Skip to main content

IT'S TIME FOR US

Buku, Pesta dan Cinta di alam bangsanya.
soe hok gie sebagai saksi sejarah dimasanya, dan mewakili pemuda yang penuh akan aspirasi dan inspirasi telah menunjukkan pada pejuang jalanan suatu perbuatan yang akan bertahan lama dan meninggalkan tidak hanya kenangan, tapi juga jejak yang patut diikuti. yaitu dengan menulis. tulisan yang tidak hanya mampu untuk menginspirasi tapi juga menggrakkan.

setelah beberapa dekade yang lalu ketika Gie memulai ide perjuangannya dengan menuangkan nya dalam bentuk tulisan dan akhirnya tersebar di beberapa media massa, banyak orang akhirnya menyadari betapa kuatnya dan sangat berpotensi besar suatu ide/gagasan, opini, dan perpektif (sesubyektif apapun itu) kalau menyangkut hak dan keadilan orang banyak, maka dapat dipastikan akan menempat di hati setiap orang yang membacanya. gie tidak hanya mengkritik, dia juga mambangun kesadaran orang-orang ketika itu bahwa pemerintahan perlu untuk terus diawasi, dikritik atau bahkan ditumbangkan.

ditengah keadaan masyarakat ketika itu yang baru beberapa waktu merasakan kemerdekaan dari berabad-abad berada dibawah penjajahan kolonial belanda dan jepang, belum banyak dari penduduk pribumi asli yang berani menyuarakan hak nya, masih terasa jiwa-jiwa hampa dan sebagai budak jajahan yang hanya bisa nerimo dan patuh terhadap segala bentuk sistem yang dibuat oleh penguasa. gie hanyalah seorang pemuda, mahasiswa yang riskan dengan keadaan masyaraktnya, lingkungannya, negaranya sendiri. walaupun dia sendiri merupakan anak peranakan, namun cintanya pada negeri ini yang sudah melahirkan dan membesarkannya tak usah dipertanyakan lagi, itu semua dapat kita lihat dari kegemarannya untuk naik gunung, menikmati indahnya alam yang dimiliki bumi ibu pertiwi, dan dari puisi-puisinya yang sebagaian besar menggambarkan kegusarannya saat itu dan juga tantang kemegahan dan keelokan alam Indonesia sebagai bukti tak terbantahkan dari kemahakuasaan Tuhan sebagai satu-satunya sang pencipta.

apakah setelah kematiannya yang mengejutkan dipuncak tertinggi di Jawa, maka Gie hilang? jawabannya tentu saja tidak!. seperti pepatah bilang, hilang satu maka tumbuh pula seribu. begitupun dengan pemuda-pemuda yang memiliki jiwa dan semangat kritis seperti Gie, mereka bertebaran dimana-dimana, dan mengekspresikan keprihatinannya, kegusarannya, kecintaannya pada negeri ini dengan cara yang berbeda-beda pula, dengan gaya kreatifitas yang mereka miliki masing-masing. tidak melulu hanya dengan tulisan saja, banyak cara untuk menunjukkan pada dunia bahwa kita orang Indonesia bermartabat dan mencintai bangsanya. kalau belakangan ini rasa nasionalisme kembali dipertanyakan, yang bermunculan justru sikap-sikap apatis, maka tengoklah dulu bagaimana para pemangku jabatan diatas sana menjalankan tugasnya, tanggung jawabnya, amanah rakyat yang sudah dipercayakan padanya, sudahkah mereka menjalankannya dengan baik, dengan sepenuh hati, mendahulukan kepentingan rakyat diatas kepntingan segalanya, dirinya sendiri dan kelompoknya? sepertinya belum. karna toh yang membuat bangsa ini buruk adalah hasil dari ketidakbecusan pejabat-pejabat itu dalam menjalankan roda kepemerintahan ini, justru keprihatinan saja yang kita rasakan, timbul lagi lagi pertanyaan, mau dibawa kemana sebenarnya bangsa ini berlayar?.

