PROLOG
konflik
yang terjadi antara negara kita Indonesia dan Malaysia diketahui telah mulai
terjadi beberapa puluh tahun yang lalu, sampai melegendanya jargon “ganyang
Malaysia” yang dipelopori oleh bapak bangsa kita Presiden Soekarno.
Malaysia yang dianggapnya sebagai
Nekolim itu dapak dikatakan sebagai faktor yang membuat Soekarno mengambil keputusan yang sangat mengejutkan dimasa itu yaitu ketika ia memutuskan bahwa Indonesia mengundurkan diri dari keanggotaananya di PBB, dan dunia pun terhenyak. tak berhenti disitu Soekarno juga mengirim sukarelawan untuk menggempur Malaysia.
Namun gagal, kegagalan itu berdamapak terhadap Indonesia sendiri yang terjerembab kedalam krisis ekonomi politik yang akhirnya memberi peluang besar bagi menguatnya PKI yang kemudian melancarkan G 30 S-nya di tahun 1965.
Namun gagal, kegagalan itu berdamapak terhadap Indonesia sendiri yang terjerembab kedalam krisis ekonomi politik yang akhirnya memberi peluang besar bagi menguatnya PKI yang kemudian melancarkan G 30 S-nya di tahun 1965.
Banyak
sebab yang melatarbelakangi terjadinya konflik itu (Indonesia-Malaysia), walau kebanyakan hanya
sampai memanasnya hubungan diplomasi antara kedua negara, tidak sampai
mengangkat senjata. Yang paling sering didengar yaitu mengenai berita banyaknya
TKI (tenaga kerja Indonesia) yang bekerja disana mendapat siksaan yang sangat tidak manusiawi
di negeri jiran Malaysia. Sampai masalah yang menyangkut harga diri bangsa ini
diantaranya mengenai sengketa tapal batas daerah perbatasan baik laut maupun udara di
Kalimantan, Selat malaka, Ambalat, Kepulauan Natuna hingga Laut China Selatan,
dan seringnya Malaysia meng-klaim secara sepihak sebuah tradisi (warisan budaya/kesenian) Indonesia
baik itu dalam bentuk alat, wisata (alam, pulau), sampai lagu yang telah
dikenal sebelumnya sebagai khas Indonesia.
Secara geografis Malaysia sangatlah “menyatu” dengan salah satu pulau terbesar di
Indonesia yaitu pulau kalimantan. Dan malaysia pun saudara serumpun bagi bangsa indonesia yaitu sama-sama berdarah
Melayu, hanya saja kalau malaysia terdiri dari beberapa suku bangsa saja
seperti China, India, dan Melayu tentunya sebagai mayoritas. sedangkan indonesia terdiri dari
berbagai macam suku dan bahasa terbentang di lebih dari ribuan gugus pulau yang
terbentang dari ujung barat yaitu sabang sampai ujung timur yaitu merauke.
Hubungan
Indonesia-Malaysia memang relatif cepat tegang dan memanas, karena memang
memiliki latar belakang yang panjang kalau kita merunut kebelakang dalam hiruk pikuknya
perjalanan sejarah kedua negara jiran tersebut. Sejak rejim orde lama pimpinan
Sukarno Indonesia pernah berkonfrontasi dengan Malaya menyusul gagalnya konsep
“Maphilindo”(Malaysia, Philipina, Indonesia) sebagai ekses dari pembentukan negara
Malaysia oleh Teungku Abdurrahman dukungan
Barat. Namun setelah runtuhnya era kekuasaan Soekarno dan dimulainya
rezim Soeharto yang segera memperbaiki kembali hubungannya dengan Malaysia dan
Barat.
Lalu
terbentuklah ASEAN bersama Malaysia, Philipina, Thailand, dan Singapore. Pada era
Orde baru hubungan Indonesia-Malaysia sangat baik, sehingga berbagai masalah dan
isu sengketa perbatasannya pun diabaikan sementara.
- BEBERAPA
SEJARAH KONFLIK INDONESIA- MALAYSIA
PIDATO
BUNG KARNO “GANYANG MALAYSIA” (27 Juli
1963)
Bung
Karno mencanangkan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidatonya yang berjudul
yang sama. Isi Pidato tersebut antara lain:
Kalau
kita lapar itu biasa, Kalau kita malu juga biasa, Namun kalo kita lapar dan
malu itu karena Malaysia, itu Kurangajar!, Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar
cecunguk malayang itu!, Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita
diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu, Doakan aku, aku akan berangkat ke
medan juang sebagai patriot bangsa, sebagai martir bangsa, dan sebagai peluru
bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya. Serukan, serukan ke seluruh
pelosok negeri bahwa kita akan bersatu melawan kehinaan ini, kita akan membalas
perlakuan ini dan kita tunjukan bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat dan
kita juga masih memiliki martabat. Yoo, Ayoo, Kita Ganyang Ganyang Malaysia.
