Sepandai-pandai tupai melompat pasti
jatuh juga. Pepatah ini terasa cocok dengan apa yang terjadi pada keluarga
Gubernur Banten saat ini, Ratu Atut Chosiyah. Setelah beberapa lama dinasti
keluarganya seakan tanpa sorotan dan berjalan dengan sangat mulusnya kini dengan satu jentikkan jari saja seolah
seluruh negeri ini menoleh kepada mereka, tidak sekedar menoleh sambil lalu
saja, tapi memandangi mereka dengan tajam seakan sampai telanjang bulat
dibuatnya.
Media mana yang tidak memberitakan
tentang keluarga penguasa Banten ini. Dinasti mereka yang seakan sudah sangat
kuat mencengkeram seantero Banten dengan menaruh setiap perwakilan keluarganya
pada setiap posisi penting di wilayah-wilayah yurisdiksi mereka menandakan
betapa kuku-kuku kekusasaan berbau kerajaan ataupun dinast inii sudah
sedemikian dalam menggelayuti tanah para jawara di ujung pulau jawa.
Dengan terbongkarnya skandal suap
yang dilakukan adik Gubernur Banten ini seakan telah membuka segel kotak
Pandora yang sangat terlarang. Tak ayal setan-setan yang sudah sangat lama
“terkunci” dalam kotak ini pun berkeliaran kembali, kali ini dengan sifat rakus
dan liarnya yang lebih luar biasa.
Kotak Pandora yang sudah terbuka
seperti nasi yang sudah menjadi bubur, menyesal pun tak ada gunanya, apalagi
mengutuki diri sendiri. Yang harus dihadapi sekarang yaitu mempertanggung
jawabkan segala perbuatannya bukan hanya dihadapan wajah hukum Indonesia yang
makin tak bergigi, tapi juga dihadapan jutaan rakyat Indonesia khususnya rakyat
Banten yang selalu haus akan keadilan.
Jika saja penyelidikan yang sedang
berlangsung kini membuktikan sebuah kebenaran, maka bisa jadi segala kekuasaan
yang mereka pegang kini merupakan dari hasil yang sama. Yaitu dalam artian
hasil dari “main mata” dengan pihak yang mempunyai wewenang. Kalau kita cermati
bersama kasus semacam ini tidak hanya ada di Banten saja, di beberapa wilayah
di republik ini terdapat beberapa kerajaan keluarga yang banyak anggota
keluarganya memegang sebuah jabatan atau posisi penting baik itu di
pemerintahan ataupun masyarakat.
Sesungguhnya tidak ada yang salah
dengan semua fenomena ini, asalkan saja jabatan atau posisi itu didapat dengan
cara yang sepatutnya, dalam artian disini adalah telah melalui proses demokrasi
yang jujur dan transparan. Tapi dengan adanya kasus suap kepada lembaga hukum
tertinggi di republik ini seakan membangunkan kita kembali dari mimpi (atau
khayalan lebih tepatnya) panjang tentang kemakmuran dan keadilan yang semakin
jauh api dari panggang. betapa perebutan
kekuasaan sangatlah rentan dengan aksi kongkalikong ataupun suap. Kita seakan
diajak kembali sadar dan instrospeksi pada pelaksanaan demokrasi kita, sudahkah
berjalan dengan seharusnya? Atau apakah masyarakat kita belum siap untuk sistem
demokrasi hasil adopsi dari barat ini? Kalau begitu sistem pemerintahan seperti
apa yang cocok bagi iklim masyarakat kita?.
Jawabannya sungguh ada dalam hati
kita masing-masing.
REMEMBER LAW IS NOT A JUSTICE!!!
pandora adalah nama sebuah patung perempuan dilam mitologi yunani. Disitu
dikisahkan bahwa dewa Zeus menciptakan patung perempuan ini dengan sangat
cantik dan sempurna, kemudian akhirnya dihidupkan dan disandingkan dengan
Promotheus. Digambarkan pandora ketika dihidupkan diberikan sebuah kotak oleh
Zeus yang tak pernah boleh dibukanya sampai kapanpun. Namun seiring perjalanan
waktu pandora tidak dapat menahan rasa penasaran nya akan apa yang ada dalam
isi kotak itu, maka dia pun membukanya. Maka keluarlah segala bentuk keburukan
seperti penyakit, bencana, kesedihan dan mulai menjangkiti bumi mulai saat itu.
Namun pandora melihat ada hal yang tertinggal dalam kotak itu, ketika
ditengoknya itulah sebuah “harapan”.
Comments
Post a Comment