Skip to main content

Self Reflection

Setelah sekian lama bergulat dengan perasaan gak jelas, entah bersalah, tidak peduli, apatis atau apa namanya saya sendiri kesulitan menemukan kata yang tepat menggambarkan perasaan ini. yang pasti, gak ada yang salah dengan pemikiran saya selama ini, tentang tulisan-tulisan yang telah saya post di blog sederhana ini, semuanya (hampir 98%) hasil pemikiran saya sendiri.

Plus yang membuat saya terhenti untuk sementara adalah pergulatan batin yang bagi saya adalah medan peperangan yang seakan tak akan pernah bisa saya menangi. Berkomunikasi pada alam bawah sadar sendiri adalah salah satu pertanda kecerdasan seseorang (katanya hehe), tapi bagaimana kalau pemikiran itu menjadi sebuah perangkap, atau bahkan penjara yang mengungkung kebebasan berpikir mu dan kau menjadi kerdil sejak dalam pikiran sendiri.

Pada intinya saya menjadi semakin realistis (klise memang), dikarenakan hidup (realitas) meng-KO- saya keras sekali sampai menghujam ke bumi, menyadarkan saya kalau hidup tidak seperti yang ada di film-film, tak seperti yang selama ini saya bayangkan, sampai pada akhirnya saya menyerah pada mimpi-mimpi saya, pada ideologi yang selama ini saya bangga-banggakan, ya, saya menyerah dan kalah.

Tapi disatu sisi saya tahu, kalau ini tidak akan berlangsung selamanya, ini hanya perhentian sementara saya dari hiruk-pikuk dunia dan seisinya, saya masih dalam mode pencarian jati diri, dan dalam hati yang paling dalam, saya yakin kalau saya pasti akan kembali ke dunia penuh absurditas ini. kalau teman saya bilang, "gue sakit palak baca tulisan lo" well sakit kepala gak ditanggung penulis ya..

Ahh saya tau betapa membingungkan tulisan, tapi ya beginilah yang sedang terjadi di otak saya sekarang, anda bingung? apalagi saya?.

Hahhhh Sejak dulu beginilah cinta, penderitaannya tiada akhir…” lo, kok kayak kenal kata-kata ini.. gak nyambung hehehe...

So gaess pada intinya saya akan mulai menulis lagi mulai dari sekarang walau tak akan sesering dahulu kala, dan tulisan saya kali ini akan lebih berat lagi i think (walau gak selalu), karena perhatian saya lebih banyak tercurah pada isu-isu internasional dua tahun belakangan ini, minat saya berkurang pada isu dalam negeri yang menurut saya sangat mudah ditebak, mulai dari sistemnya, rules of the game nya, dan pemain-pemainnya.

Bukan berarti juga saya kehilangan interest sama sekali pada apa yang terjadi di dalam negeri, tapi dari kuantitas mungkin nanti saya akan lebih sering mengangkat fenomena luar. 

Satu lagi yang perlu saya tekankan disini adalah, tulisan saya disini sepenuhnya opini pribadi, sumber kebanyakan dari buku, dan internet jadi kalau ada dari pembaca yang tidak setuju dan tidak nyaman dengan apa yang saya tulis, saya sangat open dengan kritik dan saran. dan lagi yang paling penting adalah, saya menulis apa yang ingin saya tulis, bukan apa yang orang-orang ingin baca, so just enjoy it!




Comments

Popular posts from this blog

pemahaman etika menurut Aristoteles dan Immanuel Kant

MENURUT ARISTOTELES Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Istilah lain yang iden¬tik dengan etika, yaitu: • Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). • Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelas¬kan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut: • Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. • Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:

Pendidikan Tidak Membuat Seseorang Menjadi Kaya

Pendidikan yang tinggi tidak membuat seseorang menjadi kaya, kerja keras dan usaha iya. Pendidikan hanya membuka perspektif baru yang lebih luas terhadap seseorang, memberi nya lensa baru, kacamata yang lebih beragam, berbeda dan lebih berwarna dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kehidupan setelah menempuh pendidikan, adalah fase dimana seseorang sadar kalau dirinya tak disiapkan untuk menghasilkan uang, karna memang bukan itu tujuan dari sebuah pendidikan. Kita semua menyadari kalau pendidikan dinegeri ini mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi materi pembelajaran utamanya masih hanya berupa teori minim eksekusi atau praktek. Alhasil siswa yang dihasilkan hanya pintar bicara tapi minim aksi nyata. Konsep pemikiran buah dari pendidikan yang tinggi kalau hanya untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya harus segera diubah, karna materi sebagai sebuah tujuan sangat kecil nilainya dan tidak bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang didapat. Ilmu tidak bisa dibandi

HIDUP DIATAS STIGMA (puisi essay)

Tak pantaskah aku hidup selayaknya mereka? Tak bisakah aku bermain selayaknya anak biasa? Tak ada lagikah bagiku kesempatan untuk menuliskan cita-cita tanpa embel-embel pembangkangan dibelakangnya? Tak adakah harapan bagiku menjalani sisa hidup tanpa stigma atas dosa masa lalu ayah ibuku yang tak sepenuhnya mereka kerjakan? Inikah garis hidup yang engkau gariskan Tuhan, pada seorang gadis kecil tak tahu apa-apa dan tak tau arah mengadu kemana? PROLOG Gadis kecil itu tak tahu apa-apa Ditinggal ayah dan bundanya entah kemana Orang bilang diasingkan atau dilenyapkan Sungguh dua kata asing baginya dan semakin membingungkan saja Berjalan sendiri mengarungi hidup Tanpa punya tempat mengadu dan menyandarkan bahu kecil dan tubuh kurusnya Si gadis kecil dengan mimpi besar Seolah berjalan sendiri tanpa harapan Diana namanya. Ya, hanya diana saja Tanpa embel-embel nama belakang Apalagi bin dan binti yang menandakan kalau dia punya orang tua Setiap k