Bulatkan tekad, Semangat kita badja, Peluru kita banjak, Nyawa kita banjak,
Bila perloe satoe-satoe!
-KETERLIBATAN AUSTRALIA (1964)
Australia
melancarkan operasi Claret, keterlibatan dalam pembebasan kalimantan utara dari
Indonesia dengan membawa 3 Resimen Kerajaan Australia dan Resimen Australian
Special Air Service, hal ini diakui pemerintahannya pada pembukaan dokumen
Claret pada 1996.
Pada
bulan mei tahun yang sama dibentuk Komando Siaga oleh pemerintah Indonesia yang
bertugas mengkoordinir kegiatan perang terhadap malaysia dengan sandi Operasi
Dwikora. Pada perjalanannya berubah menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga).
Komando dipimpin oleh Laksdya Udara Omar Dhani sebagai Pangkolaga.
PERSETUJUAN BERAKHIRNYA KONFLIK (28
Mei 1966)
Setelah
tampuk kekuasaan berpindah dari tangan Soekarno ke Soeharto, secara resmi
pemerintahan kedua negara menyetujui berakhirnya konflik.
PERJANJIAN TAPAL BATAS KONTINENTAL
INDONESIA-MALAYSIA
(27 oktober 1969)
Kedua negara melakukan ratifikasi pada 7
November 1969, akan tetapi pada akhir tahun 1969 Malaysia memasukkan Pulau
sipadan, Pulau Ligitan dan Batu Puteh dalam peta wilayahnya. Akan tetapi
Pemerintahan Indonesia waktu itu menolak secara tegas peta wilayah tersebut.
Pada
tahun yang sama terjadi kerusuhan etnis besar-besaran diwilayah Kesultanan
Brunei karena sentimen ras melayu kalimantan tentang penguasaan Federasi
Malaya, hal ini dapat diberantas oleh pasukan imperialis Inggris.
PERSETUJUAN TAPAL BATAS LAUT
INDONESIA DAN MALAYSIA
(17 MARET 1970)
Akan
tetapi pada tahun 1979 Malaysia kembali melakukan pengingkaran terhadap
perjanjian ini dengan memasukkan blok maritim Ambalat ke dalam wilayahnya
dengan memajukan koordinat 4 derajat 10 menit arah utara melewati Pulau
Sebatik. Hal ini tentu menyebabkan pemerintahan Indonesia pada waktu itu
menolak peta baru Malaysia tersebut.
PEMBAHASAN
Walaupun
persetujuan mengakhiri konflik telah ditekan bukan berarti konflik yang
sebenarnya benar-benar telah usai, bahkan setelah banyaknya persetujuan yang
dilanggar oleh pihak-pihak dari Malaysia. Mulai dari masalah perbatasan, TKI,
dan masalah sengketa hak milik mengenai instrumen peninggalan sejarah. Malaysia
selalu saja melakukan aksi sepihak
dengan melancarkan aksi yang memancing provokasi dan menyebabkan ketegangan yang tinggi dengan
Indonesia.
Penangkapan
Nelayan Indonesia pada wilayah-wilayah yang diakui oleh Malaysia sebagai bagian dari teritori laut mereka adalah satu dari sekian banyak jenis masalah yang menimbulkan ketegangan diantara kedua negara, itu baru dari sektor laut saja belum yang lainnya.
Pemerintah Indonesia pun tak henti-hentinya melakukan upaya diplomasi kepada
Mahkamah Internasional, akan tetapi tak pernah didapat kesepakatan yang
menguntungkan pihak Indonesia. Puncaknya adalah 17 Desember 2002, Mahkamah
Internasional yang berkedudukan di Den Haag, Belanda memutuskan dalam perkara
Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan, Indonesia dinyatakan kalah dengan Malaysia.
Dalam beberapa hal, Mahkamah Internasional menerima argumentasi Indonesia bahwa
Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan tidak pernah masuk dalam Kesultanan Sulu
seperti yang diklaim Malaysia, akan tetapi Mahkamah Internasional juga mengakui
klaim-klaim Malaysia bahwa telah melakukan administrasi serta pengelolaan
konservasi alam di kedua pulau tersebut.
