(Perbudakan Dalam Berbagai Bentuk)
Kemerdekaan yang diperjuangkan setengah mati para pendiri
bangsa ini beberapa puluh tahun yanglalu tahun yang lalu kurang lebih, hanya
demi satu tujuan, yaitu kebebasan (kemerdekaan). Kebebasan sebagai bangsa yang
ingin mandiri dan hidup merdeka, kebebasan sebagai fitrah seorang manusia sejak
ia lahir, kebebasan yang sangat patut diperjuangkan sampai nyawa sekalipun
menjadi taruhan.
Dewasa ini mulai dipertanyakan kembali makna dan
kehadirannya. Dengan maraknya kasus penyiksaan oleh majikan kepada pembantunya,
bos kepada karyawannya, sampai anak-anak yang di panti asuhan pun menjadi
korban dari tindakan tak bermoral seperti ini. Penyiksaan dalam hal ini bukan
dalam hal yang menyangkut fisik saja, tapi perasaan, pikiran bahkan harga diri.
Perbudakan dalam arti yang sebenarnya, yaitu dimana ketika
seseorang dikekang hak dirinya untuk bebas menentukan pilihan dalam hidupnya,
diperlakukan sebagai seorang budak yang bisa diperintah dan diapakan saja oleh
seseorang yang seolah-olah memegang hak paten hidup atas dirinya, hanya karna
pangkat dan status sosial yang disandang orang itu.
Kebebasan menentukan pilihan menjadi hak milik mutlak setiap
pribadi untuk diekspresikan selama itu tidak bertentangan dengan orang lain dan
lingkungan sekitar tempat tinggalnya (budaya/tradisi masyarakat). Ini yang
dinamakan kebebasan kita terbatas, terbatas oleh kebebasan orang disekitar kita.
Kita memang bebas untuk mendengarkan musik sekencang-kencangnya, dikamar kita
sendiri, alat musik kita sendiri, telinga kita sendiri. Tapi kebebasan kita itu
dibatasi pula oleh hak tetangga sekitar rumah kita untuk dia mendapatkan
ketenangan dan suasana yang kondusif, ini menjadi alamat pijakan kita untuk
menentukan bahwasannya kebebasan yang harusnya berlaku bukan kebebasan yang
kebablasan tapi kebebasan yang bertanggung jawab demi menghargai hak orang lain
pula.
ASAL MULA IDE KEBEBASAN
Demokrasi menjadi idealisme atau sistem tatanan nilai yang
paling bertanggung jawab pada kondisi ini. Karna dari demokrasilah nilai-nilai
kebebasan individu disuatu negara pertama kali didengungkan dan kemudian
mendapat sambutan dunia, euforia itu terjadi ketika tentara sekutu memenangi
perang dunia ke II dan Amerika muncul sebagai negara adi daya pemenang perang
sebagai pembawa pesan kebebasan dari Tuhan dan atas nama kemanusiaan.
Demokrasi
Amerika versus Komunis Uni Soviet saat itu menumbalkan jutaan nyawa diseluruh
dunia tak terkecuali Indonesia (ingat pembantaian PKI 1965). perang dunia ke II
hanyalah panggung saja untuk menunjukkan kepada dunia terutama dunia ketiga (para
negara jajahan pada saat itu) bahwa Amerika berjuang demi tegaknya demokrasi
diseluruh dunia dan kebebasan setiap anak manusia memanglah patut untuk selalu
diperjuangkan, bahkan bila nyawa sekalipun taruhannya. Fenomena ini masih bisa
kita lihat sampai sekarang, dimana setiap invasi yang dilakukan Amerika selalu
berdalih bahwa mereka membawa demokrasi bersamanya, dan memerangi kediktatoran
dinegara yang menjadi target invasi mereka.
Walau kini demokrasi menimbulkan banyak kontroversi dan
pertentangan mengingat perkembangannya yang semakin keluar dari jalur yang
seharusnya, tapi tak dipungkiri lagi dan kita semua sepakat kalau kebebasan
setiap individu untuk menentukan sendiri pilihan, pendapat, dan jalan hiduonya
haruslah ditempatkan diatas segalanya.
BEBERAPA TIPE PERBUDAKAN
Di indonesia sedang hangat kasus-kasus dimana bos/majikan
menyiksa dan memperlakukan karyawan atau bawahan secara tidak manusiawi,
seperti di Banten (pabrik panci), di penampungan para calon TKW (Riau), perlakuan
tidak layak pihak panti asuhan kepada anak-anak penghuni panti juga di Jawa
Barat, ayah kepada anaknya dipaksa untuk mengamen/mengemis di jalan, kalau
tidak mendapatkan uang seperti yang dinginkan maka anak itu akan disiksa.
Kalau di luar negeri , banyak kita mendengar penyiksaan
kepada saudara kita para TKI. Berita menyakitkan mengenai Pahlawan devisa ini
tak kunjung henti kita dengar, tapi bagai buah simalakama negara-negara
tetangga kita masih menjadi primadona untuk para TKI mencari kerja.
