STOP MAKING STUPID PEOPLE FAMOUS
Mengklaim dirinya sendiri ssebagai calon presiden
dari kalangan pemuda, itulah yang di lakukan Farhat Abbas yang lebih dikenal
sebagai seorang pengacara memulai langkah awalnya untuk menjadi capres di 2014
mendatang. Tak salah memang untuk mendeklarasikan diri sendiri seperti itu, toh
semua warga negara indonesia memiliki hak dan kewajiban untuk ikut andil
membangun bangsanya dengan berbagai cara dan salah satunya adalah dengan ikut
dalam pertarungan menjadi orang nomor satu di bumi pertiwi.
Namun apa yang dilakukan Farhat belakangan ini
justru banyak menimbulkan polemik dan kontroversi di tengah masyarakat, dan itu
seolah menggambarkan dirinya yang tidak peka pada keadaan lingkungan sosial
masyarakat dewasa ini, disamping pula menunjukkan betapa tidakcerdas dirinya
dalam membaca situasi politik dan sosial di negeri ini.
Kontroversi yang pertama dia lakukan adalah
dengan berkicau di twitter melalui akunnya sendiri dengan mengkritik wakil
gubernur DKI Jakarta basuki tjahaya masalah plat nomor mobil gubernur dan wakil
gubernur yang justru bernada rasis dan sangat tidak toleran. Kemudia lewat
wawancara langsung kepada salah satu media cetak ternama ibu kota farhat juga
melontarkan komentar pedas kepada gubernur baru DKI Jakarta jokowi dengan
menyebut bahwasannya jokowi tidak pantas menjadi pemimpin jakarta dan
langkah—langkah awal program yang diterapkan jokowi di masa awal jabatannya
tidak menimbulkan dampak apa-apa dan tak cocok dengan kultur ala ibu kota.
Kontan saja pernyataan nya itu menimbulkan reaksi
keras dari masyarakat, dan hasilnya adalah komentar-beragam yang menghujaninya
terutama orang yang menghujatnya habis-habisan karna diduga farhat telah rasis
kepada ahok. Farhat dinilai tidak dewasa dan hanya menimbulkan kontroversi
hanya untuk mencari sensasi belaka, dan untuk menaikkan pamornya demi
mendapatkan perhatian dari masyarakat. di tambah lagi komentar nyeleneh nya
disetiap kesempatan baik itu ketika ditanya wartawan secara langsung mengenai
kasus-kasus hangat yang sedang menjadi fokus pemberitaan banyak media massa
belakangan ini (seperti: kasus Dul, Goyang Caesar, dll) maupun melalui
kicauannnya melalui twitter yang selalu saja agresif.
kebanyakan orang seperti ini tidak lain hanyalah
menampakkan kebodohan nya saja, dengan cara yang bodoh pula. bermaksud ingin
dinilai sebagai orang yang berpendidikan (intelektual) dengan mengomentari
berbagai macam peristiwa seolah sudah sangat ahli dan paham akan peristiwa yang
terjadi, justru yang terjadi malah ketidakdewasaan, egoisisasi dan
pencitraanisasi yang kelewat "pintar" i think,..
setelah itu timbul lagi fenomena Vicky Prasetyo.
satu lagi muncul contoh kebodohan yang ditonjolkan dan dibangga-banggakan demi
sebuah citra dan sensasi belaka. diawali dengan penipuan yang satu-persatu
terbongkar sampai aksinya bertunangan dengan salah satu biduanita yang berujung
pada penahanan nya. itulah jalan hidup yang dipilih untuk dilakoni nya, sesuatu
yang diawali dengan kebohongan akan berakhir pula dengan hal yang kurang lebih
sama.
setelah penahanannya tidak serta merta "jejak"
yang telah ditinggalkannya itu pun hilang
masuk ke bui bersama dirinya. justru semakin meledak di pasaran social
media dan media massa. gaya bicaranya yang "intelek" menuai banyak
"pujian" di kalangan rakyat khususnya pengguna Twitter, Facebook, dan
Youtube. bahkan di youtube pun berjamuran video serupa yang semakin menegaskan
betapa fenomenal nya pengaruh Vicky yang belakangan lebih dikenal dengan
Vickynisasi pada perbendaharaan bahasa nasional kita.
niat hati memeluk gunung apa daya otak tak sampai.
kiranya pepatah inilah yang pas disematkan pada apa yang dilakukan oleh Vicky
kali ini. ingin dipandang sebagai orang terpelajar melalui cara bicara dan
susunan kosa katanya justru malah respon 180 derajat berbeda yang didapat. ya,
ini semata-mata akibat dari keinginan berlebihan akan sensasi dan publisitas
sampai akhirnya kesialan lah yang didapat.
Comments
Post a Comment