Skip to main content

NEGARA ABU-ABU

NEGARA ABU-ABU
Di media massa baik televisi maupun online beberapa hari belakangan penulis menemukan ada berita menarik yang pantas untuk diangkat dalam tulisan kali ini, yang sepenuhnya merupakan pendapat dan opini pribadi dari penulis sendiri. yaitu tentang "perselisihan" wagub DKI Jakarta yang lebih kita kenal dengan pak Ahok dengan salah satu kader partai politik di tingkat DPRD DKI Jakarta. dari yang penulis baca perselisihan ini bermula dari komentar Ahok tentang anggota DPRD terkait masalah KJS (Kartu Jakarta Sehat) tempo hari lalu yang melibatkan beberapa rumah sakit yang ada di DKI, penulis tidak akan banyak membahas mengenai kasus tersebut karna penulis yakin pembaca yang budiman sudah tau kasus apa yang dimaksud.

kasusnya kali ini adalah ada salah satu kader partai politik yang tak terima dengan "keterusterangan" Ahok tersebut sehingga mereka pada suatu rapat di gedung DPRD melakukan aksi walk out ketika mengetahui bahwa Ahok akan ikut hadir di rapat itu, sebagai bentuk protes dan ketidaksukaan mereka pada komentar-komentar ahok. bagi penulis ini merupakan fenomena biasa dan sudah banyak ditunjukkan oleh orang-orang seperti mereka, sebagai seorang pemimpin mereka tidak menunjukkan sifat geentleman, yang siap menghadapi permasalahan apa saja, dengan menyelesaikannya melalui cara yang bai-baik. Sebagaimana falsafah yang kita yakini di negara ini bahwasannya pemecahan masalah itu harus dicari dengan jalan musyawarah yang menghasilkan mufakat.

Sikap pengecut yang ditunjukkan beberapa wakil rakyat tadi hanya sebagian kecil dari berbagai macam aib yang justru mereka sendiri ditunjukkan kepada publik, tanpa mereka sadari. Terlepas dari aksi walk out itu, sesungguhnya apa yang dilakukan atau dikatakan ahok mengenai hak intrefelasi para anggota DPRD DKI Jakarta merupakan suatu bentuk kebebasan bersuara dan mengutarakan pendapat, dan selama masih dapat dipertanggung jawabkan dan mengandung kebenaran, maka apa salahnya. Hanya orang yang merasa bersalah dan pengecut saja yang lari dari masalah.

Di negara ini saat ini apa yang dikatakan sebagai kebenaran seakan sudah menjadi hal yang tabu untuk diungkapkan, orang menganggapnya tak biasa. Ketika seorang mengutarakan kebenaran, justru respon yang dia dapatkan adalah pengasingan, pandangan sinis dari lingkungan sosial sekitarnya. Kita sudah terlalu terbiasa dengan segala bentuk kebohongan, basa-basi, nego sana-sini. Perasaan kita sudah dibutakan dengan segala hal sehingga semua menjadi abu-bu disekitar kita, tak tau mana hitam dan putih.

Comments

Popular posts from this blog

pemahaman etika menurut Aristoteles dan Immanuel Kant

MENURUT ARISTOTELES Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Istilah lain yang iden¬tik dengan etika, yaitu: • Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). • Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelas¬kan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut: • Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. • Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:

Pendidikan Tidak Membuat Seseorang Menjadi Kaya

Pendidikan yang tinggi tidak membuat seseorang menjadi kaya, kerja keras dan usaha iya. Pendidikan hanya membuka perspektif baru yang lebih luas terhadap seseorang, memberi nya lensa baru, kacamata yang lebih beragam, berbeda dan lebih berwarna dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kehidupan setelah menempuh pendidikan, adalah fase dimana seseorang sadar kalau dirinya tak disiapkan untuk menghasilkan uang, karna memang bukan itu tujuan dari sebuah pendidikan. Kita semua menyadari kalau pendidikan dinegeri ini mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi materi pembelajaran utamanya masih hanya berupa teori minim eksekusi atau praktek. Alhasil siswa yang dihasilkan hanya pintar bicara tapi minim aksi nyata. Konsep pemikiran buah dari pendidikan yang tinggi kalau hanya untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya harus segera diubah, karna materi sebagai sebuah tujuan sangat kecil nilainya dan tidak bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang didapat. Ilmu tidak bisa dibandi

Self Reflection

Setelah sekian lama bergulat dengan perasaan gak jelas, entah bersalah, tidak peduli, apatis atau apa namanya saya sendiri kesulitan menemukan kata yang tepat menggambarkan perasaan ini. yang pasti, gak ada yang salah dengan pemikiran saya selama ini, tentang tulisan-tulisan yang telah saya post di blog sederhana ini, semuanya (hampir 98%) hasil pemikiran saya sendiri. Plus yang membuat saya terhenti untuk sementara adalah pergulatan batin yang bagi saya adalah medan peperangan yang seakan tak akan pernah bisa saya menangi. Berkomunikasi pada alam bawah sadar sendiri adalah salah satu pertanda kecerdasan seseorang (katanya hehe), tapi bagaimana kalau pemikiran itu menjadi sebuah perangkap, atau bahkan penjara yang mengungkung kebebasan berpikir mu dan kau menjadi kerdil sejak dalam pikiran sendiri. Pada intinya saya menjadi semakin realistis (klise memang), dikarenakan hidup (realitas) meng-KO- saya keras sekali sampai menghujam ke bumi, menyadarkan saya kalau hidup tidak seperti y