karna tak lain tak bukan merekalah yang membuat bangsa ini tampak buruk, luar dan dalamnya. seakan sudah tak ada lagi rasa malu mereka mempertontonkan kebejatan moralnya di depan umum, didepan kamera, dihadapan jutaan rakyat yang memilihnya. secara terang-terangan mereka berkelahi disana, menggunakan jurus-jurus liciknya, dengan segala cara ingin menjatuhkan lawan-lawan politiknya, dari situ saja sudah jelas tandanya bahwasannya kepentingan rakyat hanyalah nomor keberapa. karna jelas-jelas kepentingan kelompok yang mereka perjuangkan dengan segala cara itu menjadi prioritas dari keberadaannya di atas sana, di gedung yang serba megah sana, yang katanya pembangunannya menggunakan uang rakyat, tapi toh mereka juga lah yang menikmatinya.

pada intinya tulisan ini mengajak kepada semua pemuda agar kembali menggalakkan semangatnya, semangat untuk mau berbuat sesuatu untuk negara ini sekecil apapun itu, karna kalau bukan kita, para pemuda yang nantinya akan menjadi masa depan bangsa ini kedepan, siapa lagi?. para pendiri bangsa ini adalah para pemuda yang dengan sukarela mengorbankan jiwa raga mereka demi kemerdekaan bangsa Indonesia, setelah 3 setengah abad di bawah kekuasaan kolonial dan akhirnya meraih kemerdekaan dengan pengorbanan yang tak terhitung itu, terus kita akan diam saja melihat bangsa ini dibawa menuju kehancuran? setiap dari kita pun tak kan pernah lupa dengan kalimat yang diucapkan oleh salah seorang bapak pendiri bangsa ini. "berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku ubah dunia". kalimat yang cukup menggambarkan betapa dahsyatnya kekuatan para pemuda, dan Gie sudah membuktikannya.
 kini, waktunya kita,.... 

Comments

Popular posts from this blog

pemahaman etika menurut Aristoteles dan Immanuel Kant

MENURUT ARISTOTELES Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Istilah lain yang iden¬tik dengan etika, yaitu: • Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). • Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelas¬kan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut: • Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. • Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:

Pendidikan Tidak Membuat Seseorang Menjadi Kaya

Pendidikan yang tinggi tidak membuat seseorang menjadi kaya, kerja keras dan usaha iya. Pendidikan hanya membuka perspektif baru yang lebih luas terhadap seseorang, memberi nya lensa baru, kacamata yang lebih beragam, berbeda dan lebih berwarna dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kehidupan setelah menempuh pendidikan, adalah fase dimana seseorang sadar kalau dirinya tak disiapkan untuk menghasilkan uang, karna memang bukan itu tujuan dari sebuah pendidikan. Kita semua menyadari kalau pendidikan dinegeri ini mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi materi pembelajaran utamanya masih hanya berupa teori minim eksekusi atau praktek. Alhasil siswa yang dihasilkan hanya pintar bicara tapi minim aksi nyata. Konsep pemikiran buah dari pendidikan yang tinggi kalau hanya untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya harus segera diubah, karna materi sebagai sebuah tujuan sangat kecil nilainya dan tidak bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang didapat. Ilmu tidak bisa dibandi

HIDUP DIATAS STIGMA (puisi essay)

Tak pantaskah aku hidup selayaknya mereka? Tak bisakah aku bermain selayaknya anak biasa? Tak ada lagikah bagiku kesempatan untuk menuliskan cita-cita tanpa embel-embel pembangkangan dibelakangnya? Tak adakah harapan bagiku menjalani sisa hidup tanpa stigma atas dosa masa lalu ayah ibuku yang tak sepenuhnya mereka kerjakan? Inikah garis hidup yang engkau gariskan Tuhan, pada seorang gadis kecil tak tahu apa-apa dan tak tau arah mengadu kemana? PROLOG Gadis kecil itu tak tahu apa-apa Ditinggal ayah dan bundanya entah kemana Orang bilang diasingkan atau dilenyapkan Sungguh dua kata asing baginya dan semakin membingungkan saja Berjalan sendiri mengarungi hidup Tanpa punya tempat mengadu dan menyandarkan bahu kecil dan tubuh kurusnya Si gadis kecil dengan mimpi besar Seolah berjalan sendiri tanpa harapan Diana namanya. Ya, hanya diana saja Tanpa embel-embel nama belakang Apalagi bin dan binti yang menandakan kalau dia punya orang tua Setiap k