GODAAN HUJAN
Di petang yang kelabu ini, kampung baru dan sekitarnya
diguyur hujan deras, dari beberapa saat yang lalu sampai detik ini guyuran itu
masih tetap kompak menyuarakan kebisingan nya lewat nyanyian dengan instrumen
nya yang utama yaitu seng-seng rumah dan kos-kosan, genteng, dan tentu saja
melalui liriknya yang senantiasa membuai siapa saja yang menikmatinya dingin
dan kesepian yang dia bawa.
Beberapa saat yang lalu aku mengutuk hujan ini, ketika itu
sedang diatas motor dan hujan ini datang, damn it, merusak semua rencana yang
telah kususun. Sempat berteduh sebentar di warung pinggir jalan, menanti sang
hujan reda. Dia reda. Tapi Cuma sebentar dan terkesan sebuah tipuan, ketika
orang-orang untungnya bukan aku saja, memulai kembali perjalanan dia serentak
turun lagi dengan bala tentaranya. Kembali aku mengutuk dan terbersit keinginan
untuk kembali meminggirkan tungganganku. Tapi entah apa yang menahan
keinginanku itu, sentuhan magis dari setiap rintik hujan yang membasahi celana,
jaket, dan kulitku seakan membawa sensasi lain akan anugrah dan rasa
keterbuaian.
Sensasi yang sudah sangat lama kulitku dan tubuhku tak
rasakan. Aku tampak seperti orang bodoh saja di bawah tatapan orang-orang yang
berteduh di pinggir jalan dan depan toko-toko. Aku jojong saja memacu
tungganganku membelah hujan, mencipratkan air melalui ban-ban motorku. Akhirnya
aku sampai juga di kosan, ketika ingin menaikkan motor ternyata parkiran sudah
penuh dengan motor-motor juga. Terpaksa aku parkirkan motor di depan kosan,
dengan keadaan basah kuyup kulepaskan jaket dan kuperiksa hp dan dompet,
semuanya aman.
Selagi menunggu motor-motor itu dipindahkan oleh temanku,
aku berinisiatif mencuci motorku sekalian hujan-hujanan, kepalang tanggung.
Disaat itulah aku merasakan kembali
nikmatnya setiap sentuhan rintik ribuan hujan di tubuhku, it feels like
semua beban dipundak, dada, dan kepala itu seketika hilang, ikut terbawa hanyut
air hujan yang entah berakhir kemana. Rasanya ketika kita bermain dengan
keciprat hujan ditengah keadaan jalan yang sepi, air dari langit yang
berlimpah, selokan yang meluap sehingga membuat sunga-sungai dadakan di seisi
jalan. Pengalaman yang sungguh menyenangkan, tak kusangka kegiatan yang sangat
dilarang oleh orang tua ini akan seenak ini rasanya.
Tapi aku yakin tak semua orang dapat merasakannya, tak semua
orang diberikan “rasa” untuk menikmatinya. Bahkan pemaknaan dan cara pandang
kita pun berbeda tentang hujan. Ada yang menganggapnya bencana, kesialan, juga
anugrah. Tapi bagiku ini merupakan sentuhan alam yang seketika menyuntikkan
beribu volt kekuatan untuk mu menghayal, menatapa jauh, jauhhh kedepan diantara
ribuan rintik yang menghalangi mata, seakan dia membuka jalan dari setiap tanda
tanya yang terlalu banyak terkumpul berserakan di pikiran. Sentuhannya seakan
bilang, “ayo kita terbang, pindah, mengalir ke suatu dunia yang sama sekali
berbeda, dimensi lain di salah satu sisi perasaan dan memori, yang tak satupun
tahu kecuali kau, aku dan hujan,.....
Sigit Pamungkas 06-04-13 16:15
Comments
Post a Comment