Aku lahir dan dibesarkan di
lingkungan penuh dengan hijaunya daun, diantara tingginya pepohonan berusia
ratusan tahun dan segarnya udara tanpa polusi dan zat-zat kimia mematikan
lainnya, yang namanya aku pun tak paham apalagi menyebutkannya. Aku masih ingat
ketika dulu aku bersama
saudara-saudaraku sering bermain diantara pepohonan besar berusia ratusan
tahun, baik di dahan dan pucuk-pucuk pencakar langitnya. Didalam hutan dan
tingginya gunung yang tak terjamah oleh tangan makhluk lain yang belakangan aku
tahu namanya manusia dan mereka menyebut diri mereka masyarakat beradab dan
toleran. Yang belakangan aku tahu (sayangnya) kalau itu hanyalah retorika dan
bohong belaka.
Dulu, aku dan saudara-saudaraku biasa
menghabiskan waktu bersama mencari makanan di kedalaman hutan, diatas pohon, bermain
jauh terus ke sungai-sungai nan jernih penuh dengan ikan-ikan segar. Kami berkompetisi,
siapa yang mendapatkan makanan paling banyak dan menghabiskan dengan cepat
sambil bergelantungan di pohon paling tinggi maka dia dapat memberi hukuman
bagi yang kalah, aku sering kali menang, karna kata saudara-saudaraku aku
memiliki badan yang besar dan kuat dan selalu menang kalau berkelahi dengan
mereka dan spesies (penduduk hutan) yang lain, hukumanan yang aku berikan
biasanya mereka akan ku minta untuk mencium pantat ku yang sangat bau itu,
hahaha sungguh kenangan yang indah... kami selalu bergelantungan dan
melompat-lompat, pindah dari dahan satu ke dahan yang lain, dari pohon yang
satu ke pohon yang lain, saling berlomba siapa yang paling cepat sampai..
Please Save Us |
Dan aku pun masih teringat, hari itu
ketika aku dan saudara-saudaraku sedang asyik bermain panjat pohon disebuah
pohon tua dan besar, kami menyebutnya “mbah pohon besar” karna pohon ini telah
ada sejak leluhur kami hidup dan membentuk koloni disini. Menjadi semacam ikon Protect Paradise http://www.greenpeace.org/seasia/id/aksi-kamu/Protect-Paradise/
kami dari habitat asli dan tempat kami biasa berkumpul ketika sedang
bersama. Ketika sedang berada di pucuk
mbah pohon besar kami medengar suara kegaduhan yang sangat memekakkan telinga
dibawah kami, kami pun seketika menghentikan kegiatan kami, dan tanpa dikomando
secara serentak melihat ke bawah, dan yang kami lihat sungguh sebuah bencana..
Kami melihat orang tua kami sebagian
besar diseret masuk dengan leher dan tangan terantai kesebuah kandang besar,
mereka berontak dengan sangat hebatnya namun tanpa daya rantai itu terlalu kuat
untuk dihancurkan, rupanya mereka telah masuk perangkap yang dipasang oleh
manusia-manusia itu!!! Dengan makluk-makhluk asing disekitar mereka menodongkan
senjata yang mengeluarkan suara yang aku bersumpah tak akan pernah kulupakan. Dan
yang lebih mengerikan lagi disamping itu semua kami juga menyaksikan bagaimana
para orang tua kami dibawah sana yang melakukan perlawanan, jatuh, tumbang,
sekarat dan mati ketika peluru-peluru panas datang mengambil mereka selamanya
dari tanah tempat mereka lahir dan membesarkan kami, dari situ aku dapat
melihat air mata dari ayahku yang jatuh ke tanah dengan empat peluru menembus
badannya yang besar saat mencoba meraih ibu yang dibawa dibawa makhluk-makhluk
biadab itu, ayah berusaha menyelamatkan ibu dan saudara nya yang lain..
Rumah Kami Yang Hancur |
Seketika keceriaan hari itu berubah
menjadi kegaduhan yang luar biasa, banyak tetangga-tetangga kami yang mendengar
suara tembakan dan teriakan yang dibawa makhluk asing dibawah sana langsung
lari membawa keluarga-keluarga mereka, segala jenis burung berterbangan
meninggalkan sarang dan rumah yang telah mereka bangun selama beberapa
generasi, kami paham mereka tak ada daya untuk maju melawan, dan berpikir untuk
menolong keluarga kami yang tertangkap dan tumbang satu-persatu dibawah sana ,..
bahkan singa, beruang dan harimau yang terkenal diantara kami sebagai penjaga
tempat ini lari tunggang langgang, itupun hanya karna suara berat dari mesin
yang dapat mengeluarkan asap dan jerit tangis memilukan yang ditimbulkan akibat
perilaku milik makhluk bernama manusia itu,..
