GENERASI TAWURAN
(HARI GINI MASIH PAKE KEKERASAN,…..!?%#@*^~~J)
Fenomena kekerasan yang semakin marak terjadi
belakangan ini, di bagian manapun di negara ini, di waktu kapanpun, di belahan
bumi manapun diantara gugusan pulau ibu pertiwi. Seakan semakin menambah kesan
betapa keamanan dan kenyamanan sudah menjadi barang mahal di negeri ini. Tak
bisa dipungkiri lagi setiap saat dan setiap hari kita disuguhkan baik itu
melalui media cetak atau televisi segala bentuk kekerasan dengan berbagai macam
bentuk dan motifnya, namun bila kita menyelami semua kasus itu makan kita akan
mendapatkan satu titik persoalan yang sama, yaitu adanya sikap ketidakpuasan
masyarakat, sikap tidak lagi percaya terhadap aparat, dan fenomena masyarakat
yang kehilangan sosok yang dalam hal ini pemerintah dan para tokoh masyarakat
yang dapat mereka jadikan panutan dan tempat untuk mencari keadilan.
Kita dipaksa untuk menjadi saksi tumbangnya satu
persatu pelajar di negara ini yang katanya adalah penerus estafeta perjalanan
bangsa, hilang nyawanya begitu saja, di tangan temannya pula yang bertetangga
sekolahannya, apakah ini hasil dari sistem pendidikan negeri ini, yang alokasi
dana pendidikannya mencapai trilyunan rupiah setiap tahunannya. Peristiwa
kekerasan ini merupakan satu dari sekian banyak masalah dalam dunia pendidikan
kita, seperti sekolah yang sudah tidak layak pakai, kelas yang roboh, guru yang
tidak mendapatkan tunjangan yang layak, dan sebagainya.
Banyak hal yang mendasari individu untuk
menyelesaikan masalahnya dengan kekerasan, diantaranya adalah pergaulan dan
lingkungan sosialnya yang membentuk dirinya dan opini dalam otaknya bahwa
kekerasan itu menunjukkan suatu kejantanan dan kehebatan, apabila seseorang
dapat mengalahkan lawannya dalam medan laga (dalam hal ini adalah tawuran antar
sekolah) maka meraka dianggap sebagai jagoan oleh teman-temannya disekolah dan
dianggap sebagai pahlawan yang membela harkat dan martabat nama sekolahan
sampai darah penghabisan..
Solusi yang paling tepat untuk mencegah kembali
terjadinya kekerasan ini dan agar jangan sampai menimpa anak-anak kita,
teman-teman kita, dan seluruh pelajar di negara ini adalah dengan memulai
menumbuhkan rasa simpati dan empati dari sekolah yang paling awal kita rasakan
sejak lahir yaitu rumah kita sendiri, bagaimana peran orang tua dalam mendidik
dan memberikan contoh kepada anaknya akan membentuk persepsi dalam diri anak.
Membiasakan hal-hal yang sering dianggap kecil dan sepele seperti mencium
tangan kedua orang tua sebelum berangkat sekolah, meminta doa agar dapat
belajar dengan baik dan selamat, mengadakan sharing antar keluarga saja, ibu
ayah dan anak saling berbicara di hari libur yang cerah sambil jalan-jalan dan
refreshing akan membuat anak mempunyai sandaran untuk mengeluarkan segala keluh
kesah yang dialaminya disekolah.. dan sekali lagi cara apapun takkan berhasil
bila kita tak melakukan segala hal dengan hati kita, karna hanya dengan
kebaikan dan ketulusan lah, kebaikan itu akan muncul bukan lagi kekerasan.
Comments
Post a Comment