Skip to main content

MEMBUKA TABIR PEMBANTAIAN 1965-1966


Penulis yakin bahwa belum banyak dari kita sekarang yang sadar kalau pengetahuan kita akan sejarah bangsa kita sendiri ternyata bukanlah yang sebenarnya namun telah dipelintir dan diubah sedemikian rupa lewat film-film, tulisan, buku sejarah, dan cerita-cerita yang kita baca dan dengar demi kepentingan rezim penguasa saat itu, yang tak ingin rakyat indonesia mengetahui yang sesungguhnya terjadi pada saudara-saudara mereka sesama rakyat indonesia yang menjadi korban kekejaman masa lalu kelam bangsa ini. SEKALI LAGI MEREKA MENG-“ATAS NAMA RAKYAT INDONESIA”.

Penulis baru tersadar untuk mengangkat tema tulisan kali ini mengenai pembantaian para tokoh PKI dan yang diduga sebagai anggota dan simpatisannya setelah membaca buku Pengakuan Algojo 1965 investigasi TEMPO perihal pembantaian 1965 dan buku mengapa G/30 S PKI Gagal karya Mayjen. (PURN.) Samsudin juga film The Act of Killing (jagal) karya sutradara muda asal AS Jhosua Openheimer.  Sebelum itu telah dihipnotis pula dengan karya fenomenal salah satu penulis dan sastrawan terbaik yang pernah dimiliki republik ini Pak Pram, dengan Tetralogi Buru nya (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca).

 Sungguh menyakitkan rasanya mengetahui bangsa yang kita cintai ternyata memendam rahasia sejarah begitu kelam dan memalukan. Ditambah lagi mereka menutupinya dengan cara yang mencerminkan kebobrokan hati dan tidak adanya itikad baik pemerintah (saat itu) untuk membongkar kasus itu dan menyeret ke hadapan hukum orang-orang yang bertanggung jawab atasnya.

Ternyata sejarah yang selama ini kita baca dan dengar baik itu disekolahan maupun perguruan tinggi tentang mereka PKI khususnya sudah bukan berdasarkan fakta dan data yang sebenarnya lagi sebagaimana sejarah seharusnya dituliskan. PKI digambarkan sebagai organisasi yang sangat terlarang dan kejam, mereka digambarkan membantai para jenderal dan dan menyayat mayat nya dengan silet sebelum dibuang ke lubang buaya. Kenyataan nya itu hanya salah satu skenario rekayasa pemerintah saat itu saja demi menumbuhkan rasa benci dan anti Komunis di kalangan rakyat indonesia yang belum banyak memahami arti sebuah ideologi.

Padahal komunis hanya satu dari sekian banyak ideologi atau sistem pemerintahan yang bertebaran diseluruh negara di bumi ini. Ideologi komunis memang dalam sejarahnya paling banyak memakan korban dalam usaha penerapannya dinegara-negara berkembang saat itu jaman perang dunia 1-2. Tengok saja Cina, Soviet, Kuba, dan Korea Utara. Walau banyak negara yang pada akhirnya hancur porak-poranda oleh perang dan akhirnya mengadopsi sistem demokrasi ciptaan barat (Amerika) tapi ada juga negara yang masih bertahan dengan ideologi komunis nya sampai kini yaitu Kuba dan Korea Utara. Dan mereka walau terlihat seakan terisolasi dari dunia glamour gaya modern sekarang, tapi toh rakyat nya yang sederhana makmur dan berkecukupan.

Dalam memandang komunis pasti yang terbersit di benak kita orang indonesia yaitu kekejaman dan sekumpulan orang anti tuhan (atheis). Padahal komunis hanyalah sebuah ideologi semata yang juga buah cipta dari pikiran manusia, yaitu Karl Marx.  Dan baru kemudian banyak diikuti oleh banyak pengikut setianya para pemimpin  di berbagai negara di eropa yang ujung-ujung nya berbuntut kediktatoran karna kekuasaan hanya dipegang oleh satu orang atau pemerintahan dengan kewenangan penuh atas segala hal yang menyangkut negara dan rakyatnya.