Pasca
pemilihan presiden langsung yang pertama pada 2004, pengiriman TKI ke Malaysia
secara besar-besaran tak terbendung. Berbagai perlakuan kasar Warga Malaysia
terhadap para TKI telah memunculkan gelombang aksi dipelosok Indonesia. Pada
awal tahun 2005, Indonesia diguncang isu perebutan kawasan ambalat oleh
Malaysia, konflik ambalat yang tak kunjung selesai sampai dengan hari ini telah
membawa dampak ketegangan yang cukup tinggi.
Pada
pertengahan 2009 lalu, kembali isu ketegangan antara kedua negara terjadi
dikarenakan tari pendet yang asli dari pulau dewata bali dijadikan salah satu
ikon Malaysia dalam iklan resmi pariwisata nasional mereka. Lagi-lagi
Malaysia memancing kemarahan warga Indonesia yang akhirnya memancing reaksi dari beberapa
seniman di bali sebagai salah satu pelestari tari pendet dan menyatakan menolak
klaim Malaysia tersebut sebagai bentuk penolakan atas klaim sepihak.
Ketegangan yang terjadi sejak akhir 2006 hingga awal 2010, banyak melibatkan isu mengenai seni dan budaya Indonesia yang diklaim oleh Malaysia. Menurut catatan penulis ada beberapa bahan yang pernah diberitakan diklaim sepihak terkait dengan artefak sejarahan-kebudayaan nasional Indonesia. diantaranya Naskah Kuno dari Riau, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara yang diklaim bahkan sudah berada di museum-museum Malaysia.
Ketegangan yang terjadi sejak akhir 2006 hingga awal 2010, banyak melibatkan isu mengenai seni dan budaya Indonesia yang diklaim oleh Malaysia. Menurut catatan penulis ada beberapa bahan yang pernah diberitakan diklaim sepihak terkait dengan artefak sejarahan-kebudayaan nasional Indonesia. diantaranya Naskah Kuno dari Riau, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara yang diklaim bahkan sudah berada di museum-museum Malaysia.
Lalu
beberapa lagu daerah asli dari Indonesia seperti Lagu Rasa Sayang-sayange dari
Maluku, Lagu Soleram dari Riau, Lagu Injit-injit Semut, Lagu Kakak Tua dari
Maluku, Lagu anak kambing saya dari Nusa Tenggara Barat yang diklaim menjadi
Lagu Daerah dari Malaysia. Dan masih banyak jenis seni dan budaya yang diklaim
oleh Malaysia.
Pada
puncaknya ketegangan yang tinggi pada akhir-akhir ini disebabkan pemerintahan
Malaysia juga mulai melakukan serangan yang menciptakan situasi tidak kondusif
pada isu keamanan yaitu travel advisory yang dikeluarkan oleh pemerintah
Malaysia untuk mencegah bagi warganya yang ingin melakukan perjalanan ke Indonesia.
Demikianlah babak baru dari konflik panjang Indonesia-Malaysia yang tak
pernah tuntas.
EPILOG
Dari
beberapa fakta diatas, banyak pelanggaran yang dilakukan oleh pihak Malaysia
diklaim oleh beberapa pengamat hubungan internasional merupakan hasil dari
beberapa tunggangan sekelompok orang yang merasa diuntungkan dengan adanya
konflik diantara kedua negara, walau berita itu masih simpang siur
kebenarannya, tak pelak banyak pihak pula menyayangkan mengapa negara yang
bertetangga ini sering sekali bersitegang padahal secara historis latar
belakang Indonesia-Malaysia bagaikan saudara sedarah.
Seyogianya
peristiwa-peristiwa ini menjadi bahan pembelajaran bagi kita generasi muda agar
selalu waspada terhadap gangguan apa saja yang menerpa bangsa kita tercinta
Indonesia. Jangan mudah terprovokasi dengan berita yang tak jelas kebenarannya,
dan selalu mengedepankan proses hukum dan asas praduga tak bersalah. Jangan sampai pertikaian antara kedua negara serumpun ini hanya dimanfaatkan saja untuk
keuntungan segelintir orang yang mempunyai kepentingan diatasnya.
Kita
sebagai rakyat Indonesia yang cerdas harus dewasa setiap kali menyikapi
masalah-masalah yang berkaitan dengan kedaulatan kedua negara karna disamping
sangat sensitif juga berpotensi menimbulkan perang saudara yang tidak akan
membawa manfaat apa-apa selain kehancuran itu sendiri. Jadilah rakyat yang
cerdas dan dewasa!!!
(dari berbagai sumber)
Comments
Post a Comment