Ketika ayah tumbang dan terjatuh
ketanah bersama saudaraku yang lain, dia menghadap keatas dan melihat aku bersama
teman-temanku yang ketakutan. Sudah sangat terlambat ketika dia memberi isyarat
agar kami semua segera pergi dengan raungannya yang semakin melemah. Aku yang terpaku seakan sudah tidak berada
disana lagi, tercabut ragaku menyaksikan pembantaian keji dan menakutkan ini,
tanpa kusadari teman-temanku yang lain sudah sangat marah dengan apa yang
menimpa keluarga mereka, turun semua menyerbu kebawah, aku tertinggal sendirian
dibelakang mereka, seketika suara letusan senapan dari manusia-manusia itu yang
menyadari keselamatan mereka terancam oleh serangan tiba-tiba dari spesies yang
lebih muda, menembak secar membabi buta keatas, suara letusan peluru
berhamburan disekitar kami, satu-persatu teman-temanku terjatuh ketanah dengan
suara berdebam yang memilukan, anehnya tidak semua dari mereka berdarah.
Belakangan aku ketahui untuk spesies
yang mereka anggap muda mereka memakai peluru bius agar dapat membawanya..
Ketika sadar karna tubuhku
terguncang, aku bersama dengan spesies ku yang lain sudah berada dalam sebuah
kandang terbuat dari besi, dibawa oleh mesin beroda yang bergerak lambat
diringi didepan dan belakangnya oleh manusia-manusia yang diwajahnya penuh
kepuasan yang menjijikkan dengan senjata yang selalu siap mereka ledakkan..
ternyata aku telah terkena peluru bius sehingga tidak sadarkan diri. Aku mengaum,
berontak, marah-sejadi-jadinya, aku mencoba keluar dengan membongkar dan memukul jeruji yang mengurung
kami, namun hanya sia-sia belaka, kami putus asa dan tidak tahu akan dibawa
kemana,..
Sekarang, disinilah aku berada
ditengah-tengah manusia yang sangat ramai dan tertawa terbahak-bahak, setengah
dari populasi kami telah tewas dan hutan sebagai habitat asli kami telah hancur
dan terbakar bahkan hampir rata dengan tanah, aku melihat dari kandang yang
membawa kami ketika itu, mesin-mesin
besar yang mengeluarkan asap hitam dengan sekali sentakan dapat menghancurkan “mbah
pohon besar” dan mbah-mbah yang lain tempat kami biasa menghabiskan waktu
seharian, mbah pohon besar telah tumbang, sebagai tanda awal dari hancurnya tempat tinggal kami. hanya
sebagian kecil dari kami yang selamat dan dibawa ketempat yang sangat asing dan
bising ini. Kondisi kami memprihatinkan, sebagian besar mengalami luka dan
kesakitan,..
Sampai sekarang kami disekap disebuah
tempat yang kami tak tahu dimana, karna sengaja disembunyikan, karna yang aku
dengar kami akan diperjual belikan, bahkan yang lebih miris lagi ada sebagian
dari kami entah siapa yang akan dibunuh untuk diawetkan, membayangkannya saja
aku tak bisa.
aku masih mempunyai harapan besar
bahwa suatu hari nanti akan dapat kembali kerumah, hutan tempat dimana aku
seharusnya berada dan dapat mengembang-biakkan spesies kami dan kembali
membentuk koloni, bukan disini, tempat para manusia-manusia tamak ini yang
dengan segala cara menghancurkan tempat tinggal kami hanya untuk memuaskan
nafsu mereka saja. tapi tidak tahu kapan, aku hanya harus yakin saat itu akan
datang bahwa tidak semua manusia jahat dan membawa senjata terus memusnahkan
spesies kami, merampas tanah dan rumah bagi anak-anak kami dan yang lain,
mereka lupa bahwa alam mempunyai caranya sendiri untuk membalas segala
perbuatan mereka yang merusak keharmonisan yang telah digariskan Tuhan atas
mereka. Sesungguhnya setiap musibah itu bermula dari tangan manusia itu sendiri
yang memulainya. Harapan dan terus yakin, hanya itu yang kami punya saat ini.
hutan harus segera di selamtkan untuk anak cucu kita kelak
ReplyDeletewww.ipung.net