Balik lagi ke indonesia. Memang kita juga tak bisa menutup mata pada kejadian Madiun sebelumnya dan penculikan para jenderal oleh PKI yang dikenal dengan gerakan 30 September. Tapi apa yang terjadi setelahnya sungguh lah diluar dari perkiraan dan nalar kita sebagai manusia yang memiliki rasa simpati dan empati. pembantaian jutaan jiwa, belum lagi penahanan tanpa proses peradilan, perkosaan dan masih banyak lagi yang dilakukan tak lain oleh saudara, tetangga, kerabat sedarah sendiri diantara mereka. seakan sudah tidak ada lagi rasa perikemanusiaan dan kepercayaan pada hukum yang dipercaya sebagai pemberi rasa keadilan, dimana bangsa yang belum lama merdeka dan bersama-sama mengangkat senjata (bambu runcing dan parang lebih tepatnya) yang dulu?, kini  malah akhirnya saling bunuh sendiri satu sama lain hanya karna perbedaan pandangan ideologis saja. Atau mereka tidak paham sama sekali apa itu komunis atau mengapa mereka membunuh saudaranya sendiri? Karna tak mau disebut sebagai simpatisan PKI pula? Dan ikut-ikutan agar dibilang paling hebat/jagoan.


Dari kasus ini yang mulai terbuka tabirnya secara perlahan agar menjadi pelajaran bagi kita semua, dan agar bersikap kritis terhadap setiap literatur-literatur sejarah yang ada kita baca dan kita jadikan sebagai bahan rujukan.  Tak semua sejarah itu dituliskan dengan apa adanya, karna banyak sejarah yang dibuat sedemikian rupa hanya untuk kepentingan penguasa (pemerintah) saat itu yang ingin membentuk suatu stigma dan persepsi masyarakatnya sesuai dengan apa yang mereka mau dan berujung pada propaganda yang mengorbankan generasi-generasi selanjutnya. Sungguh menyedihkan mereka diwariskan sebuah bentuk kebohongan dan kebodohan dan tanpa menyadarinya selama beberapa dekade bersuka cita diatas kepiluan sanak saudaranya sendiri.  Jadilah masyarakat yang cerdas dan sadar kalau SEJARAH DIBUAT OLEH MEREKA YANG MENANG.

Comments

Popular posts from this blog

pemahaman etika menurut Aristoteles dan Immanuel Kant

MENURUT ARISTOTELES Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Istilah lain yang iden¬tik dengan etika, yaitu: • Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). • Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelas¬kan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut: • Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. • Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:

Pendidikan Tidak Membuat Seseorang Menjadi Kaya

Pendidikan yang tinggi tidak membuat seseorang menjadi kaya, kerja keras dan usaha iya. Pendidikan hanya membuka perspektif baru yang lebih luas terhadap seseorang, memberi nya lensa baru, kacamata yang lebih beragam, berbeda dan lebih berwarna dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kehidupan setelah menempuh pendidikan, adalah fase dimana seseorang sadar kalau dirinya tak disiapkan untuk menghasilkan uang, karna memang bukan itu tujuan dari sebuah pendidikan. Kita semua menyadari kalau pendidikan dinegeri ini mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi materi pembelajaran utamanya masih hanya berupa teori minim eksekusi atau praktek. Alhasil siswa yang dihasilkan hanya pintar bicara tapi minim aksi nyata. Konsep pemikiran buah dari pendidikan yang tinggi kalau hanya untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya harus segera diubah, karna materi sebagai sebuah tujuan sangat kecil nilainya dan tidak bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang didapat. Ilmu tidak bisa dibandi

Self Reflection

Setelah sekian lama bergulat dengan perasaan gak jelas, entah bersalah, tidak peduli, apatis atau apa namanya saya sendiri kesulitan menemukan kata yang tepat menggambarkan perasaan ini. yang pasti, gak ada yang salah dengan pemikiran saya selama ini, tentang tulisan-tulisan yang telah saya post di blog sederhana ini, semuanya (hampir 98%) hasil pemikiran saya sendiri. Plus yang membuat saya terhenti untuk sementara adalah pergulatan batin yang bagi saya adalah medan peperangan yang seakan tak akan pernah bisa saya menangi. Berkomunikasi pada alam bawah sadar sendiri adalah salah satu pertanda kecerdasan seseorang (katanya hehe), tapi bagaimana kalau pemikiran itu menjadi sebuah perangkap, atau bahkan penjara yang mengungkung kebebasan berpikir mu dan kau menjadi kerdil sejak dalam pikiran sendiri. Pada intinya saya menjadi semakin realistis (klise memang), dikarenakan hidup (realitas) meng-KO- saya keras sekali sampai menghujam ke bumi, menyadarkan saya kalau hidup tidak seperti y