Dengan kita mengenal diri kita, kita tau kelemahan kita, maka kesempatan untuk menjadi Indonesia masih ada.   

BAGAIMANA SEHARUSNYA.
Beberapa kasus yang sedang banyak disorot banyak media massa diatas hanya segelintir kasus yang sangat jelas keberadaannya mengancam keberlangsungan negara yang masih bergelut dengan masalah internalnya ini.  sebagai negara penganut paham demokrasi berlandaskan pancasila dan UUD 45 indonesia diwajibkan menjamin semua hak warga negaranya yang terdiri dari berbagai macam latar-belakang keyakinan, suku bangsa, pendidikan, ekonomi dan masih banyak lainnya.
Rasulullah Muhammad SAW jelas mengajarkan umatnya untuk menghargai hak setiap orang untuk menentukan pilihan hidupnya masing-masing pun itu mengenai keyakinan. Ingat ketika Rasulullah menguasai Mekah beliau menjamin keamanan dan kenyamanan para pemeluk agama selain islam ketika itu, hidupnya, hartanya, dan rutinitas menjalankan ibadah mereka. Sungguh Rasulullah telah menunjukkkan kepada kita para pengikutnya bagaimana berlaku adil dan tidak membeda-bedakan. Dalam Al quran pun jelas “untukmu agamamu untukku agamaku”. Jadi hentikan segala bentuk kekerasan atas nama agama yang sangat rentan menmbulkan fitnah dan perpecahan, kecuali berada dinegara-negara yang saat ini secara terang-terangan megalami kedzoliman dan terancam jiwa dan kemerdekaan mereka, siapapun saya rasa pantas untuk menentang dan berjuang sampai titik darah penghabisan memperjuangkan apa yang manjadi hak dirinya.

Dan jangan lalai kalau hak dari dulu juga selalu berdua dengan teman dekatnya yaitu kewajiban. Ada hak maka ada pula kewajiban. Anda ingin dihargai hak anda jalankan dulu kewajiban anda begitupun sebaliknya. Bumi ini kacau karna terlalu banyak orang yang menuntut hak nya secara berlebihan tapi lupa menjalankan kewajiban nya lebih dulu. Ingin dihargai tapi tidak menghargai orang lain.







Comments

Popular posts from this blog

pemahaman etika menurut Aristoteles dan Immanuel Kant

MENURUT ARISTOTELES Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Istilah lain yang iden¬tik dengan etika, yaitu: • Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). • Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelas¬kan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut: • Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. • Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:

Pendidikan Tidak Membuat Seseorang Menjadi Kaya

Pendidikan yang tinggi tidak membuat seseorang menjadi kaya, kerja keras dan usaha iya. Pendidikan hanya membuka perspektif baru yang lebih luas terhadap seseorang, memberi nya lensa baru, kacamata yang lebih beragam, berbeda dan lebih berwarna dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kehidupan setelah menempuh pendidikan, adalah fase dimana seseorang sadar kalau dirinya tak disiapkan untuk menghasilkan uang, karna memang bukan itu tujuan dari sebuah pendidikan. Kita semua menyadari kalau pendidikan dinegeri ini mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi materi pembelajaran utamanya masih hanya berupa teori minim eksekusi atau praktek. Alhasil siswa yang dihasilkan hanya pintar bicara tapi minim aksi nyata. Konsep pemikiran buah dari pendidikan yang tinggi kalau hanya untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya harus segera diubah, karna materi sebagai sebuah tujuan sangat kecil nilainya dan tidak bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang didapat. Ilmu tidak bisa dibandi

Self Reflection

Setelah sekian lama bergulat dengan perasaan gak jelas, entah bersalah, tidak peduli, apatis atau apa namanya saya sendiri kesulitan menemukan kata yang tepat menggambarkan perasaan ini. yang pasti, gak ada yang salah dengan pemikiran saya selama ini, tentang tulisan-tulisan yang telah saya post di blog sederhana ini, semuanya (hampir 98%) hasil pemikiran saya sendiri. Plus yang membuat saya terhenti untuk sementara adalah pergulatan batin yang bagi saya adalah medan peperangan yang seakan tak akan pernah bisa saya menangi. Berkomunikasi pada alam bawah sadar sendiri adalah salah satu pertanda kecerdasan seseorang (katanya hehe), tapi bagaimana kalau pemikiran itu menjadi sebuah perangkap, atau bahkan penjara yang mengungkung kebebasan berpikir mu dan kau menjadi kerdil sejak dalam pikiran sendiri. Pada intinya saya menjadi semakin realistis (klise memang), dikarenakan hidup (realitas) meng-KO- saya keras sekali sampai menghujam ke bumi, menyadarkan saya kalau hidup tidak seperti y