Penulis yakin bahwa belum banyak dari
kita sekarang yang sadar kalau pengetahuan kita akan sejarah bangsa kita
sendiri ternyata bukanlah yang sebenarnya namun telah dipelintir dan diubah sedemikian rupa lewat film-film,
tulisan, buku sejarah, dan cerita-cerita yang kita baca dan dengar demi
kepentingan rezim penguasa saat itu, yang tak ingin rakyat indonesia mengetahui
yang sesungguhnya terjadi pada saudara-saudara mereka sesama rakyat indonesia
yang menjadi korban kekejaman masa lalu kelam bangsa ini. SEKALI LAGI MEREKA MENG-“ATAS
NAMA RAKYAT INDONESIA”.
Penulis baru tersadar untuk
mengangkat tema tulisan kali ini mengenai pembantaian para tokoh PKI dan yang
diduga sebagai anggota dan simpatisannya setelah membaca buku Pengakuan Algojo
1965 investigasi TEMPO perihal pembantaian 1965 dan buku mengapa G/30 S PKI
Gagal karya Mayjen. (PURN.) Samsudin juga film The Act of Killing (jagal) karya sutradara muda asal AS Jhosua Openheimer. Sebelum itu telah dihipnotis pula dengan karya
fenomenal salah satu penulis dan sastrawan terbaik yang pernah dimiliki republik ini Pak
Pram, dengan Tetralogi Buru nya (Bumi
Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca).
Sungguh menyakitkan rasanya mengetahui bangsa
yang kita cintai ternyata memendam rahasia sejarah begitu kelam dan
memalukan. Ditambah lagi mereka menutupinya dengan cara yang mencerminkan kebobrokan hati dan tidak adanya itikad baik pemerintah (saat itu)
untuk membongkar kasus itu dan menyeret ke hadapan hukum orang-orang yang
bertanggung jawab atasnya.
Ternyata sejarah yang selama ini kita
baca dan dengar baik itu disekolahan maupun perguruan tinggi tentang mereka PKI
khususnya sudah bukan berdasarkan fakta dan data yang sebenarnya lagi
sebagaimana sejarah seharusnya dituliskan. PKI digambarkan sebagai organisasi
yang sangat terlarang dan kejam, mereka digambarkan membantai para jenderal dan
dan menyayat mayat nya dengan silet sebelum dibuang ke lubang buaya. Kenyataan
nya itu hanya salah satu skenario rekayasa pemerintah saat itu saja demi
menumbuhkan rasa benci dan anti Komunis di kalangan rakyat indonesia yang belum
banyak memahami arti sebuah ideologi.
Padahal komunis hanya satu dari
sekian banyak ideologi atau sistem pemerintahan yang bertebaran diseluruh
negara di bumi ini. Ideologi komunis memang dalam sejarahnya paling banyak
memakan korban dalam usaha penerapannya dinegara-negara berkembang saat itu
jaman perang dunia 1-2. Tengok saja Cina, Soviet, Kuba, dan Korea Utara. Walau
banyak negara yang pada akhirnya hancur porak-poranda oleh perang dan akhirnya
mengadopsi sistem demokrasi ciptaan barat (Amerika) tapi ada juga negara yang
masih bertahan dengan ideologi komunis nya sampai kini yaitu Kuba dan Korea
Utara. Dan mereka walau terlihat seakan terisolasi dari dunia glamour gaya
modern sekarang, tapi toh rakyat nya yang sederhana makmur dan berkecukupan.
Dalam memandang komunis pasti yang
terbersit di benak kita orang indonesia yaitu kekejaman dan sekumpulan orang
anti tuhan (atheis). Padahal komunis hanyalah sebuah ideologi semata yang juga
buah cipta dari pikiran manusia, yaitu Karl Marx. Dan baru kemudian banyak diikuti oleh banyak pengikut
setianya para pemimpin di berbagai
negara di eropa yang ujung-ujung nya berbuntut kediktatoran karna kekuasaan
hanya dipegang oleh satu orang atau pemerintahan dengan kewenangan penuh atas
segala hal yang menyangkut negara dan rakyatnya.
Balik lagi ke indonesia. Memang kita
juga tak bisa menutup mata pada kejadian Madiun sebelumnya dan penculikan para
jenderal oleh PKI yang dikenal dengan gerakan 30 September. Tapi apa yang
terjadi setelahnya sungguh lah diluar dari perkiraan dan nalar kita sebagai
manusia yang memiliki rasa simpati dan empati. pembantaian jutaan jiwa, belum
lagi penahanan tanpa proses peradilan, perkosaan dan masih banyak lagi yang
dilakukan tak lain oleh saudara, tetangga, kerabat sedarah sendiri diantara
mereka. seakan sudah tidak ada lagi rasa perikemanusiaan dan kepercayaan pada
hukum yang dipercaya sebagai pemberi rasa keadilan, dimana bangsa yang belum lama
merdeka dan bersama-sama mengangkat senjata (bambu runcing dan parang lebih
tepatnya) yang dulu?, kini malah akhirnya
saling bunuh sendiri satu sama lain hanya karna perbedaan pandangan ideologis
saja. Atau mereka tidak paham sama sekali apa itu komunis atau mengapa mereka
membunuh saudaranya sendiri? Karna tak mau disebut sebagai simpatisan PKI pula?
Dan ikut-ikutan agar dibilang paling hebat/jagoan.
Dari kasus ini yang mulai terbuka
tabirnya secara perlahan agar menjadi pelajaran bagi kita semua, dan agar
bersikap kritis terhadap setiap literatur-literatur sejarah yang ada kita baca
dan kita jadikan sebagai bahan rujukan. Tak
semua sejarah itu dituliskan dengan apa adanya, karna banyak sejarah yang
dibuat sedemikian rupa hanya untuk kepentingan penguasa (pemerintah) saat itu
yang ingin membentuk suatu stigma dan persepsi masyarakatnya sesuai dengan apa
yang mereka mau dan berujung pada propaganda yang mengorbankan
generasi-generasi selanjutnya. Sungguh menyedihkan mereka diwariskan sebuah
bentuk kebohongan dan kebodohan dan tanpa menyadarinya selama beberapa dekade
bersuka cita diatas kepiluan sanak saudaranya sendiri. Jadilah masyarakat yang cerdas dan sadar kalau
SEJARAH DIBUAT OLEH MEREKA YANG MENANG.
Comments
Post a Comment