Kalau di dunia, ini yang sungguh menjadi ironi. Dimana
sebagian besar orang terbuai oleh mimpi-mimpi semu kehidupan dunia modern,
mereka bekerja banting tulang seharian, dari pagi hingga petang bahkan malam
hari, tidur hanya beberapa jam saja, hanya untuk mengejar kesenangan dunia yang
ditawarkan oleh iklan-iklan di TV dan media lain, tapi apa yang mereka dapat?. Tidak
ada. Hanya kesempatan untuk menikmati hidup yang sebentar dan indah ini saja
yang terbuang. Waktu mereka habis untuk memperkaya sebagian kecil orang
(bos-bos mereka) yang kerja nya hanya duduk-duduk saja tapi meraup untung
besar, ini tak lain karna sistem kapitalis yang korup, tanpa kita sadari
menggerogoti kita dari dalam, semakin lama semakin dalam sampai hanya tulang
belulang saja yang tersisa. Ini banyak menimpa para pekerja sektor industri,
mereka bekerja biasanya melebihi jam yang seharusnya, tempat bekerja yang tidak
aman dan tidak layak untuk kesehatan, tunjangan kesejahteraan yang tidak jelas,
dan gaji yang jauh dari mencukupi sebagai standar hidup layak di waktu
sekarang.
Tak salah kalau kita bekerja keras untuk merencanakan hidup yang
lebih baik di masa depan kelak,tapi bukan dengan cara yang hanya menghabiskan
sebagian besar waktu dan kesempatan kita hanya ditempat kerja dan memuaskan
nafsu sebagian besar orang saja. Cerdas dalam memilih pekerjaan dan
merencanakan perencanaan hidup yang benar haruslah dipikirkan secara matang,
jangan sampai jalan yang kita rencanakan untuk kebahagiaan manjadi alasan kita
untuk tidak bahagia.
Jangan sampai tertipu oleh tampilan luar sekelompok orang (biasanya
di perkotaan) yang seakan bahagia, mewah, dan sangat modis. Tapi itu mereka
dapat dengan menggadaikan waktu mereka yang sangat berharga, waktu yang
seharusnya mereka habiskan bersama keluarga, waktu yang tak pernah mereka
dapatkan lagi nantinya. Jangan sampai kita hanya menjadi alat saja, dalam perjalanan
karir kita hanya menjadi robot dari sebuah sistem bobrok yang hidup dari
keringat, darah dan nyawa orang-orang kecil yang terbuai oleh mimpi-mimpi
rekaan yang sengaja dibuat para pengusaha melalui iklan-iklan dan
tayangan-tayangan di film maupun televisi yang menggambarkan suatu kesan
kehidupan modern dan berkelas. Mereka yang seperti itu hanyalah orang-orang
yang hidupnya penuh dengan drama dan tak
mengerti akan arti hidup dan tujuan yang sebenarnya.
BENTUK MODERN PERBUDAKAN
Perbudakan kini tak lagi identik dengan kulit hitam,
dirantai, Afrika/negro dan dicambuk kemana-mana. Perbudakan gaya modern telah
bertransformasi ke bentuk yang tak lagi dapat dibedakan dengan citra dunia yang
gemerlap dan penuh akan godaan. Malah kebanyakan korban dari perbudakan kini
adalah orang-orang berdasi, orang yang dipandang sebagai kelas atas, top eksekutif,
pakaian necis, para pejabat penghamba materi. orang yang berjas dan berdasi
seakan sudah menjadi manifestasi kemapanan dan bagusnya perkerjaan dan jabatan
seseorang. Maka tak heran kalau ibu-ibu sekarang lebih memilih anak-anak
perempuannya menikah dengan laki-laki yang bekerja di kantor, kota besar,
memakai jas dan dasi setiap pergi kerja. Padahal sebenarnya kebanyakan dari
mereka adalah budak bagi hawa nafsunya sendiri, budak bagi perkara dunia yang
terus mereka kejar setiap hari, budak dari mimpi-mimpi yang tak pernah ada sama
sekali. Menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan, korupsi, kolusi,
nepotisme, mau saudara apalagi hanya tetangga disikat hanya demi sebuah gengsi.
Kerja di kota besar bukanlah jaminan untuk mencapai kehidupan
yang diimpikan banyak orang, malahan kebanyakan yang didapat adalah
kebalikannya, kota besar hanya menjanjikan impian semu lewat iklan dan TV dan
membuat banyak orang dari daerah berbondong-bondong datang meninggalkan keluarga, sawah dan kebunnya.
Ironisnya disana mereka hanya menjadi masyarakat kelas terbuang dan kolong
jembatan, kota masih terlalu kejam untuk ukuran mereka orang-orang desa dengan
pendidikan yang pas-pasan. Akhirnya rayuan dunia kriminal mereka layani, dan bui
telah menanti.
Daerah yang seharusnya dibangun oleh putra-putri asli daerah
malah ditnggalkan, terbengkalai, dan akhirnya semakin terbelakang, sekarang ini
kalau kita terus saja mengharapkan dari pemerintah mengenai pembangunan daerah
tertinggal, rasanya sudah habis kata-kata untuk diucapkan betapa rakyat telah
letih terus menunggu dan ujung-ujungnya hanya janji-janji semu yang kembali
rakyat terima. Sudah saatnya rakyat bergerak sendiri dan membangun daerah nya
sendiri.
Comments
Post a Comment